Darah Song Minwoo menetes perlahan ke tanah.
Rasa dari tinjuku yang berlumuran darah terasa tumpul.
Tubuh Song Minwoo berlumur luka, tapi matanya tetap tertutup rapat.
Dagingnya yang hancur seolah sudah menyerah untuk pulih kembali.
“Orang gila… kau bunuh werewolf pakai tangan kosong?”
gumam Han Sooyoung, ngeri setengah tak percaya.
Werewolf lain sudah kabur atau dibersihkan oleh Han Sooyoung.
Aku menatap tubuh Song Minwoo dan berkata pelan,
“Dia belum mati.”
Kini, Fourth Wall tak lagi bergetar ketika aku melihatnya.
Entahlah, apakah traumanya benar-benar terselesaikan…
tapi setidaknya aku sudah tak lagi gemetar seperti dulu.
[Konstelasi ‘One who Overcomes the Late Trials’ mengirimkan dukungan padamu.]
[Konstelasi ‘One who Overcomes the Late Trials’ ingin memberimu stigma miliknya.]
Stigma?
Benarkah dia memberiku stigma langsung?
Biasanya skenario bounty tidak memberikan hadiah sebesar ini,
apalagi dari satu konstelasi tunggal.
Tapi tetap saja—aku berterima kasih.
[Stigma Self-rationalization telah diperoleh.]
[Konstelasi ‘One who Overcomes the Late Trials’ tersenyum puas melihatmu mewarisi stigma-nya.]
[Kau kini memiliki mekanisme pertahanan yang tak akan lagi terguncang oleh trauma apa pun.]
Aku terdiam.
[Konstelasi ‘Prisoner of the Golden Headband’ memegangi perutnya sambil tertawa.]
Self-rationalization?
Apa-apaan ini? Kau bercanda denganku?
“Hei, kau nggak mau bunuh dia sekalian?”
tanya Han Sooyoung.
“Hah?”
“Aku ngomongin itu.”
Aku menunduk, menatap wajah Song Minwoo di tanganku.
Haruskah aku menghabisinya sekarang?
Dia bukan manusia lagi, tak ada beban moral di situ.
[Sponsor Song Minwoo sedang memperhatikanmu.]
Para konstelasi di kanal Bihyung pasti senang kalau aku membunuhnya.
[Banyak konstelasi menginginkan balas dendammu.]
Aku memandangi Song Minwoo cukup lama… lalu perlahan meletakkannya.
“Ayo pergi.”
“Hah? Serius?”
“Ya.”
[Beberapa konstelasi kecewa pada kemunafikanmu.]
[Banyak konstelasi mempertanyakan keputusanmu.]
[Konstelasi ‘Secretive Plotter’ sedang mengamati keputusanmu.]
“Kau sungguh nggak mau bunuh dia? Dia pasti bawa banyak koin, kan?”
“Benar.”
“Kalau begitu biar aku yang bunuh?”
“Terserah. Tapi jangan menyesal nanti.”
“Menyesal?”
Aku mengangkat bahu dan berbalik,
berjalan ke arah yang ditinggalkan kelompok werewolf tadi.
Kalau dugaanku benar, asal-usul mereka ada di sana.
Dan meteorit yang mengubah mereka pasti juga ada di tempat itu.
Aku harus mengumpulkan semua meteorit untuk bersiap menghadapi disaster scenario yang akan datang.
Han Sooyoung menatap punggungku penuh curiga.
Lalu, suara langkahnya perlahan menjauh… menuju arah lain—arah Song Minwoo.
…Seperti yang kuduga.
Aku membiarkannya.
Sebagai gantinya, dia akan berpura-pura tak melihat kemunafikanku.
Beberapa menit kemudian—
“Sial! Apa-apaan ini?!”
Jeritannya menggema.
Aku bahkan tak perlu melihat untuk tahu apa yang terjadi.
[Spesies luar tingkat 6 ‘Song Minwoo’ telah dibunuh.]
[Raja iblis ‘Andras’ telah memperhatikan pembunuhnya.]
[Raja iblis ‘Andras’ akan mengingat siapa yang memberi serangan terakhir.]
[Serangan terakhir: Han Sooyoung.]
Han Sooyoung menatapku dengan wajah pucat pasi.
Aku tertawa kecil.
“Sudah kukatakan, kau bakal menyesal.”
Song Minwoo ternyata anggota household dari Raja Iblis ke-72, Andras.
Raja iblis ke-72.
Di Star Stream, bukan hanya para konstelasi yang kuat.
Ada juga makhluk perkasa yang menolak menjadi “subscriber langit”
dan memilih menjelajah antar planet sendirian.
Mereka disebut — raja iblis.
“Kau benar-benar brengsek, tahu gak?”
geram Han Sooyoung, wajahnya kaku.
Para raja iblis membentuk household-nya sendiri,
sama seperti konstelasi memilih inkarnasi mereka.
Para inkarnasi yang korup bisa memilih untuk bergabung dengan raja iblis.
Werewolf adalah salah satu simbol milik Andras—
berada di lapisan terbawah dari hierarki sang raja iblis ke-72.
Berkat berkah Andras, Song Minwoo memiliki kemampuan Physical Regeneration.
“Gimana caranya aku—”
“Tenang. Aku kenal orang yang pernah dikutuk raja iblis juga.
Tapi mereka nggak mati langsung kok.”
“Kenapa kau baru bilang sekarang?!”
Aku teringat Han Myungoh,
yang dulu dikutuk oleh Asmodeus…
Entah apa dia masih hidup.
“Kuharap ini kabar bagus.
Andras bukan raja iblis tingkat tinggi.
Malah kalau kau jadi musuhnya,
kau bisa dapat simpati dari konstelasi ‘baik mutlak’.
Bisa banjir donasi, malah.”
“Kau pikir para malaikat agung peduli padaku?
Aku aja nggak akur sama sponsor dan malaikat!”
Aku berhenti.
“…Apa yang kau bilang barusan?”
“Sial, mulut sialanku…”
“Kau… nggak punya sponsor?”
Tidak mustahil, memang.
Aku juga tak punya sponsor.
Banyak penyintas di skenario pertama juga tak punya.
Tapi tetap saja,
orang sekuat Han Sooyoung tanpa sponsor—itu aneh.
“Aku nggak pilih dari awal. Aneh aja kalau langsung milih, kan?
Kesempatan cuma sekali.”
“Kau benar juga.”
Kalau bisa menunda Sponsor Selection, memang sebaiknya ditunda.
Masih banyak konstelasi hebat yang bisa datang kemudian,
dan perilaku seseorang di tiap skenario bisa mempengaruhi siapa yang tertarik padanya.
Sponsor Selection pertama berlangsung setelah skenario pertama,
dan biasanya muncul lagi sebelum disaster scenario.
Artinya, di skenario kelima ini,
Han Sooyoung akan mengikuti pemilihan sponsor putaran kedua.
Aku bertanya,
“Jadi, siapa yang akan kau pilih? Ada kandidat?”
Han Sooyoung tersenyum sombong.
“Kau bakal kaget kalau tahu. Mereka udah tertarik padaku.”
“Siapa?”
“Kau pernah dengar nama Abyssal Black Flame Dragon?”
…Naga Api Hitam dari Abyss?
[Konstelasi ‘Abyssal Black Flame Dragon’ sedang memperhatikan reaksimu.]
Aku terdiam sesaat sebelum menjawab santai,
“Ah, ya. Sponsor yang bagus.”
Dalam teks aslinya, Abyssal Black Flame Dragon adalah sponsor Kim Namwoon, si Delusional Demon.
Salah satu petarung paling kuat di luar Yoo Joonghyuk.
Jadi memang bukan pilihan buruk.
[Konstelasi ‘Abyssal Black Flame Dragon’ menatapmu dengan pandangan rumit.]
Ya, jelas dia tak tertarik padaku lagi.
Alis Han Sooyoung terangkat, curiga.
“Kenapa ekspresimu masam gitu? Siapa sponsormu sendiri?”
“Nggak, cuma iri aja.”
“Beneran?”
[Karakter ‘Han Sooyoung’ menggunakan Lie Detection Lv.1.]
[Han Sooyoung memastikan pernyataanmu bohong.]
“Astaga, ini serius?”
Aku tak peduli dengan Abyssal Black Flame Dragon.
Aku cuma ingin dia cepat dapat sponsor.
Lagipula, cocok sekali—dua-duanya sama-sama gila.
[Konstelasi yang menyukai harem bersorak mendukungmu dan Han Sooyoung.]
[500 koin telah disponsorkan.]
Han Sooyoung memegangi pelipis, kesal.
“Lagi-lagi… apa-apaan pesan ini?”
Sayangnya bagi konstelasi itu, harapannya mustahil.
Hubunganku dan Han Sooyoung hanya akan bertahan sepuluh hari lagi.
Kami mungkin bekerja sama sebentar,
tapi dia tetap musuh yang berbahaya.
“Sepertinya kita sudah sampai.”
Kami tiba di tempat yang tampaknya markas para werewolf.
Dekat sebuah stasiun penyiaran—bau darah menyengat dari gang sempit di antara gedung-gedung.
Terdengar jeritan dan lolongan di kejauhan.
“Sepertinya kita agak terlambat,” kata Han Sooyoung.
“Kayaknya sudah ada tamu sebelumnya.”
Tak ada penjaga di sekitar.
Begitu masuk lebih dalam, kami melihat coin farm yang jauh lebih besar dari milik Yoon tadi.
Tempat seperti ini adalah wajah sejati dunia yang hancur.
Dan aku sudah muak melihatnya.
Panen koin sudah selesai.
Tak ada lagi manusia hidup di balik jeruji.
Han Sooyoung berjalan di depan, lalu tiba-tiba menutup hidung.
“Ih, baunya apaan ini?”
Kami melewati area tahanan menuju tempat tinggal para werewolf—
dan di sanalah pemandangan paling mengerikan menunggu kami.
Paha-paha manusia tergantung di tali karet,
seperti daging babi di rumah potong.
Tujuannya jelas.
[Skill eksklusif Fourth Wall menahan dampak trauma emosionalmu.]
Aku pernah membaca adegan seperti ini di teks,
tapi melihatnya langsung membuat mual.
Ada satu cara agar manusia bisa berevolusi menjadi spesies luar—
kanibalisme.
Han Sooyoung memaki.
“Bangsat… menjijikkan.”
Sebagian besar spesies luar muncul secara kebetulan.
Biasanya, mereka gagal menyelesaikan sub-skenario “temukan makanan”
dan akhirnya makan manusia lain.
Begitu mereka makan sekali, mereka tak bisa berhenti.
Dan setelah berubah, rasa bersalah terhadap sesama manusia menghilang.
“Kau tampak marah,” kataku pelan.
“Tentu saja! Siapa yang nggak marah lihat ini?”
“Padahal, nabi lain bilang kau ingin menguasai dunia dengan informasi yang kau punya.”
“Siapa yang bilang begitu?” Han Sooyoung mendengus.
“Sama konyolnya dengan tuduhanmu soal plagiat.”
“…”
“Penguasaan dunia? Kedengarannya keren sih, tapi tujuanku cuma satu—mencegah kehancuran.
Untuk itu aku kumpulkan para rasul.”
“Rasul-rasulmu itu semua sampah.”
“Mereka memang sampah dari awal! Itu salahku?”
Tang! Tang! Tang!
Kami langsung menahan napas.
Suara ledakan daging dan logam menggema.
Tatang!
Suara tembakan.
Tentara? Tidak mungkin. Mereka sudah punah.
Kami berlari ke arah sumber suara.
Dan saat melihatnya, aku paham.
Tumpukan mayat werewolf setinggi gunung.
Tubuh-tubuh mereka berlubang akibat peluru.
“Peluru atribut.”
“Peluru dengan atribut divine?”
Di kejauhan, beberapa orang memegang senapan modern.
Mereka mengenakan seragam tahanan—bukan pakaian tentara.
Han Sooyoung menatapku serius.
“Kau ingat aku pernah bilang, ada orang seperti kau di Penjara Seodaemun?”
“Ya.”
“Itu pasukannya.”
Dia menunjuk seorang wanita bermasker.
Andai bukan karena rambut panjangnya, aku takkan tahu dia perempuan.
“Dia pemimpinnya. Jelas dia pembaca, tapi aku nggak tahu identitasnya.”
Begitu rupanya.
Pasukan dari Penjara Seodaemun…
Tapi kenapa mereka tak muncul saat perebutan takhta dulu?
Han Sooyoung bergumam, menatap gunungan mayat itu.
“Mereka juga kelompok pengembara. Tapi ini… kekuatannya luar biasa.”
Seorang wanita bersenjata berjalan mendekat.
Bukan si pemimpin, tapi salah satu bawahannya.
Aku menarik Unbroken Faith, sementara Han Sooyoung menyiapkan Avatar.
Senapan di tangan wanita itu bergerak—
bukan ke arah kami, tapi ke tumpukan mayat.
Dududududu!
Gunung mayat runtuh… dan sesuatu bersinar di bawahnya.
“Itu…”
Sebuah batu bercahaya kuning—sekitar dua meter tingginya.
Salah satu meteorit yang kucari untuk mencegah disaster scenario.
Meteorit ini pula yang menjadi sumber kekuatan para werewolf.
Wanita itu menatap meteorit tersebut,
lalu perlahan berbalik menatapku.
“Kau… Kim Dokja, kan?”
Ch 78: Ep. 16 – The Fifth Scenario, II
Kalau dilihat lebih dekat, wanita itu ternyata sudah cukup berumur.
Dilihat dari garis wajah dan kerutan halus di matanya,
ia bukan empat puluhan, tapi paling tidak pertengahan atau akhir tiga puluhan.
Dia mengenalku? Bagaimana bisa?
Aku sedikit kikuk, tapi tetap menjaga ekspresi tenang saat menatapnya.
“Kau salah orang. Namaku Yoo Joonghyuk.
Kim Dokja itu nama orang yang paling aku benci.”
“…Yoo Joonghyuk?”
“Ya. Jadi sampaikan pada pemimpinmu, jangan asal bicara.
Meski kau nggak paham maksudku, katakan saja begitu.”
Aku melirik sekilas ke arah Han Sooyoung.
Dia menatapku dengan wajah “kau serius?”.
Aku mengedip pelan — tanda agar dia mengerti.
Dia cukup pintar untuk menangkap maksudku.
Namun, wanita itu malah berkata datar,
“Aku sudah tahu kau Kim Dokja. Hentikan kebohongan yang tidak perlu.”
[Karakter Han Sooyoung telah memastikan bahwa pernyataan tersebut benar.]
Han Sooyoung mengangguk kecil padaku.
Berarti, wanita ini datang karena memang tahu siapa aku sebenarnya.
“Raja kami bilang, meteorit ini akan dipercayakan padamu.”
Aku tertegun.
Dia tahu aku, dan bahkan menyerahkan meteorit padaku?
“Siapa kau sebenarnya?”
“Kami orang-orang dari Raja Pengembara.”
“Wanita bermasker di sana — itu rajamu?”
Wanita itu mengangguk.
Aku menatap sosok tinggi bermasker di kejauhan.
Ada sesuatu yang terasa familiar, tapi juga janggal.
“Raja… kenapa tidak membawa bendera?”
“Raja tidak peduli pada hal-hal seperti itu.”
Jawaban aneh. Tapi nada suaranya tegas.
“Raja kami bilang, kami akan mengurus bencana di utara.
Empat bencana lainnya — diserahkan padamu.”
Belum sempat aku bertanya,
dia sudah berbalik dan pergi seperti sudah selesai bicara.
“Hei! Apa maksudmu itu?
Jelaskan dulu sebelum kabur!”
Namun, wanita itu terus melangkah tanpa menoleh.
Han Sooyoung menatapku heran.
“Apa ini… kau kenal dia?”
“Mana mungkin.”
Aku diam-diam mengaktifkan Character List.
[Orang ini tidak terdaftar dalam Character List.]
[Kau bisa memperbarui daftar untuk memeriksa informasi. Perbarui sekarang?]
Sepertinya siklus pembaruan sudah kembali.
Aku mengangguk.
[Pembaruan selesai.]
[Beberapa orang baru ditambahkan ke daftar.]
Jendela baru muncul.
[Ringkasan Karakter]
Nama: Cho Youngran
Usia: 37 tahun
Sponsor: Penyihir Pertama dari Dinasti Joseon
Atribut Eksklusif: Tahanan Kabur (General), Petugas Keadilan (Rare)
Skill Eksklusif: Prison Escape Lv.3, Patience Lv.6, Execution Time Lv.3, Shooting Lv.4 …
Stigma: Transformation Occult Art Lv.2
Stat Keseluruhan:
Physique Lv.30 | Strength Lv.34 | Agility Lv.36 | Magic Power Lv.28
Catatan:
• ‘Starter Pack’ sedang aktif.
• ‘Growth Package’ sedang diterapkan.
Penyihir Pertama dari Dinasti Joseon?
[Konstelasi ‘Penyihir Pertama dari Dinasti Joseon’ menatapmu dengan waspada.]
Aku tidak menyangka ada orang yang sudah punya sponsor Jeon Woochi.
Sang penyihir legendaris dari era Joseon — tokoh penipu paling terkenal di sejarah Korea.
Selain itu, atributnya Petugas Keadilan juga cukup bagus,
meski masih di bawah atribut ‘Judge’.
Kalau bawahannya sekuat ini…
bagaimana dengan sang raja sendiri?
Aku menatap lagi wanita bermasker itu.
[Informasi orang ini tidak bisa dibaca di Character List.]
[Orang ini tidak terdaftar dalam Character List.]
Begitu mata kami bertemu,
rasa sakit tajam langsung menghantam kepalaku.
Aku refleks menunduk.
Jantungku berdetak keras.
Fourth Wall bergetar hebat.
Wanita itu menyebabkan reaksi yang lebih kuat
bahkan dibandingkan Song Minwoo sebelumnya.
Padahal aku sudah punya Self-rationalization.
Tapi entah kenapa, aku enggan mengambil risiko.
“Hei, kenapa kau?” tanya Han Sooyoung cemas.
“…Bukan apa-apa.”
Fourth Wall hanya bereaksi seperti ini
terhadap orang-orang yang punya pengaruh besar padaku di dunia nyata.
Artinya—aku mengenalnya.
Dan hanya ada satu orang
yang bisa membuatku lebih trauma daripada Song Minwoo.
…Benar.
Seperti dugaanku, dia masih hidup.
Tidak kusangka, dia ada di Seoul.
Pantas saja bisa membentuk kelompok besar,
dan semua bawahannya memakai seragam tahanan.
Masuk akal kalau itu dia.
Para pengembara mulai bergerak.
Mereka berbaris rapi, berjalan tanpa ragu,
penuh dengan kesetiaan yang terasa bahkan dari jauh.
Pemimpin mereka berada di barisan depan.
Sebuah sosok ratu —
bukan Raja Keindahan, bukan Raja Tiran, tapi Raja tanpa mahkota.
Aku menatap reruntuhan di belakang mereka:
coin farm yang hancur, para penyintas yang selamat.
Mereka meninggalkan selimut dan makanan di sisi orang-orang itu.
Para penyintas menatap mereka pergi dengan mata penuh hormat.
Aku nyaris lupa.
Seseorang tidak perlu duduk di atas takhta
atau mengibarkan bendera
untuk disebut raja.
Di dunia tanpa raja ini,
masih ada seseorang yang pantas disebut demikian.
Beberapa saat kemudian, aku memeriksa meteorit kuning yang mereka tinggalkan.
Batu besar itu memancarkan cahaya lembut,
dikenal juga sebagai moon stone —
batu bintang yang biasanya melayang di dimensi lain.
Sama persis seperti yang tertulis di novel.
Energi magisnya bergetar halus di ujung jariku,
cahaya samar mengalir dari permukaan buramnya,
dan garis putih melingkari tubuh batu itu.
Meteorit kuning ini jelas mengandung kekuatan
yang bisa menandingi bencana yang akan datang.
[‘Moon Stone’ ingin memberimu kekuatan tingkat tinggi.]
Aku menolak tawarannya.
Energinya surut kembali ke batu.
Batu ini membawa kekuatan malam —
dan kekuatan itu biasanya diberikan pada spesies luar.
Mungkin karena itulah para kanibal bisa berevolusi jadi werewolf.
[‘Moon Stone’ terasa akrab padamu.]
Namun fungsi sejati batu ini bukan sekadar mengubah spesies.
Beberapa ratus werewolf tak akan cukup menghadapi bencana nanti.
Bahkan ribuan pun akan menimbulkan bencana baru—
bencana dari kekuatan iblis itu sendiri.
“Aku merasa seperti relawan… hei, kau nemu sesuatu?”
Aku sedang memeriksa batu itu saat Han Sooyoung menolong para penyintas di sekitar.
Sedikit mengejutkan, meski aku tahu dia pasti mengincar koin.
[Konstelasi dari sistem Absolute Good terharu oleh tindakan Han Sooyoung.]
Dalam wilayah yang terkutuk oleh iblis,
efek donasi dari sistem Good jadi lebih besar.
Manusia memang makhluk dua sisi yang luar biasa.
Di antara para konstelasi Good,
bisa jadi ada si Abyssal Black Flame Dragon yang memperhatikannya.
Sponsor Selection kedua sudah dekat,
jadi dia pasti ingin tampil ‘baik’.
“Avatar-mu lumayan berguna.”
Puluhan Avatar dengan cepat menata area itu.
Mayat-mayat spesies luar dibakar,
toko potong manusia dihancurkan,
dan semua itu menghasilkan koin untuknya.
Han Sooyoung menyeka darah di hidungnya.
“Kapan kau mau ngomong sebenarnya?”
“Ngomong apa?”
“Itu.”
Aku tahu yang dia maksud bukan meteorit.
“Masih kau pikirin itu?”
“Ya jelas!”
Ada dua jenis reader yang belum dia tahu,
dan tampaknya keduanya saling berhubungan.
Wajar kalau Han Sooyoung — si “pembaca terakhir” — penasaran.
“Siapa tahu.”
“…Kau benar-benar gak tahu?”
“Aku hanya tahu wanita itu, pemimpinnya.”
“Raja Pengembara?”
“Ya. Tapi dia bukan ‘yang turun’.
Tepatnya, dia bahkan tidak pernah membaca naskah aslinya.”
“Apa? Kalau begitu bagaimana dia tahu isi ceritanya?”
“Karena aku yang menceritakannya padanya.”
Han Sooyoung melotot.
“Kau cerita ke orang lain?! Untuk apa?”
“Aku butuh sesuatu untuk diucapkan waktu bertemu dengannya.
Karena selain itu… aku gak punya hal lain untuk kukatakan.”
Nada suaraku mungkin terlalu datar,
karena Han Sooyoung yang hendak bicara malah terdiam.
Dia tampak ingin bertanya banyak —
siapa wanita itu, dan apa hubunganku dengannya —
tapi akhirnya hanya mendesah.
“Entah siapa dia buatmu,
tapi kau yakin gak apa-apa membiarkannya?
Kalau ada orang lain yang tahu masa depan…”
“Tidak masalah.
Dia orang yang punya prinsip.
Dia takkan menyalahgunakan informasi itu.”
Aku menepuk permukaan moon stone dan berkata,
“Yang lebih penting sekarang — kita harus membangunkannya.”
“Apa?! Batu ini?” Han Sooyoung menatapku seolah aku gila.
“Kau mau membangunkan bencana?!”
“Kenapa panik? Kau juga pernah melakukannya, kan?”
Wajahnya menegang.
Benar, dia pernah membangunkan Lesser Igneel, naga api kecil itu.
“Hei! Itu cuma bencana kecil! Ini—”
“Ini bukan bencana.”
“Lalu apa?”
“Kau benar-benar malas riset ya waktu menjiplak novelku.
Masa kau gak ingat apa yang muncul di sini pas skenario dimulai?”
Han Sooyoung membuka ponselnya cepat-cepat,
membaca naskah novelnya sendiri,
lalu wajahnya berubah pucat.
“…Ah.”
“Nah, sadar juga kan? Kau salinannya bagus.”
“Diamlah.”
“Tapi skenario utama belum terbuka. Aman kan?
Kalau nanti muncul plausibility request gimana?”
“Tidak akan.”
“Dokkaebi menengah itu benci padamu, tahu!”
“Kalau begitu aku akan urus dia.
Sekarang mungkin dia sedang dimarahi oleh pihak Bureau.”
Aku menatap moon stone.
“Kita mulai injeksi mana.
Berdasarkan perhitunganku, butuh sepuluh jam untuk menetas.
Aku empat jam, kau enam jam.”
“Kenapa aku enam jam?!”
“Level Magic Power-mu lebih tinggi.”
Jumlah avatarnya tiba-tiba berkurang drastis.
Aku mendengus.
“Jujur saja. Level Magic Power-mu berapa?”
“Kenapa harus bilang padamu?”
“Karena ini info penting untuk menyelesaikan skenario.”
[Ketentuan Kontrak Sementara diberlakukan.]
Han Sooyoung mendecak kesal.
“…Lv.55.”
Aku benar-benar terkejut.
Kupikir sekitar 40-an, mengingat dia bisa kendalikan puluhan Avatar.
Tapi level 55… itu sudah hampir menyentuh batas skenario.
Fisik dan kekuatannya memang rendah —
pasti semua koinnya dipompa ke Magic Power.
“Baik. Ganti. Aku dua jam, kau delapan jam.”
“Hei! Curang! Dan lagi aku udah kehabisan mana!”
Aku membuka Dokkaebi Bag, mengeluarkan beberapa botol Intermediate Magic Power Recovery Potion.
“Minum ini.”
“Apa ini?”
“Item koin.”
“Sponsor-mu gede banget, ya?
Bisa seenaknya ngasih ini ke orang.”
“Bukan sponsorku yang besar. Aku yang besar.”
“Tch. Sok.”
“Kalau begitu aku mulai dulu.”
Aku menyentuhkan tanganku ke permukaan batu
dan mulai menyalurkan mana.
Sepuluh jam lagi, sesuatu di dalam meteorit ini akan bangkit.
Aku tak tahu berapa lama tertidur.
Ketika kubuka mata,
suara Han Sooyoung terdengar panik.
“Bangun cepat! Batu itu mulai bergerak!”
Dia menatap moon stone dengan wajah tegang.
Retakan mulai muncul di permukaannya.
Retakan bercahaya, sama seperti waktu Lesser Igneel keluar dari meteorit.
Cahaya terang menyembur,
mengusir sebagian kegelapan malam.
Dan dari dalam batu,
aku bisa merasakan tekanan luar biasa—
auranya begitu berat hanya dengan menatapnya.
Sesuatu sedang terbangun.
Ch 79: Ep. 16 – The Fifth Scenario, III
Pecahan-pecahan moon stone yang hancur jatuh berserakan di tanah.
Dari dalamnya, muncul sosok berambut perak panjang, berkilau di bawah cahaya malam.
Kalau dia masih berupa anak, mungkin aku bisa menaklukkannya lewat fenomena imprinting.
Tapi makhluk ini jelas bukan makhluk polos seperti itu.
[Kau telah bertemu dengan makhluk dari dunia lain untuk pertama kalinya dalam skenario ini.]
[Kedekatan dengan spesies dunia lain meningkat.]
[2.000 koin telah diterima.]
[Skill bonus untuk komunikasi dengan makhluk dunia lain telah diperoleh.]
[Skill ‘Other World Interpreter Lv.1’ telah didapat.]
Di sebelahku, aku mendengar Han Sooyoung menelan ludah pelan.
Wajar saja.
Pertemuan dengan spesies dunia lain ini adalah awal dari Skenario Kelima —
dan sekali saja kami membuat kesalahan, seluruh Seoul bisa lenyap dari peta.
[Skill eksklusif ‘Other World Interpreter Lv.1’ diaktifkan.]
[Efek item Protection Symbol of the Imyuntar meningkatkan pemahaman terhadap bahasa tertentu.]
Item yang kudapat dari naga api waktu itu rupanya berguna juga sekarang.
[Interpretasi otomatis dimulai.]
Suara bergema dari dalam moon stone yang bersinar.
“#%#$… sial, sudah waktunya, ya?”
Makhluk itu menggeram rendah sambil bangkit dari posisinya.
Sekilas dia mirip serigala, tapi instingku tahu—
dia bukan serigala biasa.
Lebih tepatnya, aku tahu spesies apa dia.
「 Mereka tingginya tiga meter. Spesies dominan dari dunia Chronos yang bisa bertransformasi menggunakan moon stone di bawah sinar bulan. Pejuang dengan kekuatan fisik luar biasa yang mengendalikan kekuatan angin. 」
Salah satu dari lima spesies dominan di dunia Chronos.
“Aku adalah Great First Wolf.”
「 Di Chronos, mereka memanggil sang serigala pertama ini: Imyuntar. 」
“Namaku Lycaon, dari klan Imyuntar.”
Suara beratnya bergema seperti geraman petir, membuat udara di sekitar membeku.
Aku menatapnya lurus, sementara Han Sooyoung refleks bersembunyi di belakangku.
Tentu saja, aku tidak mundur.
[Skill eksklusif Character List diaktifkan.]
[Ringkasan Karakter]
Nama: Lycaon Isparang
Usia: 371 tahun
Sponsor: Shadow of a Destroyed World
Atribut Eksklusif: Noble Imyuntar (Hero), Humiliated Survivor (Rare)
Skill Eksklusif: Way of the Wind Lv.9, Advanced Weapons Training Lv.9, Roar of the Battlefield Lv.8, Sage’s Insight Lv.4, Steel Skin Lv.8, Acting Lv.4
Stigma: Destruction Delivery Lv.1
Stat Keseluruhan: Physique Lv.75 / Strength Lv.75 / Agility Lv.75 / Magic Power Lv.75
Evaluasi: Salah satu dari lima spesies dominan dunia yang hancur, Chronos. Setelah kehilangan dunianya, ia berinvestasi di Star Stream dan menjadi pemandu skenario. Selalu memandang dunia dengan mata penuh penyesalan.
Seperti dugaan, pahlawan dari dunia lain benar-benar luar biasa.
Rata-rata stat-nya 75 — bahkan sudah melampaui batas skenario saat ini.
Lycaon menatapku dengan mata biru yang tajam,
seolah aku ini sesuatu yang menarik baginya.
“Kau yang membangunkanku?”
Aku mengangguk.
“Begitu rupanya… Jadi akhirnya tiba saatnya.
Selamat telah melewati skenario tutorial, para prajurit dunia ini.”
Nada bicaranya seperti dokkaebi yang sedang membaca naskah.
Lucu juga dia meniru gaya dramatis seperti itu.
Padahal, di dunia ini tidak ada yang namanya tutorial.
Setiap skenario adalah kenyataan—dan yang mati, tetap mati.
Jadi… apa yang dia maksud dengan “tutorial”?
“Wahai mereka yang berada di ambang kepunahan.
Pertama-tama, aku turut menyesal atas datangnya ‘bencana’ ke dunia kalian.”
Lycaon mendongak menatap langit.
Ke arah Lubang Besar di atas Seoul.
Pusaran hitam raksasa itu terus membesar setiap detik.
Dia pasti pernah melihat pemandangan yang sama pada hari kehancuran dunianya.
Semua pemandu skenario adalah orang-orang
yang telah kehilangan dunianya karena skenario juga.
“Selama aku di sini, kalian bisa tenang.
Aku adalah ‘pemandu’ yang ditugaskan untuk menghentikan kehancuran dunia ini.
Aku akan melatih kalian untuk menghadapi bencana dan memberi petunjuk yang dibutuhkan. Dan…”
Kalimatnya terdengar formal, seperti membaca dari buku panduan.
Mungkin memang benar—dokkaebi pasti memberinya manual.
Namun tiba-tiba dia berhenti bicara.
“…Tunggu. Kalian berdua saja yang membangunkanku?”
“Hanya kami.”
“Aneh. Skenario keempat belum diselesaikan?
Kalau sudah selesai, seharusnya kelima pemandu bangkit bersamaan…
Di mana Pemilik Takhta Absolut?”
Dia benar.
Dalam jalur normal, kelima pemandu itu akan muncul
bersamaan dengan lahirnya pemilik Takhta Absolut.
“Kami tidak punya raja.”
“Tidak ada raja… apa, pemilik Takhta Absolut mati?
Mustahil! Takhta itu tidak bisa dibunuh!”
Nada suaranya mengancam, bulu di tengkuknya berdiri.
“Tidak ada pemiliknya sejak awal.”
“Apa maksudmu?”
“Kami menyelesaikan skenario keempat tanpa mengambil Takhta Absolut.”
Matanya menyala seperti bara.
“Kau bercanda denganku? Itu mustahil!
Skenario keempat takkan berakhir sebelum seseorang duduk di takhta!”
“Ada satu cara lagi — menghancurkan takhtanya.”
Wajah Lycaon langsung menegang.
Matanya membesar, menyadari arti kata-kataku.
“…Tidak mungkin… Kau—”
“Ya. Takhta itu dihancurkan.”
Lycaon menatapku ngeri.
“Bagaimana bisa kalian melakukan dosa sebesar itu?!”
Dia meraung keras, kata-katanya bercampur geraman yang tak bisa diartikan.
Han Sooyoung memelototkanku.
“Hei, memang separah itu?”
Tapi Lycaon sudah lebih dulu menjerit lagi,
“Kenapa kalian melakukannya?!
Sekarang tak ada lagi yang berada di bawah panji sang Dewa Agung itu!
Dunia ini sudah terkutuk!”
Aku hanya menatapnya dingin.
Inilah sifat asli mereka.
Mereka datang dengan kedok “penyelamat dunia”,
padahal membawa kepentingan sendiri yang tak pernah boleh terjadi di sini.
“Pangeran Imyuntar, Lycaon Isparang.
Terlalu cepat kau berputus asa.”
Nada suaraku membuat telinganya bergerak.
Dia mendesis marah.
“Manusia sombong. Beraninya kau bicara begitu pada ras agung?!
Kau tak tahu berat dosamu!”
“Lycaon, kau lupa apa yang terjadi pada duniamu sendiri?
Imyuntar mungkin penguasa Chronos, tapi bukan penguasa bumi.”
Wajahnya menegang. Aku tak memberi jeda.
“Ada lima bencana yang menghancurkan dunia kalian.”
“Apa…”
“Benua selatan tempatmu tinggal — dihancurkan oleh naga api, bukan?”
Mata Lycaon membesar, penuh keterkejutan.
“Bagaimana kau tahu itu?”
“Fire Dragon Igneel.
Bencana dari Neraka yang Membara — penghancur duniamu.”
Naga kecil yang kubunuh, Lesser Igneel, adalah sisa dari bencana itu.
Seekor naga api yang sekali mengepakkan sayap
bisa membakar satu kota.
Dialah makhluk yang menghapus benua selatan Chronos dari peta.
Lycaon menggertakkan gigi.
“Kau bicara seolah itu bukan urusanmu.
Kau akan menyesal. Dunia kalian juga akan terbakar dalam neraka yang sama.”
“Tenang saja. Igneel takkan datang ke dunia ini.”
“Apa?”
“Aku sudah membunuhnya.
Bencana Neraka Membara takkan muncul di dunia ini.”
Wajah Lycaon membeku seperti batu.
Seolah aku baru saja berkata bahwa dunianya telah dikembalikan.
“Itu lelucon terbaik yang pernah kudengar.
Menyenangkan, manusia.”
Aku mengeluarkan medali biru dari dalam tasku.
Begitu melihatnya, tawanya langsung berhenti.
Simbol Pelindung Imyuntar — Protection Symbol of the Imyuntar.
Tangan Lycaon gemetar saat meraihnya.
“B-bagaimana kau bisa punya ini…?”
Medali itu adalah bukti bahwa seseorang telah membunuh naga bencana.
“Lycaon dari klan Imyuntar.
Berlutut pada sang Pelindung.”
Tubuh raksasanya bergetar hebat.
Perlahan, lututnya menyentuh tanah — lalu kepalanya menyusul.
Tiga meter lebih tinggi dariku, tapi sekarang pandangannya di bawahku.
“Lakukan dengan benar.”
Kepalanya menunduk sepenuhnya.
Aku menatapnya dari atas — hasil nyata dari membunuh naga itu.
Han Sooyoung masih bengong, tak mengerti.
Dia tidak tahu seberapa besar artinya medali itu bagi ras Lycaon.
Lycaon akhirnya berkata lirih,
“Sang Pemburu Naga Agung…
aku mohon maaf atas kelancanganku.”
“Namaku Kim Dokja.”
Aduh, andai namaku Yoo Joonghyuk, pasti lebih keren.
Aku buru-buru menambahkan,
“Lycaon. Aku butuh bantuanmu.”
“…Kau ingin aku melakukan apa, Pelindung?”
“Ajarkan padaku Way of the Wind —
teknik rahasia milik klan Imyuntar.”
Matanya membulat.
Inilah alasan sebenarnya kenapa aku membangunkannya.
Karena jika bencana api sudah tiada,
maka bencana pertama yang akan datang di Skenario Kelima adalah bencana timur.
Untuk mencegahnya, aku butuh teknik angin —
satu-satunya cara menghadapi Disaster of Questions.
Satu jam kemudian, aku menjelaskan semuanya pada Han Sooyoung yang masih bingung.
“Jadi medali yang kau dapat dari naga itu penting banget buat mereka?”
“Ya.”
“Aku masih gak paham.
Naga yang kau bunuh itu bencana juga?”
“Benar.”
“Berarti sekarang tinggal empat bencana yang harus dicegah?”
“Kau ngerti… tapi kayaknya gak ngerti juga.”
Han Sooyoung mengernyit.
“Lho, bukannya yang kau bunuh itu Lesser Igneel?
Kenapa bisa disebut bencana? Bukannya dia versi lemah dari naga aslinya?”
“…Semua makhluk yang menetas dari meteorit bencana adalah ‘bencana’.
Yang muncul waktu itu cuma versi turunan Igneel,
jadi Igneel aslinya gak akan muncul lagi.
Dalam versi asli pun, cuma anaknya yang keluar.
Ini baru Skenario Kelima, mustahil naga selevel Igneel bangun sekarang.”
“Kau ngomong kayak juru bicara penulisnya.
Apa kau sebenarnya penulis Ways of Survival?”
Aku cuma mendengus.
Skenario ini memang gila,
tapi disetel agar bisa diselesaikan kalau seseorang berani mati-matian.
…Tentu saja, “penyesuaian” itu disengaja.
Naga kecil itu saja sudah cukup menghancurkan seluruh pasukan nabi waktu itu—
bahkan aku sendiri pernah mati karenanya.
Kalau bukan karena Raja Tanpa Pembunuhan, aku sudah jadi abu.
Kalau Lesser Igneel dilepaskan di Seoul dan naik level,
kota ini pasti berakhir seperti Chronos.
“Yah, jadi bencana-bencana ini ternyata jauh lebih parah dari yang kutulis…” gumam Han Sooyoung.
“Kita beruntung waktu naga itu muncul.
Bencana-bencana berikutnya akan muncul dalam bentuk aslinya — dan mereka mengerikan.”
Ekspresi Han Sooyoung saat mendengar kata asli benar-benar priceless.
“Lalu, apa yang kita lakukan?”
“Kita manfaatkan dia.”
Aku menatap Lycaon yang tengah bersiap untuk pelatihan di kejauhan.
“Kau mau dia bertarung?”
“Tidak bisa. Dia pengecut,
dan pemandu skenario dilarang melawan bencana dari dunia lain.
Kita harus berjuang sendiri.”
“Pelindung,” suara Lycaon memanggilku dari jauh,
“aku sudah siap.”
Pelindung — sebutan untuk pemilik medali.
Sudah kukatakan berkali-kali panggil aku Kim Dokja,
tapi keras kepala sekali.
“Mulai sekarang, aku akan mengajarkan teknik rahasia klan kami — Way of the Wind.”
Way of the Wind.
Skill tersembunyi yang memungkinkan penggunanya mengendalikan angin seolah bagian dari tubuhnya.
Hanya mereka yang memiliki Protection Symbol of the Imyuntar yang bisa mempelajarinya.
Skill ini seharusnya milik Yoo Joonghyuk.
Tapi kali ini… bukan dia yang akan mendapatkannya.
“Baik. Mari kita mulai.”
Selama tiga jam berikutnya, aku berlatih mati-matian.
Tidak ada notifikasi “Apakah kamu ingin mempelajari skill ini?”
— satu-satunya cara hanyalah belajar langsung.
Untung aku sudah membaca novelnya.
Setidaknya aku tahu sedikit bagaimana gerakannya.
Atau… kupikir begitu.
Setelah satu jam tambahan, Lycaon akhirnya berhenti dan menatapku.
“Pelindung… maaf aku harus bilang ini, tapi—”
Ch 80: Ep. 16 – The Fifth Scenario, IV
“A—apa?” aku terengah. “Sudah selesai?”
Lycaon menatapku dengan wajah sulit dijelaskan.
“Tidak, itu….”
“Lalu apa yang salah dari caraku?”
“Kalau dijelaskan secara tepat…”
“Jangan muter-muter! Katakan saja cepat!”
“…Semuanya salah.”
Kata-katanya begitu jujur sampai aku merasa seperti baru saja dihantam rudal di dada.
Aku terduduk lemas di tanah, napasku tersengal. Di atas sana, Lubang Besar di langit terlihat makin lebar, seolah mengejekku diam-diam.
Lycaon menatapku serius, seperti siap mengucapkan vonis mati.
“Pelindung… kau tidak punya bakat sedikit pun untuk Way of the Wind.
Sebenarnya, untuk hampir semua skill juga tidak.”
Kalimatnya menancap lebih dalam dari pedang mana pun.
Kalau aku gagal, dunia mungkin benar-benar hancur karena aku.
Beberapa jam berlalu.
Lalu hari berganti.
Tinggal delapan hari sebelum Skenario Kelima dimulai.
Aku belum menyerah.
Aku tetap berusaha mempelajari Way of the Wind.
Tentu saja… hasilnya tetap nihil.
“Grrr… Pelindung, sebaiknya menyerah saja…”
“Kenapa aku gak bisa mempelajarinya?”
Han Sooyoung, yang duduk sambil makan biskuit, terkekeh.
“Kenapa? Karena kau gak punya bakat.”
“Itu gak mungkin.”
“Kenapa gak? Kau bukan protagonis.
Kau pikir cuma karena belakangan ini kau sedikit keren, kau bisa jadi Yoo Joonghyuk?”
Ugh, rasanya seperti ditusuk di jantung.
Aku mengerutkan dahi. “Tapi aku ngerti teorinya di kepalaku.”
“Oh iya, semua orang juga pikir mereka bisa masuk Seoul National University.”
“Aku serius.”
Aku benar-benar ingat seluruh enlightenment tentang Way of the Wind.
Saking frustrasinya, aku bahkan meminjam baterai cadangan dari para penyintas hanya untuk membuka ulang teks itu.
“Ada badai di tangan kanan, dan topan di tangan kiri.
Way of the Wind akan terbuka saat garis lurus dan lengkung bertemu.”
“H-hei… Kau benar-benar mengerti maknanya!” seru Lycaon kagum.
Kata-kata itu sebenarnya bukan dariku.
Itu adalah kalimat pencerahan Yoo Joonghyuk dari Ways of Survival.
Dalam novel, Yoo Joonghyuk mendapat pencerahan itu dalam satu kalimat dan langsung menguasai Way of the Wind dalam lima menit.
Tapi bagiku?
Dua hari berlalu, dan aku bahkan belum bisa memutar angin seukuran kipas angin meja.
“Gimana caranya?” aku mendesah frustrasi.
“Hah? Kau sudah mengatakannya tadi. Itu penjelasan paling akurat.”
“Itu perumpamaan, Lycaon.”
“Perumpamaan? Tidak.
Kata-katamu bukan kiasan. Itu… literal.”
Aku hampir menjerit.
Sial, bahkan Fourth Wall gak berguna kali ini.
Dinding itu memberiku ketenangan dan penilaian rasional, tapi tidak pernah memberiku bakat.
Aku menghela napas berat.
“Kalau begitu, coba kau sendiri.
Satu angin bertemu angin lain membentuk yin dan yang. Sekali lagi, satu angin bertemu angin lain membentuk prinsip positif dan negatif.”
Konsep yin-yang itu khas Bumi, tapi Lycaon langsung memahaminya.
“Kau… bagaimana bisa memahami makna sedalam itu?”
“Jangan cuma ngomong. Rasakan dan pancarkan lewat tubuhmu.”
“Kalau begitu, seperti ini.”
Dia memejamkan mata—dan whooosh!
Angin panas dan dingin berputar di sekelilingnya, membentuk pusaran sempurna.
Aku menatapnya dengan rasa tidak percaya.
Baru sekali dengar, langsung bisa?
Kenapa makhluk ini bisa semudah itu, sementara aku tidak?
Rasa kompetitifku langsung terbakar.
“Kalau begitu, dengar ini.
Empat angin bertemu membentuk pertahanan.
Lalu empat lainnya bergabung, menciptakan Eight Trigrams.
Dengan demikian, angin ada di mana-mana—namun tidak ada di mana pun. Bisa kau lakukan?”
Itu kalimat pencerahan Yoo Joonghyuk dari regresi kesembilan.
Kali ini Lycaon menatapku bingung.
Aku tersenyum puas.
“Hah, gak bisa, kan? Nah, rasanya kayak gitu aku sekarang.”
“Pu—Pushov… eh, maksudku, Pelindung. Aku sangat berterima kasih padamu.”
“…Apa?”
[Spesies Dunia Lain Kelas 5 ‘Pangeran Lycaon dari Imyuntar’ mendapat pencerahan besar.]
[Kau memberikan pengaruh besar terhadap evolusi Lycaon dari Imyuntar.]
[Lycaon merasa sangat berterima kasih padamu.]
[Beberapa konstelasi dari dunia hancur ‘Chronos’ berterima kasih padamu.]
[2.000 koin telah disponsorkan.]
Aku terdiam.
Jadi makhluk itu…
Mendapat pencerahan dari ocehanku?!
Han Sooyoung tertawa sampai terbatuk, menahan perutnya.
“Pfft—Ahahaha! Gila, kau jadi guru spiritualnya serigala sekarang!”
Aku menatap ke langit, hampir menangis frustrasi.
Aku mungkin tahu Ways of Survival, tapi ternyata aku gak tahu apa-apa soal diriku sendiri.
[Konstelasi ‘Prisoner of the Golden Headband’ mengagumi kesabaranmu.]
[Konstelasi ‘Secretive Plotter’ kecewa pada kelemahanmu.]
Melihat notifikasi itu, aku sempat berpikir:
Haruskah aku akhirnya menandatangani kontrak dengan sponsor?
Tapi itu gak mungkin—aku masih terikat kontrak dengan Bihyung.
[Jadi kenapa kau hancurkan takhtanya, bodoh?]
Aku mendongak. Sosok transparan Bihyung melayang di udara.
‘Kau bisa bicara sekarang? Gimana dengan dokkaebi menengah?’
[Dia gak bakal datang sebentar lagi. Lagi kena disiplin berat. Pasti gak muncul sampai Skenario Kelima dimulai. Oh, dan channel-ku naik level lagi! Bulan depan aku mungkin bisa naik ke tingkat menengah. Semua berkat kau~]
‘Selamat deh.’
[Kau gak senang? Padahal kalau aku maju, kau juga diuntungkan.]
‘Begitu kau naik, kau bakal sibuk, kan?’
Bihyung tertawa puas.
[Anak nakal, jangan khawatir. Aku tetap urus kau kok.
Tapi yah… akhir-akhir ini kantor pusat berisik banget. Ada beberapa bajingan yang terlalu sering manipulasi probabilitas.]
Aku gak perlu nebak siapa pelakunya.
[Bukan kau kok.]
Tentu saja.
Itu Yoo Joonghyuk.
Pertumbuhan pria itu udah gak masuk akal lagi—kecepatannya hampir kayak cheat.
[Ada satu orang yang tumbuh luar biasa cepat, dan Biro gak bisa berbuat apa-apa. Sponsor-nya pasti konstelasi yang luar biasa kuat.]
Aku cuma mendengus.
Benar, kemungkinan bukan masalah kalau ada konstelasi yang sanggup menanggungnya.
[Ngomong-ngomong, mau beli paket pertumbuhan gak? Aku kasih diskon spesial.
Kau kesulitan belajar skill, kan? Paket ini—]
‘Aku gak beli. Lagipula, paket itu cuma berlaku buat skill yang sudah dipelajari, kan?
Kau datang cuma buat cari uang lagi, ya?’
[…Heh, ketahuan juga.]
Bihyung mendengus sebal.
‘Tapi aku memang mau beli sesuatu.’
[Koin dimiliki: 62.372 C]
Lumayan.
Masih banyak sisa hasil jual bagian naga api.
Kalau aku punya 40.000 koin lagi, aku bisa beli Sky Dragon Steps. Tapi belum sekarang.
[Oh? Serius mau beli apa?]
‘Kau sebentar lagi bakal dapat item baru, kan?’
[…Hah? Kok kau tahu? Jangan-jangan kau pasang mata-mata?’
‘Itu jelas. Setiap kali skenario baru mau dibuka, pasti ada update item.
Nanti beri tahu aku saat datang. Aku akan beli.’
[Heh… baiklah, aku tunggu, Pelindung kesayanganku.]
Aku langsung matikan komunikasi dokkaebi.
Gak mau dengar dia ngoceh lebih lama.
Ketika aku menoleh, Lycaon masih tenggelam dalam pencerahan.
Han Sooyoung mendekat sambil melipat tangan.
“Hei, sekarang kau mau ngapain?”
“Belum tahu. Masih kupikirkan.”
“Kalau gitu biar aku yang belajar. Atau kasih ke para penyintas lain.”
Aku memandang sekeliling.
Dua hari sudah berlalu sejak coin farm runtuh.
Para penyintas yang diselamatkan kini bekerja sama, merawat yang luka.
Suasananya… jauh lebih manusiawi daripada kelompok Wakil Yoon dulu.
Ternyata, kemunafikan Han Sooyoung punya efek positif juga.
“Kan cuma belajar Way of the Wind. Siapa pun bisa, kan?”
“…Benar. Siapa pun bisa.”
“Lalu kenapa harus kau sendiri? Mau nyari perhatian konstelasi, ya?”
Hmm, gak sepenuhnya salah. Tapi bukan itu alasannya.
“Hanya orang yang punya medali pelindung yang bisa mempelajarinya.”
“Kalau begitu kasih ke aku.”
“Tidak bisa dipindahtangankan.”
[Karakter Han Sooyoung telah memastikan bahwa pernyataan itu benar.]
Aku memutar bola mata. “Kau ini bahkan lebih curigaan dari Yoo Joonghyuk.”
“Kau sendiri yang bilang skill ini seharusnya dipelajari Yoo Joonghyuk, kan?”
“Benar.”
“Lalu kenapa repot? Serahkan saja padanya. Belum terlambat buat mencarinya.
Dia pasti bisa menguasainya. Kau tahu, dia lagi berkembang gila-gilaan.”
“Yoo Joonghyuk gak pernah dengar kata orang lain.”
“Biar aku yang bujuk.”
Aku menatapnya sebentar, lalu memalingkan wajah.
“Dia gak suka tubuh anak-anak.”
“Hei! Kau ngeledek aku?!”
“Dan lagi, mencari dia pun gak mudah.”
Bahkan Yoo Joonghyuk gak bisa belajar Way of the Wind tanpa medali itu.
Artinya dia harus merebutnya dariku—yang berarti aku harus mati dulu.
Dan bahkan kalau pun dia dapat…
“Dia pasti masih dendam.
Aku memukulnya dengan kekuatan seratus poin waktu itu.
Kalau ketemu lagi, dia pasti akan mencoba membunuhku.”
Bayangan mata Yoo Joonghyuk yang ingin mencabikku masih segar di ingatan.
Han Sooyoung mengelus lehernya pelan.
“Yah, dia juga lumayan berani waktu motong kepalaku.”
Aku mendengus.
“Dan juga, kita bahkan gak tahu dia di mana sekarang—”
Sebelum sempat menyelesaikan kalimatku, suara gaduh terdengar dari kejauhan.
“Ada orang terluka! Cepat! Ini parah!”
Kami segera menoleh.
[Konstelasi ‘Demon-like Judge of Fire’ menantikan kerja samamu.]
[Beberapa konstelasi berharap kau menolong yang terluka.]
Pesan sistem dari Uriel dan konstelasi lain berdatangan.
Aku merengut. “Apa lagi ini…”
Aku dan Han Sooyoung bergegas menuju sumber keributan.
Dan begitu melihat penyebabnya—aku membeku.
Bihyung melayang di udara, terkekeh.
[Aku gak tahu apa-apa soal ini, sumpah.]
Di tanah di bawahnya, berlumuran darah…
Yoo Joonghyuk sedang menungguku.
Ch 81: Ep. 16 – The Fifth Scenario, V
Aku mundur beberapa langkah dari Yoo Joonghyuk yang terbaring penuh darah, lalu menatap Bihyung.
‘Ini kerjaanmu, ya?’
Bahkan kalau Yoo Joonghyuk berada di sekitar sini, dia tidak akan muncul sepas waktu ini secara kebetulan.
Pasti Bihyung yang membuat Sub Scenario untuk membawanya kemari.
[Kau menuduhku? Ada buktinya?]
Tidak ada bukti, tapi hatiku sudah tahu jawabannya.
[Konstelasi ‘Demon-like Judge of Fire’ khawatir pada penilaianmu.]
[500 koin telah disponsorkan.]
Yah, lihat kan? Bahkan Uriel mendukungku.
Intuisiku tidak pernah salah.
Han Sooyoung berbisik di sebelahku sambil menatap tubuh Yoo Joonghyuk yang berlumuran darah.
“…Kita menemukannya. Sekarang apa yang akan kau lakukan?”
“Apa lagi?”
“Kau gak akan menolongnya? Hei, dia kan protagonis.”
Tentu aku tahu.
Tapi masalahnya: kalau aku menyelamatkan bajingan ini, besar kemungkinan aku yang bakal mati.
Han Sooyoung menatap wajah Yoo Joonghyuk dengan cemas, takut pria itu tiba-tiba sadar.
“Kau punya sesuatu untuk menahannya?”
“Yoo Joonghyuk gak bisa ditahan.”
“Kalau begitu, kita kurung saja.”
“Dia bakal bunuh diri.”
“Kalau dia mati dan regress lagi, gimana?”
Han Sooyoung baru sadar.
Ya—kalau dia kembali ke masa lalu… apa yang terjadi pada dunia ini?
Itulah mimpi buruk terbesarku sejak awal.
“Kita harus mencegah itu.
Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi.”
Tepat.
Kalau sesuatu belum pasti, anggap saja kemungkinan terburuknya yang akan terjadi.
Kalau dunia ini reset, eksistensiku pun lenyap.
Aku menunduk, menatap luka Yoo Joonghyuk lebih dekat.
Tepat di perut. Semua tulang rusuknya remuk, organ dalamnya hancur.
Seseorang pasti menghantamnya dengan kekuatan luar biasa.
Aku terdiam. Menatap tanganku sendiri.
Jangan bilang…
Han Sooyoung memperhatikan ekspresiku.
“Hei, kenapa mukamu tiba-tiba muram?”
“…Bukan apa-apa.”
Sial.
Sekarang aku yakin—
dia kena tinju dengan Strength 100 dariku tempo hari.
Dan… dia bertahan hidup dua hari setelah itu?
Aku mulai merasa bersalah.
Mungkin kali ini, hubungan kami benar-benar gak bisa diperbaiki lagi.
Aku perlahan menurunkan pandangan dari perutnya ke wajahnya…
dan membeku.
“...Sial.”
Mata Yoo Joonghyuk terbuka setengah, berlumuran darah dan air mata.
Bibirnya bergerak, membentuk kata yang jelas sekali:
“...Mati kau, Kim Dokja.”
Refleks, aku mundur beberapa langkah.
Han Sooyoung?
Dia sudah kabur secepat kilat.
Aku berteriak dari jauh,
“HEY! Bisa gak kau tahan emosimu dulu?”
“…”
“Bukannya kita berkelahi adil waktu itu?! Kau juga berusaha bunuh aku, kan?!”
Tatapannya gak berubah sedikit pun.
Aduh, benar-benar…
Aku menghela napas panjang.
Aku gak punya pilihan.
Yoo Joonghyuk harus tetap hidup, meski dia membenciku sampai mati.
Tanpanya, dunia ini tidak akan bertahan.
Aku bisa menahan Disaster of Questions sendiri, mungkin.
Tapi tanpa dia, bencana berikutnya akan menghancurkan semuanya.
Kenapa sih protagonis Ways of Survival harus seperti ini?
Kalau yang jadi protagonis Lee Hyunsung atau Jung Heewon, hidupku bakal lebih tenang.
Tapi ini bukan waktunya ngeluh.
Aku menyalakan skill-ku.
[Skill eksklusif ‘Omniscient Reader’s Viewpoint’ Tahap 2 diaktifkan.]
Dan saat itu juga—sesuatu yang tak terduga terjadi.
「 Kim Dokja. 」
Aku membeku.
...Tunggu, dia memanggilku?
「 Kau bisa dengar aku, kan?
Kalau kulihat semua yang sudah kau lakukan sejauh ini... 」
Apa...?
「 Katakan kalau kau bisa dengarku.
Kalau kau gak bergerak sekarang, dunia ini akan— 」
Aku menatapnya bingung.
Apa ini efek racun?
Atau… komunikasi mental?
「 …Kesalahan sialan. 」
Kelopak matanya menutup perlahan.
Aku buru-buru mendekat.
Dalam kondisi ini, dia tidak akan mampu melawan.
Dan untuk pertama kalinya, aku merasa... dia tidak menyimpan niat membunuhku.
“Yoo Joonghyuk, kau dengar aku?”
Dia berusaha membuka mata, tapi kembali tertutup.
Aneh.
Biasanya luka segini sudah pulih otomatis dengan Recovery.
Lalu kenapa masih seperti ini?
[Skill eksklusif ‘Character List’ diaktifkan.]
[Terlalu banyak informasi tentang target. Character List beralih ke Character Summary.]
[Ringkasan Karakter]
Nama: Yoo Joonghyuk
Atribut Eksklusif: Regressor (3rd Turn) (Myth), Pro Gamer (Rare), Supreme King (Hero)
Skill Eksklusif: Sage’s Eye Lv.8, Hand-to-Hand Combat Lv.9, Advanced Weapons Training Lv.8, Mental Barrier Lv.6, Hundred Steps Godly Fists Lv.6, Red Phoenix Shunpo Lv.6, … (dihilangkan)
Stigma: Regression Lv.3, Transmission Lv.3
Stat Keseluruhan:
Physique Lv.60 / Strength Lv.60 / Agility Lv.60 / Magic Power Lv.60
Catatan:
• Kondisi tidak normal.
• Terkena efek Thousand Spirits Poison.
Kupahami sekarang.
Stats-nya masih tinggi luar biasa—bahkan meningkat sejak terakhir kami bertemu.
Masalahnya ada di status abnormal.
Yoo Joonghyuk belum memiliki Thousand Poisons Resistance atau Ten Thousand Poisons Immunity.
Artinya racun adalah satu-satunya kelemahannya.
Aku menatap tubuhnya lagi—urat biru menjalar di kulit.
Racun itu baru saja disebar.
Masih ada waktu untuk menyelamatkannya.
Tapi… hanya ada satu orang yang bisa meracuni Yoo Joonghyuk dengan racun ini di waktu sekarang.
Aku mendengar suara dari belakang.
“Kau… Kim Dokja-ssi, kan?”
Aku mengangguk. Wanita itu—yang membawa Yoo Joonghyuk.
“Dia terus seperti ini sejak kutemukan.
Dia terus bilang satu hal… ‘Bawa aku ke Kim Dokja.’”
Aku menatap Yoo Joonghyuk lagi.
Bibirku kering.
Han Sooyoung yang tadi kabur kini datang lagi, napas tersengal.
“Hei, apa yang terjadi?”
Aku tidak menjawab.
Kepalaku penuh.
Aku menghubungi Bihyung.
‘Bihyung. Buka Dokkaebi Bag.’
[Nah, sekarang kau paham? Bukan aku yang buat ini.]
‘Buka saja.’
Begitu jendela inventori terbuka, aku langsung memeriksa koin tersisa
dan mencari item untuk menyembuhkan racun itu.
Thousand Spirits Poison tidak bisa disembuhkan hanya dengan Ellain Forest Essence.
Aku butuh ramuan kombinasi.
[Kau telah membeli 1 Midday Tryst.]
[Kau telah membeli 1 Old Barbara Branch.]
[Kau telah membeli 2 Putna Daltun Horns.]
[Kau telah membeli 1 Detox Potato.]
[Kau telah membeli 2 Aintern Temple’s Purification Water.]
[Kau telah membeli 1 Ellain Forest Essence.]
[7.370 koin telah digunakan.]
Ugh.
Dompetku menjerit.
Aku meminta ember kecil dari para penyintas, menyalakan Magic Power Stove, dan mulai meracik semuanya.
Han Sooyoung menatapku.
“Kau mau bikin apa?”
“Antidot.”
“Jadi kau benar-benar mau menyelamatkannya?”
Aku mengangguk.
“Bajingan ini datang padaku dengan sengaja.”
“Sengaja? Buat apa?”
“Gak tahu.”
“Kau yakin dia datang minta tolong? Aku rasa Yoo Joonghyuk gak akan sejauh itu buat bunuhmu.”
“Dia Yoo Joonghyuk. Segala yang gak masuk akal itu mungkin untuk dia.”
“Kau yakin?”
Aku menyesuaikan api di kompor.
Cairan di ember mulai mendidih—warna dan aromanya… mirip makanan goblin dari Death Valley.
Menjijikkan, tapi efektif.
Han Sooyoung menatap campuran itu.
“Ngomong-ngomong, Yoo Joonghyuk sejahat itu, ya, di Ways of Survival?”
“Kenapa nanya begitu?”
“Kupikir dia itu tipe protagonis yang banyak menolong orang.
Emang kayak psikopat sih, tapi kan tujuannya mulia.
Berjuang demi manusia. Aku gak suka ngakuinya, tapi dia gak seburuk itu.”
Aku tersenyum kecil.
“Pembelaanmu semangat banget karena kau belum baca sejauh aku.”
“Tapi tetap aja. Kau gak bisa menilai orang cuma dari satu sisi.”
Aku menatapnya sebentar.
Wajahnya tersenyum dingin.
“Dan satu hal lagi, Kim Dokja.
Karyaku mungkin plagiat, tapi gak pernah benar-benar meniru Ways of Survival.”
Aku mendecak. “Padahal tadi aku hampir percaya padamu. Sayang banget.”
Dia tertawa pelan.
Aku terdiam.
Dalam hati, aku bertanya-tanya—
apa aku benar-benar mengenal Yoo Joonghyuk?
Dulu aku yakin, karena aku satu-satunya pembaca yang menamatkan Ways of Survival.
Tapi sekarang, keyakinan itu mulai mencair… seperti racikan sup di hadapanku.
Tak lama kemudian, ramuan itu matang.
[Konstelasi ‘Demon-like Judge of Fire’ kagum atas perbuatan baikmu.]
[Konstelasi dari sistem Absolute Good mendukung tindakanmu.]
[3.000 koin telah disponsorkan.]
Aku nyaris tersedak.
Sial, bahkan kebaikan pun sekarang bikin saldo bocor.
Aku mendekat ke Yoo Joonghyuk.
Han Sooyoung menyerahkan sendok dari toko terdekat.
Aku meniup sedikit ramuan itu, lalu menyuapkannya perlahan ke mulut Yoo Joonghyuk.
“Kau kelihatan kayak istri yang merawat suami sakit.”
“Kalau mau, sini kau yang lakukan.”
“Tidak, terima kasih.”
Aku tahu. Aku gak akan menyerahkan pekerjaan ini ke siapa pun.
Setiap kali aku menyuapkan sendok, sistem berbunyi:
[Konstelasi ‘Demon-like Judge of Fire’ kagum atas perbuatan baikmu.]
[500 koin telah disponsorkan.]
Wow.
Mendadak jadi ladang koin.
[Konstelasi ‘Demon-like Judge of Fire’ kagum atas perbuatan baikmu.]
[300 koin telah disponsorkan.]
Ternyata menolong orang bisa seuntung ini, huh.
Orang baik memang panjang rezekinya.
Tapi setelah sendok ke-10, aku mulai curiga.
[Konstelasi ‘Demon-like Judge of Fire’ kagum atas perbuatan baikmu.]
[400 koin telah disponsorkan.]
Uh… serius nih, Uriel?
Kau beneran kagum, atau cuma haus konten?
Yoo Joonghyuk akhirnya mengerang pelan, matanya perlahan terbuka.
Warna biru di kulitnya mulai pudar—racunnya menghilang sedikit demi sedikit.
Saat itu, aku mengambil satu item terakhir dari tas.
[Kau telah menggunakan Midday Tryst.]
[Meminta persetujuan dari target.]
Item ini memungkinkan percakapan satu lawan satu dalam waktu terbatas.
Kalau aku punya lebih banyak koin, aku akan belajar Sound Transmission.
Tapi ini cukup.
[Target telah menyetujui komunikasi.]
[Midday Tryst dimulai.]
Sebuah jendela pesan muncul di hadapanku.
–Hei, bisa dengar aku?
Koneksi terbentuk.
Ada tiga alasan aku membeli item ini.
Pertama, lidah Yoo Joonghyuk lumpuh karena racun.
Kedua, agar Han Sooyoung tidak ikut dengar.
Dan ketiga—aku tidak mau Yoo Joonghyuk tahu bahwa aku bisa membaca pikirannya.
Pesan baru muncul di layar.
–Kim Dokja, bergeraklah ke arah timur. Sekarang juga.