Ch 482: Ep. 92 - Final Scenario, I
Mungkin itu tak terhindarkan. Ketika Nebula lain sibuk saling bertarung, kami justru menang di ‘Great Apocalypse Scenario’. Kami menghalau para ‘Outer God’ purba dan melindungi Bumi. Bukan hanya itu—hanya dengan kekuatan Nebula kami saja.
Dan kini, seluruh <Star Stream> mengetahui kami.
– Representative-nim! Representative Kim Dokja! Tolong katakan sesuatu!
Suara dari megafon bergema dari luar [Industrial Complex].
Hologram, siaran TV biasa—di mana pun, kisah kami mendominasi. Semua stasiun, baik terestrial maupun kabel, menyiarkan halaman depan [Industrial Complex] secara langsung.
Juga, wawancara para penghuni Complex diputar berulang-ulang.
– ‘Judge of Destruction’-nim! Bisa jelaskan rencana masa depan <Kim Dokja Company>…
– Tolong panggil aku dengan namaku untuk publik. Han Sooyoung suka yang formal, aku tidak.
– Hei, Jung Heewon. Mau mati, hah?!
…Aku tak ingat sudah berapa kali mendengar “Mau mati” itu.
– Penguasa sejati di balik <Kim Dokja Company>, Han Sooyoung si Black Flame Demon Empress. Terungkap bahwa sebelum kiamat, ia adalah seorang penulis terkenal…
Lihat running text [Insight jenius sang penulis meruntuhkan Final Scenario!], aku mendadak sadar lagi bahwa aku memang sudah sampai sejauh ini.
– Kami mendengar perwakilan-nim menjadi Myth-grade Constellation setelah mengalahkan ‘Midday Sun’. Artinya Korea Selatan kini punya Myth-grade Constellation yang muncul ke publik?
– Para Incarnation berdebat sengit setelah menyaksikan rekaman akhir pertempuran. Siapa sebenarnya para ‘Outer God’?
– Mengapa perwakilan Kim Dokja-nim tiba-tiba jadi pirang?
Pertarungan kami disiarkan bukan hanya di <Star Stream>, tapi juga ke seluruh Bumi—dari Yoo Joonghyuk menendang pantat ‘Ra’, sampai kami bertarung melawan gelombang lava buatan Outer God regresi ke-999.
Dan setiap cuplikan diiringi satu wawancara lagi.
– Kau tahu, aku? Dari dulu sudah tahu dia itu luar biasa, sejak kami kerja di perusahaan sama. Hah? Karyawan baru mana yang pulang on-time setiap hari…
Kepala bagian Han Myungoh? Sudah kubilang jangan diwawancara, kan?
Ia tersenyum lebar, memegang tangan putrinya. Sepertinya berhasil menyelamatkan anaknya.
– Dia hanya teman biasa. Yah, kau tahu tipe anak seperti itu? Di setiap kelas pasti ada yang begitu.
Ternyata ada orang yang mengaku teman sekolahku juga. Mungkin memang ada yang selamat sampai sekarang.
…Wajah yang bahkan tak bisa kuingat namanya.
– Baik, pendiam, suka membaca sendirian…
Tidak salah, tapi jauh dari benar juga.
Beberapa kata memang nyaman diucapkan. Dan justru karena terlalu nyaman, kata-kata itu tak menjelaskan apa pun.
Ia bergumam hal-hal klise, lalu pamit gugup seolah kehabisan bahan bicara.
– Tentang penyelamat Bumi, ‘Demon King of Salvation’.
Acara lain dimulai—sebuah dokumenter khusus.
Saat menonton cuplikan itu, aku teringat masa sebelum kiamat. Mimpi-mimpi, hal-hal yang dulu kupikir penting.
Rasanya aneh sekali—seolah semua itu milik orang lain. Tapi tidak semuanya asing.
– Ia melewati masa remaja penuh luka kekerasan dalam rumah…
TV mendadak dimatikan.
“Dokja-yah.”
Ibuku berdiri di pintu ruang tamu.
Aku tersenyum ringan. “Eomma datang.”
Ia mengangguk. Hening memenuhi ruangan. Aku menatap layar hitam TV, pantulan diriku dan ibuku tampak di sana.
Wangi parfum samar melintas. Dulu, ia orang yang paling tak kumengerti.
Sekarang, aku bahkan tak butuh [Omniscient Reader’s Viewpoint] untuk paham isi hatinya.
“Aku baik-baik saja, Eomma. Jangan khawatir.”
Ia menghela napas halus.
“Maafkan Ibu, Nak.”
“Tapi Eomma tidak melakukan salah apa pun.”
“Kali ini….”
“Banyak permintaan wawancara, ya?”
“Semua sudah ditolak. Kau tak perlu tampil. Kau menyelamatkan dunia atau menghancurkannya, bagi mereka itu sama saja.”
Suara megafon tetap berdengung jauh di luar.
Aku tahu apa yang ia cemaskan. Aku tahu apa yang ia sesali.
“Aku bukan lagi ‘Kim Dokja’ yang dulu.”
Aku membuka tirai. Semua kamera langsung mengarah padaku.
Dulu, aku takut kamera. Takut dilihat, takut bahasa asing membicarakanku.
“Aku akan lakukan wawancara.”
“…Kau yakin? Pikirkan lagi…”
“Mereka juga berhak tahu.”
Aku menyalakan TV lagi. Judul berita terpampang.
“Jam delapan malam ini. Hubungi Dokkaebi dan para Constellation.”
Sudah lama. Tapi akhirnya, aku menemukan versi awal Ways of Survival; versi murni, belum dipoles author.
Final Scenario dalam Ways of Survival adalah perang besar melawan ‘Outer God’.
Yoo Joonghyuk versi asli menebas kepala Outer God King di sana, dan menyelesaikan 'Conclusion'-nya.
Sebenarnya mirip dengan ‘Great Apocalypse Scenario’ yang barusan kami lalui. Bila kami gagal menghentikan Great Apocalypse, itu akan jadi pendahulu Final Scenario.
⸢‘Outer Gods’ yang seharusnya menjadi Calamity Final Scenario telah disegel.⸥
Aku menatap tiga bola segel di tengah [Factory]. Di sanalah ‘Kings’ yang turun ke dunia ini tertidur: ‘Living Flame’, ‘Master of the Sunken Island’, dan ‘Monarch of the Great Abyss’.
Hanya ‘King of the Silver Heart’ yang tidak disegel.
– Kami akan menyaksikan Story-mu sampai akhir.
Uriel regresi ke-999 berkata begitu sebelum menyegel diri dan pasukannya ke dalam [Apocalypse Dragon Sealing Sphere]. Ia memperkirakan badai konsekuensi besar menanti mereka setelah melanggar kontrak dengan Bureau dan melepaskan posisi Calamity.
Pesan terus bermunculan.
Aku belum memilih satu pun.
“Kim Dokja.”
Han Sooyoung masuk, mendorong pintu yang berderit.
“Gimana kondisi yang lain?”
“Kurang lebih sama. Yoo Joonghyuk agak cedera, tapi tak parah. Efek [Life and Death Pill] itu luar biasa.”
Ia menunjuk pil lain dengan bangga—tak seperti biasanya—lalu meletakkannya di tanganku.
“Makan kalau kau hampir mampus.”
“Kalau saja nadamu lebih manis, aku mungkin terharu.”
Han Sooyoung menatapku, bayangan gelap tipis antara kami seperti kabut yang perlahan tersingkap.
Cahaya samar keluar dari bola segel Uriel regresi ke-999, menerangi wajahnya.
“Jadi, ini benar-benar akhir.”
Aku mengangguk.
“Gimana aslinya? Final Scenario itu… ah, lupakan. Ini sudah beda total dari versi novel.”
Benar. Kami sudah menyelesaikan perang Final Scenario versi asli. Jadi Final Scenario kali ini pasti berbeda.
“Apa yang terjadi setelah selesai ‘Conclusion’?”
“Mungkin bertemu King of Stories.”
“Kau maksud Raja Dokkaebi?” Han Sooyoung tampak berpikir. “Kau mau menemuinya?”
“Aku akan. Tidak langsung, tapi iya.”
“Apa maksudmu? Jangan bikin aku cemas.”
Terdengar ketukan. Angin sepoi masuk, dan salah satu penghuni Complex mengintip.
“Representative-nim? Ada tamu.”
Tamu?
[Sudah lama, keturunan.]
Suara kuno itu menyapaku. Sosok tak terduga muncul.
“…Pungbaek?”
Dewa angin langit, Pungbaek.
Aku baru ingat perkataan ibuku tadi. Ia menyuruhku bertemu Pungbaek sebelum Final Scenario.
[Keturunan, pilihanmu gegabah. Membiarkan Outer God hidup sama saja memelihara bencana.]
…Datang-datang malah ceramah lagi?
Pungbaek jelas tidak suka tindakanku, karena ia langsung berkhotbah panjang: anak muda zaman sekarang, tidak menghormati skenario, bla bla…
“Ehem, ahjussi?”
[Aku tidak punya waktu, jadi langsung saja. Kau mungkin dalam bahaya besar saat masuk Final Scenario.]
“Bahaya besar?”
[Aku mengatakannya karena aku mengikuti caramu sejak lama.]
Ia bicara seolah mengetahui langkah masa depanku. Han Sooyoung cekikikan. Aku melotot padanya dan bertanya pada Pungbaek.
“Jadi, apa yang ingin kau bilang?”
[<Hongik> bisa membantumu, keturunan.]
Aku mengernyit. Oh, jadi ujung-ujungnya begini lagi.
“Tidak perlu. Pasti ada harga absurd—”
[Kami tidak butuh imbalan. Menyaksikan Myth-grade Constellation lahir dari Semenanjung Korea sudah cukup.]
Aku langsung berhenti bernapas sepersekian detik.
[Akan ada para pendiri <Hongik> di Final Scenario. Bila keadaanmu kritis, mintalah bantuan mereka. Bila kau tulus, mereka akan turun tangan.]
“…Kau datang hanya untuk bilang itu?”
[Benar.]
“…Aku sedikit terharu, jujur.”
Ia batuk kecil, lalu tubuhnya berubah angin.
[Aku sudah menyampaikan. Kita bertemu lagi di Final Scenario.]
Dan ia lenyap.
Han Sooyoung bersiul. “Tsundere sekali, ya? Lucu juga.”
“Well, dia Constellation yang baik di versi asli.”
“Berarti kita punya sekutu. Hidupmu tidak sepenuhnya sial, rupanya.”
Semoga begitu.
Aku mendongak ke langit dan tertawa kecil.
Han Sooyoung menatapku geli. “Itu senyum sial lagi. Jam 8 sebentar lagi. Pergi sana. Semua menunggumu.”
Aku menuju lantai atas [Factory]. Sorak-sorai terdengar. Media, Dokkaebi, Constellation—semua menunggu.
Namun sebelum masuk, seorang penghuni menghentikanku.
“Sebentar, representative-nim. Persiapan belum selesai.”
Sejak kapan mereka memanggilku begitu?
Bukannya dulu memanggilku ‘Demon King’?
“Aku yang suruh mereka. Dipanggil Demon King-nim terus rasanya kita musuh dunia.”
“Y-ya, aku paham. Tapi, Seolhwa-ssi, ini—”
Aku didorong duduk. Kuusap pipiku—eh?
Lee Seolhwa sedang memulas wajahku dengan konsentrasi tinggi.
“Sebagai perwakilan kami, kau harus tampil rapi dulu.”
“Kalimatmu menusuk, tahu.”
Rekanku menonton seperti menonton hewan eksotis. Han Sooyoung mengacak rambutku.
“Jadi, kau akan pirang selamanya?”
“Tidak. Ini efek Status Great Sage. Akan hilang nanti.”
“Tapi lembut banget rambutmu.”
[‘Most Ancient Liberator’ bilang rambut itu hasil latihan keras yang panjang…]
“Sudah.”
“Kim Dokja.”
Aku mengangguk, memakai coat, dan menaruh Unbroken Faith di pinggang. Di baliknya, jas formal—tapi ini tetap setelan tempurku.
“Ayo.”
Kami masuk venue konferensi pers. Cahaya sorot menyilaukan. Layar hologram raksasa memprojeksikan kami.
Sorakan membahana. Bersama sorakan itu—datanglah kisah-kisah yang menunggu jawabanku.
Yang takut, yang berharap, yang iri, yang memohon, yang menuntut.
[Constellation, ‘Demon King of Salvation’, memulai kisahnya.]
Langit bergetar. Tanah bergemuruh. Status Myth-grade memenuhi Semenanjung. Hening menyelimuti dunia.
Semua menatapku.
Aku membuka mulut perlahan.
[Semua.]
Dan aku mulai berbicara.
[Aku tidak berniat menyelamatkan kalian.]
Ch 483: Ep. 92 - Final Scenario, II
Deklarasiku menimbulkan kegelisahan di antara kerumunan. Para reporter terus-menerus menjepret kamera mereka; para Dokkaebi tingkat rendah dan menengah yang menyiarkan situasi di channel mereka sendiri kini memasang ekspresi terkejut.
Melihat para Konstelasi, Inkarnasi, bahkan Dokkaebi dengan ekspresi yang sama sungguh pemandangan yang luar biasa.
Dengan senyum tipis ramah, aku kembali membuka mulut.
[Seperti yang kukatakan. Aku hanya tidak melihat alasan untuk menyelamatkan kalian semua.]
Dukungan, ya?
[Lalu bagaimana mereka mendukung kami?]
Kegelisahan menyebar dalam sekejap. Nada suaraku yang heran membuat para reporter bangkit berdiri dan meneriaki diriku. Seperti yang diduga, kekuatan media ternyata mampu melawan Status seorang Konstelasi tingkat Myth.
Menutup mata terhadap tirani, ya…?
Namun sebelum aku sempat menjawab, para Konstelasi lebih dulu bereaksi.
Entah itu tirani atau bukan, aku bahkan tidak tahu apa yang selama ini mereka ‘tutup mata’. Bukankah protes terhadap <Kim Dokja’s Company> masih berlangsung setiap hari di Yeouido yang hancur itu sampai detik ini?
Aku memandang para reporter yang berteriak itu, lalu bertanya.
[Lalu apa sebenarnya keinginanku?]
– Itu…!
[Apakah pernah aku meminta salah satu dari kalian melakukan sesuatu untukku?]
Para reporter langsung terdiam dan saling memandang. Para Dokkaebi menunjukkan ekspresi minat yang tulus. Bagi mereka, hal seperti ini saja sudah bisa menjadi Story yang menghibur. Bagaimanapun, ini adalah peristiwa di mana ‘Demon King of Salvation’ menolak tanah kelahirannya sendiri.
Yang menyelamatkan para reporter yang hampir tenggelam dalam kebingungan adalah sekelompok Inkarnasi yang menunggu di sisi [Industrial Complex].
– Sudah sewajarnya mereka yang memiliki kekuatan besar memikul tanggung jawab. Dan kau sedang meninggalkan tanggung jawab itu sekarang.
Seorang pria tua dengan topi lusuh maju ke depan dan berkata lantang. Tatapan licik dan menyipit tampak di balik pinggiran topinya yang miring. Aku tak langsung mengingat siapa dia, namun kalimat itu juga muncul dalam ‘Ways of Survival’. Suara Lee Jihye terdengar dari belakang.
“Apa-apaan. Kakek itu muncul juga?”
Sepertinya mereka dari aliansi Busan. Para penggerak dari balik layar yang mengambil alih aliansi saat kami jauh dari Semenanjung akhirnya menampakkan diri.
Di belakang mereka, bendera asosiasi veteran berkibar, dipegang orang-orang yang memakai ikat kepala biru. Lalu, anggota aliansi dari daerah berdiri di kiri kanan dan berteriak marah.
– Demon King of Salvation, kau harus memegang tanggung jawab seorang yang kuat. Bukankah kau satu-satunya Konstelasi tingkat Myth di Semenanjung Korea?!
Ada yang menekankan kewajibanku, sementara…
– Kumohon, jangan tinggalkan Semenanjung Korea! Jika kau melakukan ini, bagaimana nasib rakyat miskin di tanah ini?!
…ada pula yang mencoba menyentuh simpatiku.
Dalam satu sisi, mereka benar. Tidak ada dari kami yang ingin menjadi bagian dari scenario. Setidaknya di awal.
[Aku mengerti bahwa para pemimpin aliansi juga hadir. Bagus.]
Namun, apakah ceritanya masih sama sekarang?
[Aku ingin bertanya pada kalian. Sebenarnya, apa yang sudah kalian lakukan sampai sekarang ketika ‘Final Scenario’ tinggal sejengkal lagi?]
Para anggota aliansi saling memandang.
Aku sudah tahu apa yang mereka lakukan. Di saat bersamaan, aku melihat beberapa anggota aliansi bertukar pandang dengan reporter.
⸢Publikasikan artikel itu – beri tahu semua orang bahwa ‘Demon King of Salvation’ meninggalkan Semenanjung Korea.⸥
Mereka pasti menghasut media massa.
⸢Demon King of Salvation, menunjukkan warna aslinya sebagai raja iblis.⸥
Bahkan tanpa bertanya, aku bisa membayangkan judul beritanya. Aku tahu kenapa mereka sampai sejauh itu.
Mereka masih percaya pada sistem. Mereka percaya pada cerita ⸢demokrasi⸥ yang dijunjung manusia sejak lama, cerita seperti ⸢rasionalisme⸥ dan ⸢institusi⸥, atau ⸢keputusan mayoritas⸥.
[Ancient Stories sedang menatapmu.]
Aku bisa melihatnya sekarang; semua mengira mereka punya bagian dalam Stories ini, padahal kenyataannya, tidak. Bahkan sebelum <Star Stream> datang, dunia ini sudah berada di bawah kekuasaan sebuah Giant Story. Dan mereka yang percaya pada Giant Story itu yakin mereka tidak mungkin salah.
– Bukankah <Kim Dokja’s Company> memonopoli scenario sejak awal?! Apa yang bisa kami capai dalam kondisi persaingan yang tidak adil seperti ini?!
[Pintu Industrial Complex selalu terbuka untuk kalian. Semua skill dan Story yang kami dapatkan sudah dipublikasikan. Dan kami tidak menahan bantuan untuk mereka yang mau memasuki scenario dengan sungguh-sungguh. Kami tidak membatasi jenis kelamin, usia, ras—tidak ada. Karena yang kami cari adalah orang-orang pemberani yang mau bertarung di sisi kami.]
– Tapi kalian masuk scenario lebih dulu…!
[Ada banyak orang dari negara lain yang memasuki scenario belakangan. Divisi yang dipimpin Fei Hu atau Ranveer Khan memiliki banyak anggota yang baru bergabung beberapa bulan lalu, tapi sudah berada di paruh akhir scenario.]
– Itu negara lain! Situasi kami berbeda!
[Mereka tidak punya Industrial Complex. Struktur dukungan mereka hanya terpusat pada segelintir orang. Tapi bagaimana dengan Seoul?]
Aku menjentikkan jari dan Biyoo menciptakan panel di udara. Gambar bagian dalam Industrial Complex muncul.
[Kami mempublikasikan cara clear scenario tingkat bawah, dan merilis daftar ‘Giant Story scenarios’. Kami tidak pelit membantu siapa pun yang mau berjuang. Tidak ada batasan. Karena kami mencari orang yang akan bertarung bersama kami.]
Panel berganti, menampilkan Inkarnasi yang berlatih keras, dan ibuku memimpin mereka. Wajah Jo Yeong-ran dan Lee Bok-sun yang menjadi instruktur juga tampak.
Mereka melewati latihan neraka dan mendapatkan Story mereka.
[Aku bicara tentang orang-orang ini di depan kalian.]
Inkarnasi dengan aura tak tergoyahkan berdiri menjaga pusat ruangan. Mereka adalah para ‘wanderer’ yang dilatih ibuku. Para pahlawan yang membantu menahan tsunami di pantai timur.
[Adakah dari kalian yang menerima dukungan lebih buruk daripada mereka?]
Tak ada jawaban. Mereka terpaku oleh Status dan tekad ‘wanderer’ di depan mereka.
Orang-orang yang goyah menggigit bibir lalu kembali berteriak.
– Bukan berarti kami bersantai! Kami sudah mempersiapkan banyak hal! Menjaga sistem dan infrastruktur, bersiap membangun kembali negara saat kalian selesai scenario dan kembali…
[Lalu kenapa kalian mempersiapkan itu? Apakah kalian tahu ‘Conclusion’ seperti apa yang menunggu di akhir?]
– Apa??
[Kenapa kalian percaya bahwa akhir dunia ini akan damai?]
Dunia ini sudah banyak berubah dari ‘Ways of Survival’. Yoo Joonghyuk, Lee Hyunsung, Lee Jihye, Shin Yoosung — semuanya berubah dari yang kuingat.
Namun, ada hal yang tidak berubah.
⸢Semua orang yang Yoo Joonghyuk temui menginginkan dunia kembali seperti dulu.⸥
Kepanikan mulai terpancar dari wajah orang-orang. Harapan yang selama ini mereka genggam terasa seperti dikhianati.
⸢Tapi tak satu pun dari mereka benar-benar ingin ‘semuanya’ kembali seperti dulu.⸥
Yang mereka inginkan bukan damai untuk semua… tapi hanya untuk diri mereka sendiri.
Mereka melewati neraka scenario dan bertahan hidup. Dan mereka tidak ingin kembali ke masa saat mereka tidak berarti.
Di tengah lautan keinginan itu, mataku beralih ke pinggiran ruang konferensi.
Para anggota aliansi, dan beberapa orang lain di belakang reporter, berdiri di sana. Inkarnasi biasa, berdebu, dengan perlengkapan lusuh.
Di antara mereka, seorang gadis kecil. Usianya setinggi Shin Yoosung di awal scenario. Hanya keberuntungan besar yang membuatnya bertahan sejauh ini.
Di tempat yang tak diperhatikan kamera, ia berbisik pelan—hanya aku yang mendengar.
⸢Apa itu berarti… kami semua akan mati?⸥
Kamera terus berkedip, namun aku hanya memandang gadis itu lama.
Akhirnya aku berbicara.
[Aku bukan pahlawan. Dari awal, aku tidak berniat menyelamatkan kalian, dan aku tetap tidak akan menyelamatkan kalian. Tapi…]
Aku menoleh ke belakang—
[…mungkin ‘perwakilan’ yang lain punya pendapat berbeda.]
…Yoo Joonghyuk berdiri di sana.
Beberapa saat kemudian, aku dan Han Sooyoung mendengarkan pidato Yoo Joonghyuk dari belakang panggung.
– Aku juga tidak tahu Conclusion seperti apa yang dia bayangkan. Namun, aku juga memikirkan akhir dunia yang kuinginkan.
Biasanya, kosakatanya hanya sebatas “Akan kubunuh kau, Kim Dokja”. Tapi saat sedang serius, dia bisa membuat pidato yang luar biasa. Dia bukan protagonis sembarangan.
Han Sooyoung mengunyah permen lemon sambil memandangku.
“Aku tidak bisa terus berada di depan dan memimpin semua orang,” ujarku, seperti membela diri. “Yoo Joonghyuk lebih cocok. Bahkan di cerita asli juga begitu.”
Dia menyeringai, jadi aku menambahkan,
“Kita butuh sosok yang benar-benar kokoh sebagai pusat. Dan itu bukan peranku.”
“Tapi kau bisa melakukannya, kan?”
“Sekarang saatnya mengembalikan semuanya seperti seharusnya. Aku bukan protagonis, aku pembaca, ingat?”
“Oh? Setelah sejauh ini?”
Aku mengepalkan tangan di belakang punggung. Bahkan menjadi Konstelasi Myth tak mengubah fakta aku tetap Kim Dokja. Telapak tanganku berkeringat. Berdiri di depan kamera tidak pernah mudah.
“Itu ‘kesimpulan yang tepat’ menurutmu?”
“Ini permulaan.”
“Lalu setelah ini, apa?”
Aku tidak menjawab.
“Hey, kau.”
Han Sooyoung maju, bertumpu pada ujung kaki, dan mencengkeram kerahku.
“Kau tidak lupa janji membaca novelnya aku, kan?”
“Hah?”
“Kita sudah janji. Kau lupa?”
Tatapannya menyala. Dan aku baru ingat percakapan di ‘Kaizenix Archipelago’. Dia bilang ingin menulis novel setelah scenario berakhir, dan ingin aku membacanya.
“Kau serius waktu itu?”
“Kau pikir aku bercanda soal begituan?!”
Aku tersenyum kecut. “Standarku tinggi, kau yakin?”
“Dan seorang pria berstandar tinggi membaca Ways of Survival sepuluh tahun nonstop??”
“Aku mungkin beri ulasan jelek. Bilang tidak masuk akal, drop series, dan lainnya.”
“Silakan. Kau lihat nanti apa yang terjadi.”
Aku menatap wajahnya. Serius, tanpa gentar. Ya… dia memang seperti ini dari awal.
“…Aku mungkin bakal merengek minta upload bab lebih cepat.”
“Tidak masalah. Aku pernah nulis sepuluh bab sehari.”
Rasanya realitasku goyah. Siapa sangka kami sampai di titik ini? Han Sooyoung, yang dulu ‘Raja Para Nabi’.
– Dahulu, aku membedakan siapa yang harus hidup dan siapa yang kematiannya tidak berarti.
Suara Yoo Joonghyuk terdengar.
– Aku selalu percaya bahwa beberapa harus mati agar dunia ini bisa bertahan. Tapi sekarang…
Kami berhenti bicara.
– Tapi sekarang, aku tidak yakin lagi.
– Di masa lalu, aku dibantu oleh mereka yang kuanggap jahat.
– Lalu aku bertarung bersama orang yang mengkhianatiku.
Anna Croft, melawan Apocalypse Dragon.
– Aku tidak memaafkan mereka. Tapi aku tidak ingin membalas dendam kali ini. Karena hidupku yang sekarang bukan hidupku yang dulu. Sama seperti dunia ini bukan lagi dunia yang kalian kenal.
– Bertahan hidup bukan berarti semuanya boleh. Itu berarti kalian punya lebih banyak tanggung jawab. Dosa untuk tetap hidup, dosa untuk bertahan dengan menginjak story orang lain, dosa menumbuhkan ranting dari pupuk cerita yang bukan milikmu—jika kau hidup, tanggung jawabilah.
– Aku tidak bisa janji menyelamatkan semua orang. Aku hanya ingin bertahan dalam scenario. Aku tidak bisa hidup menggantikan kalian. Jadi hanya satu hal yang bisa kukatakan.
Inilah tempat Yoo Joonghyuk seharusnya.
– Sampai scenario kalian semua berakhir, aku berjanji tidak akan mati… atau regress.
Ch 484: Ep. 92 - Final Scenario, III
“Supreme King…”
Seseorang berbisik pelan. Tak lama kemudian, para reporter mulai menerawang kemungkinan judul berita.
⸢Supreme King Yoo Joonghyuk, menyatakan tekad perlawanan putus asanya!⸥
⸢Perwakilan bersama <Kim Dokja’s Company> Yoo Joonghyuk, ‘tidak akan menyerah pada scenario sampai akhir.’⸥
Para Inkarnasi yang mendengar bahwa ia seorang regressor tampak semakin bersemangat. Ada yang langsung meneriakkan namanya, dan dalam sekejap [Industrial Complex] dipenuhi sorak-sorai menggema.
Semua orang kini meneriakkan namanya.
Bahkan mereka yang sebelumnya mengejek <Kim Dokja’s Company> ikut terseret arus, memandangnya sekarang.
Hal ini memang tidak serta-merta memperbaiki keadaan, namun setidaknya, fondasinya telah diletakkan hari ini. ‘Dunia setelah scenario’ kini akan mulai terbentuk dengan Yoo Joonghyuk sebagai pusatnya.
Bahkan jika aku mengucapkan kata-kata yang sama, aku takkan menerima sorakan sebesar ini. Kemungkinan besar.
Han Sooyoung akhirnya melepaskan kerah bajuku, lalu memandang ke arah Yoo Joonghyuk sambil berkata, “Andai saja dia bisa bersikap begitu setiap hari.”
Aku setuju. Tapi ya, itu memang sifatnya…
Sorakan itu tak menunjukkan tanda-tanda akan padam. Setelah nama Yoo Joonghyuk, sorakan berlanjut pada Jung Heewon, lalu Lee Hyunsung, bahkan Lee Jihye.
Dan ketika semua nama dipanggil kecuali ‘Demon King of Salvation’, para sahabatku melirikku dengan raut canggung. Aku melambaikan tangan, memberi isyarat bahwa tak apa.
Mereka memang pantas menerima sorakan itu, bagaimanapun juga.
Akhirnya, sorakan pun mencapai nama Han Sooyoung.
“Black Flame Demon Empress, Han Sooyoung!!”
Penonton kini mulai mencari-cari keberadaan Han Sooyoung yang bersembunyi di belakang panggung.
Aku berkata padanya, “Sekarang giliranmu. Pergi.”
Namun dia menggeleng. “Aku benci hal-hal seperti itu.”
“Kukira kau suka jadi pusat perhatian? Aku salah?”
“Itu sebagai penulis, bukan sebagai Han Sooyoung.”
Dengan tumitnya mengetuk lantai pelan, ia menundukkan kepala sambil sedikit mengerutkan kening. Saat ia tak muncul, sorakan bergeser menuju nama Shin Yoosung.
Para sahabat yang melambai di panggung, terlihat seperti bintang film terkenal di mataku.
[Konstelasi Semenanjung Korea bangga pada <Kim Dokja’s Company>!]
Sambil melihat mereka, aku bersuara pelan, seolah berbicara sendiri. “Han Sooyoung?”
“Apa?”
“Kalau dunia ini novel, menurutmu kita ada di volume berapa sekarang?”
Dia berpikir sejenak, lalu menjawab, “Tergantung siapa yang menulisnya, sih.”
Tentu saja.
Ada yang menulis satu buku penuh hanya untuk kejadian satu hari, tapi ada juga yang memadatkan seratus tahun dalam satu kalimat.
Han Sooyoung melanjutkan, “Kalau menurutku, kita pasti sudah lewat volume 20.”
“...Itu banyak.”
“Seharusnya begitu. Banyak yang sudah terjadi, kan?”
Benar, banyak sekali. Tanpa ragu, perjalanan ini sangat panjang.
Jika sudah dua puluh volume, maka dari jumlah halamannya saja, ini sudah berskala epik.
Senja mulai merayap di langit atas tempat konferensi berlangsung. Entah kenapa, matahari terasa turun lebih cepat hari ini.
Han Sooyoung berkata, seolah mengerti yang kurasakan. “Tapi, ada orang yang bisa membaca dua puluh volume sekaligus dalam sekali duduk.”
Sebuah sensasi dingin merayapi dadaku.
Aku ingin bertanya—apakah aku membaca setiap cerita pada kecepatan yang semestinya?
Bisakah aku mengatakan bahwa aku benar-benar membaca cerita semua orang yang berharga bagiku tanpa melewatkan satu pun?
“Kim Dokja.”
“Apa?”
“Kau mungkin bukan protagonis dunia ini, atau bahkan karakter pendukung yang super keren.”
“…”
“Tapi kau membacanya dengan seluruh hatimu. Aku tahu itu.”
Aku tak tahu harus menjawab apa.
“Dan semua yang kau baca itu, mereka berdiri di sana sekarang.”
Han Sooyoung melihat ke arah tempat konferensi itu berlangsung.
Aku juga menatap ke sana. Para sahabat yang kucintai berdiri tidak jauh, hanya sehelai tirai memisahkan.
Mereka ada di dunia nyata. Hidup, bergerak.
Yoo Joonghyuk yang menatap massa dengan tajam, Jung Heewon yang tersenyum lebar, Lee Jihye yang melompat-lompat panik, Shin Yoosung yang melambaikan tangan padaku…
Seseorang menulis cerita mereka. Dan aku membacanya.
Setiap cerita dimulai dari sana.
Sambil melambaikan tangan pada Shin Yoosung, aku membuka mulut.
“Besok pagi, kita berangkat ke lokasi Final Scenario.”
Setelah konferensi pers selesai, para sahabat berkumpul di ruang resepsi.
Jung Heewon memijat bahunya sambil menatap tayangan ulang konferensi.
“Aduh… Kamera memang musuh bebuyutanku rupanya.”
Bukan hanya Semenanjung Korea, seluruh <Star Stream> geger akibat konferensi pers <Kim Dokja’s Company>.
—Aku tidak ada niat menyelamatkan kalian.
Jung Heewon mendecak melihat Kim Dokja di layar dengan wajah sumringah membuat deklarasi itu. “Sungguh, dia selalu memilih ucapan yang bakal bikin orang benci.”
“Meski begitu, bukankah sekarang dia lebih layak tampil setelah wajahnya dibereskan dengan benar?”
Lee Seolhwa, yang bertanggung jawab atas make-up Kim Dokja, mengangguk puas.
Lee Jihye menimpali, “Kalau kupikir-pikir, wajah Dokja ahjussi sekarang lebih maskulin, ya? Dulu wajahnya agak pucat, terus vibe-nya kayak… adonan roti ketarik, gitu?”
“Eh? Aku juga mikir begitu.”
Beberapa dari mereka mengangguk setuju.
Memang, Kim Dokja sekarang sudah berubah banyak dibanding saat mereka pertama kali bertemu. Bukan hanya auranya.
Jung Heewon bergumam seolah mengingat masa lalu. “Dulu, aku kira dia cuma cowok licin pelit mulut manis.”
Betapa jauhnya Kim Dokja dari scenario pertama hingga kini, di ambang Final Scenario?
Sambil mendengarkan yang lain berbincang, Jung Heewon menatap wajah Kim Dokja di layar — sorot matanya saat membaca naskah, lengkungan mulutnya saat tersenyum miring.
Hal-hal sepele itu menjadi bukti bahwa dia benar-benar ada di tempat itu sekarang.
“Ngomong-ngomong, Dokja-ssi di mana?”
“Kurasa dia sedang bersiap-siap untuk Final Scenario.”
“Jangan bilang ahjussi itu lagi bikin hal aneh sendirian, ya?”
Ucapan Lee Jihye membuat bayangan kelabu singkat melintas pada ekspresi mereka.
Yang mengembalikan suasana adalah Yoo Sangah yang tersenyum sambil menggendong dua anak. “Dia sudah janji tidak akan. Mari kita percaya.”
Kim Dokja di layar sibuk berbicara dan menerima banjir hinaan. Jung Heewon menatap lama kemudian menyentuh layar itu. Hangat.
Bisikan itu nyaris tak terdengar, namun semua mendengarnya. Meski begitu, tak seorang pun memandangnya aneh.
Shin Yoosung berucap pelan, “Kulit ahjussi mulus banget.”
Mereka semua mengira sudah lebih dekat dengannya… tapi wajah Kim Dokja terasa jauh seperti dulu.
Sepanjang malam, aku memikirkan Final Scenario.
Aku membaca potongan ‘Ways of Survival’ yang penting, dan berbicara dengan Han Sooyoung melalui [Midday Tryst]. Tujuannya memanfaatkan [Predictive Plagiarism] untuk memprediksi masa depan kami. Ketika itu terasa belum cukup, aku bertukar pikiran dengan ‘Secretive Plotter’ melalui Yoo Joonghyuk.
Sayangnya, Plotter seolah sengaja mengaburkan hal terkait Conclusion.
【Jalan yang hendak kau tempuh belum pernah dilalui siapa pun. Mengambil petunjuk dari world-line lain bisa menjadi racun bagi dirimu sekarang.】
Aku mengerti apa maksudnya, jadi kuputuskan untuk tidak bertanya lagi.
“Bagaimana dengan Anna Croft?”
“Dia mundur dari Semenanjung kemarin bersama para ‘Zarathustra’.”
Akan bagus jika bisa meminjam Precognition-nya, namun kesempatan itu hilang.
Swiish!
Bilahan [Black Heavenly Demon Sword] membelah udara. Tak jauh di depanku, Yoo Joonghyuk sedang berlatih. Gerakannya tampak sama, namun setiap ayunan diperlakukan seolah penuh makna. Mungkin inilah alasan dia mampu mengulang kehidupan berkali-kali.
“Sial, skenario macam apa ini…”
Han Sooyoung juga memutar otak, tapi bahkan dia tampak buntu.
Meski [Predictive Plagiarism] kuat, itu bukan kemampuan mahatahu. Kalau memang begitu kuat, Han Sooyoung dari putaran 1863 tidak akan menderita begitu banyak.
Aku menatapnya sejenak lalu menyalakan smartphone.
File-file muncul — dari versi asli ‘Ways of Survival’ hingga revisi terakhirnya.
– Three Ways to Survive a Ruined World (final revision).txt
Aku menatap lama, lalu mematikan ponsel. Aku tak ingin melanggar tekadku sampai sekarang.
⸢Kim Dok ja.⸥
Aku menoleh saat [The Fourth Wall] memanggilku.
‘Ada apa?’
⸢Su sah ya?⸥
Aku tersenyum kecil.
Aku hampir lupa. Sahabat yang paling lama bersamaku mungkin tembok ini.
‘Tidak apa. Ada kau di sini.’
Tsu-chut, chuchuchut—
⸢Eh hem, ma u li hat win dow att rib ute?⸥
Dia pikir aku selalu ingin lihat itu setiap ada kesempatan?
‘Tidak. Aku tidak butuh sekarang.’
Melihatnya mungkin membantu. Tapi ada hal lain lebih penting.
‘Sebenarnya ada yang lebih ingin kutanyakan.’
⸢Ap a?⸥
Pertanyaan yang seharusnya sudah kutanyakan sejak lama. Tapi karena tak pernah dapat jawaban jelas, aku terus berspekulasi.
‘Apa sebenarnya "Final Wall" itu?’
[The Fourth Wall terdiam. Aku mengira ia akan mengalihkan topik atau aktivasi filter akan kubaca. Berapa lama hening itu berlangsung?]
⸢Tem bok di man a se mua sto ry di tu lis.⸥
…Apa karena Final Scenario sudah di depan mata?
Jawabannya tetap samar, tapi kini ia tak lagi menyembunyikan.
‘Kalau begitu, kau apa? Dan kenapa ada fragmen Wall?’
⸢Me la in da tema-be rha rga, itu ta gas tem bok.⸥
Aku teringat sesuatu. ‘Wall of Impossible Communication’ yang dimiliki Jang Hayoung… bukan hanya dia.
Tokoh penting dalam ‘Ways of Survival’ juga punya dinding serupa. Sakyamuni punya ‘Wall of Samsara’. Agares dan Metatron punya ‘Wall that Divides Good and Evil’.
[The Fourth Wall adalah fragmen dari ‘Final Wall’. Dan ‘fragmen’ berarti dapat disatukan kembali.]
Pencerahan tiba. Jika Wall melindungi Story, maka—
Tsu-chuchuchu…
Sosok The Fourth Wall bergetar. Lalu, terlihat perpustakaan penuh rak buku tak terhitung. Huruf-huruf beterbangan ketika kusentuh.
Yang menggantikannya adalah tembok purba, lapuk dan kuno. Seperti dinding gua dari peradaban pertama — ‘First Wall’.
Dari zaman kuno, manusia membuat dinding untuk melindungi sesuatu.
⸢Ka u ha rus si ap kan story terak hir, Kim Dok ja.⸥
Dan sejak zaman tak dikenal, manusia menuliskan sesuatu di dinding itu.
Itulah awal Story.
⸢Ka u ad alah ya ng terak hir.⸥
Ch 485: Ep. 92 - Final Scenario, IV
“Sudah selesai semuanya persiapannya?”
Pagi hari itu seperti hari biasa. Udara bersih dan segar, dan wajah para sahabat tidak muram sama sekali. Kalau bukan karena pakaian tempur mereka saat ini, aku pasti mengira kami sedang dalam perjalanan piknik hanya dari ekspresi wajah mereka.
⸢Dan karena itulah Kim Dokja benar-benar bahagia.⸥
“Persiapan sudah selesai sejak tadi. Selain itu, sepertinya ada sesuatu yang ingin kau katakan pada kami, Dokja-ssi?”
Saat aku tersadar dari lamunanku, aku mendapati Jung Heewon mencondongkan wajahnya mendekat. Aku sempat terdiam, mulutku bergerak tanpa suara, lalu Lee Jihye cepat-cepat menyela.
“Padahal aku nggak mau dengar. Dia bakal ngomong hal-hal kayak ini terlalu berbahaya jadi kami nggak perlu ikut, bla bla bla, kan?”
“Benar. Sejak kapan semuanya tidak berbahaya?”
“Kali ini serius! Benar-benar berbahaya~!”
Nada Lee Jihye meninggi sambil menirukan gaya bicaraku.
Tunggu. Memangnya sejak kapan aku bicara begitu…? Aku mengernyit dalam-dalam lalu membuka mulut. “Bukan begitu. Kali ini benar-benar—”
“Tuh kan? Aku sudah tahu. Sini, bayar 100 Coins, eonni.”
Dengan wajah lesu, Jung Heewon menyerahkan 100 Coins pada Lee Jihye.
Han Sooyoung menyaksikan adegan itu sambil menggeleng, kemudian berkata padaku, “Belajarlah, hey.”
“Belajar apa?”
“Kau cuma bisa membuat sahabatmu berjanji hal yang sama beberapa kali. Kalau kau terus begitu, nanti mereka bakal mikir apa? ‘Ah, orang ini menganggap sumpah kami cuma lelucon. Semua janji kami dianggap dusta oleh dia!’”
“Itu sama sekali bukan maksudku. Semua, aku sungguh minta maaf kalau kalian salah paham—”
Begitu selesai menyerahkan 100 Coins-nya, Jung Heewon bertanya, “Ngomong-ngomong, rencananya apa kali ini? Kayaknya kau mikirin sesuatu bareng Sooyoung semalam?”
“Tidak ada rencana sebenarnya.”
Mungkin jawabanku terdengar mencurigakan, karena dia kembali mencondongkan kepala. “Serius?”
“Akan berbeda dari sebelumnya. Bahkan aku tidak tahu apa yang akan terjadi di Final Scenario.”
“Aneh. Kau tidak menyembunyikan sesuatu, kan?”
“Tidak, sama sekali tidak.”
“Wow, sekarang kau bahkan bisa bohong tanpa kedip?”
…Kapan dia belajar Lie Detection? Sial.
Aku buru-buru membela diri. “Sulit memberimu penjelasan rinci saat ini. Jika aku mengatakan sesuatu, keadaan bisa berubah. Apa pun scenarionya, tolong pilih keputusan yang menurutmu benar. Jika kita berhasil, kita bisa bertahan bersama.”
“Dan ‘kita’ itu termasuk kau juga, Dokja-ssi?”
Aku menatap Yoo Sangah sejenak, lalu mengangguk.
“Ya.”
“Dan kita semua bisa hidup bersama di rumah besar nanti?”
“Benar.”
“Aku bahkan belum lulus sekolah, jadi semua orang akan datang ke acara kelulusanku, kan?”
“Ya.”
“Hyung! Kalau begitu, kita bisa pergi ke PC Bang nanti…?!”
“Kita bisa.”
Baru setelah itu, mereka tampak sedikit lega.
Aku menatap wajah mereka satu per satu — Yoo Sangah, Jung Heewon, Lee Hyunsung, Lee Jihye, Lee Gilyoung, Shin Yoosung, Lee Seolhwa, Gong Pildu, Jang Hayoung, Han Sooyoung…
“Kalau begitu, kita berangkat.”
…Dan Yoo Joonghyuk juga.
Setiap dari mereka memiliki cerita masing-masing. Cerita yang belum sempat kutamatkan.
“Ayo pergi, ahjussi! Kita bahkan belum masuk scenario-nya, jadi belum perlu sikap-sikap pahlawan dulu, kan?”
Aku setuju dengan pendapat Lee Jihye. Final Scenario bahkan belum dimulai. Aku menarik napas dalam-dalam, lalu menengadah — sebuah portal muncul jauh di udara.
[Portal menuju ‘scenario 99’ telah terbentuk!]
Bihyung yang membuat portal itu.
“Ayo.”
Kami melangkah masuk. Pandangan di sekeliling runtuh seketika, lalu kembali terbentuk.
Di belakang kami bentang luas <Star Stream>, sementara di depan, para Dokkaebi menunggu.
“Huh? Kita pernah ke sini, kan?”
Inilah ‘Gate of Star Stream’, gerbang terakhir menuju gerbang penentu akhir, markas besar <Bureau>.
[<Kim Dokja’s Company>, kualifikasi masuk terkonfirmasi.]
“…Kali ini langsung lolos.”
Para Dokkaebi bahkan tidak mengadakan prosedur rumit dan langsung membiarkan kami lewat.
Aku bisa merasakan tatapan para Konstelasi dan Nebula dari kegelapan semesta.
Ketika aku membuka mata, pemandangan galaksi berputar dalam pusaran cahaya menyambutku. Bintang-bintang berputar menghasilkan aurora.
Itulah para Konstelasi Final Scenario. Bintang yang mencapai tingkat Myth sejak lama, atau yang menerima rahmat makhluk serupa.
Namun bukannya mendekat, mereka tetap berputar di langit tinggi, di atas kastil kuno.
“Itu bukan…?”
Dan di balik kastil purba raksasa tempat bintang-bintang berputar itu, berdiri sebuah dinding tak berujung.
“Itu ‘Final Wall’?”
Aku menatap dinding itu diam-diam.
Seolah dinding itu membentang di seluruh dunia, mengumumkan dengan angkuh bahwa inilah akhir world-line ini.
⸢Segala yang ada di dunia ini ada untuk dicatat di sana.⸥
Rasa kejut menyapu tubuhku, membuat seluruh bulu kuduk berdiri. Aku bisa merasakannya dengan jelas — sebuah wujud yang menggerakkan Story raksasa bernama <Star Stream> menunggu di pusat dinding itu.
Para sahabatku juga merasakan ketegangan itu. Mereka semua tampak tegang.
Hanya Yoo Joonghyuk yang tetap setenang biasanya. “Tidak ada Konstelasi di sini.”
Memang. Meski bintang-bintang tampak berputar di langit, tak satu pun Konstelasi muncul dalam bentuk inkarnasi.
Seolah mereka tahu kami akan datang dan memilih pergi.
Yang menyambut kami adalah para Great Dokkaebi.
Kelima Dokkaebi dengan Status dahsyat muncul sekaligus, aura mereka menekan udara — bahkan aku merasakan beratnya.
[Kalian datang, <Kim Dokja’s Company>.]
Great Dokkaebi Heoche — yang dulu muncul di <Great War of Saints and Demons> untuk merekrut kami.
[Kalian telah mendapatkan kualifikasi memasuki ‘Final Scenario’. Karena itu, tidak perlu tes lagi. Kalian cukup memasuki ‘Ark’. Penjelasan akan diberikan setelahnya.]
“…Ark?”
Braaah—!
Bunyi dahsyat menggema dari tengah kastil purba. Bagian tengahnya membuka, dan sesuatu naik dari fondasinya.
⸢Dan itu adalah kapal raksasa.⸥
Begitu melihatnya, rasa deja vu menyentakku.
⸢Itu adalah kapal yang pertama kali muncul dalam Great War of Saints and Demons.⸥
Benar. Kapal yang menyelamatkan kami dalam pertempuran antara Apocalypse Dragon dan Indescribable Distance. Mirip Ark milik <Eden>.
Bedanya—yang ini jauh lebih besar dan kokoh. Lambungnya tampak seolah diukir dari fragmen dinding yang retak, memancarkan cahaya putih dan hitam berselang-seling.
Heoche melanjutkan:
[World-line ini awalnya ditetapkan sebagai ‘Final World-line’. Namun terjadi distorsi dalam prosesnya, dan distorsinya kini tak bisa diperbaiki. ‘Conclusion’ dunia ini tidak bisa membuka ‘Final Wall’. Artinya, kisah epik yang memuaskan ‘Oldest Dream’ tak bisa diselesaikan lagi.]
“Apa omong kosongmu itu?”
[Kalian semua akan menjadi ‘bibit’.]
Bibit. Aku pernah mendengar istilah itu dalam Ways of Survival. Menunjuk pada kandidat ‘One Single Story’.
Ledakan cahaya terdengar dari jauh, di kedalaman semesta. Bintang-bintang tersedot, hancur, jatuh seperti hujan meteor.
[Anggaplah ini sebuah kehormatan. Ini adalah kehendak ‘King of Stories’ bahwa kalian, yang merusak world-line ini, dipilih menjadi ‘bibit’. Kalian akan naik ‘Ark’ dan pindah ke world-line baru. Kalian akan terlahir kembali sebagai Story inti dunia baru, seperti mereka yang datang dari dunia sebelumnya.]
Akhirnya aku paham. Mereka ingin kami kabur dari dunia ini.
“Kau… Kau benar-benar akan menyerah pada dunia ini begitu saja? Kau ingin meninggalkan world-line ini bersama semua orang? Saran macam apa itu?!”
[Perlu kaget seperti itu? Saran ini tak buruk untuk kalian. Bukankah tujuan kalian adalah mencapai akhir tanpa ada yang dikorbankan?]
Untuk sesaat, aku tak bisa bicara.
[Kau sudah berhasil, ‘Demon King of Salvation’. Kau dan sahabatmu bisa meninggalkan world-line ini dan hidup bersama.]
Dentuman lain mengguncang langit jauh. Suara Probability yang dilindungi <Bureau> runtuh.
Dengan suara itu, aku mulai memahami hal-hal yang selama ini tersembunyi.
“…Berapa kali kalian mengulang ini?”
[Apakah itu penting?]
“Kalau begitu, apa yang terjadi pada mereka yang tidak naik Ark? Yang tak terpilih—apa nasib mereka?”
[Kau pasti sudah menduganya.]
Heoche menunjuk dengan dagunya. Ke arah [Turtle Dragon] yang Lee Jihye panggil sebagai jaga-jaga. Di atas geladaknya, empat bola segel bersinar — tempat para Outer God tertidur, termasuk ‘Secretive Plotter’.
Aku menatap mereka. Para tokoh aslimu. Yang dikeluarkan dari scenario — mati, atau menjadi Outer God.
[Scenario Utama baru telah tiba!]
Ch 486: Ep. 92 - Final Scenario, V
Para sahabat semua tampak melongo setelah memastikan detail scenario. Syarat clear-nya begitu sederhana. Malah, ini pasti yang paling mudah di antara semua scenario yang pernah kami hadapi.
Yang perlu kami lakukan hanyalah mengikuti kata para Great Dokkaebi, naik Ark itu, lalu meninggalkan world-line ini.
“Dokja-ssi…”
[Apa yang kalian tunggu? Tidak akan ada scenario yang lebih baik dari ini untuk kalian.]
Suara para Great Dokkaebi menggema di udara.
[Ketahuilah banyak Konstelasi menentang kalian dipilih menjadi ‘bibit’. Kami memilih kalian meski harus melawan arus para bintang itu.]
Bihyung, bibirnya membiru, menundukkan kepala di antara rekan-rekannya.
Pikiranku menjadi ruwet. Kenapa ‘King of Stories’ tiba-tiba memberikan scenario seperti ini? Aku saat ini belum bisa memahaminya.
Yang jelas — jika mengikuti saran mereka, keselamatan para sahabatku terjamin.
⸢Story <Kim Dokja’s Company> akan ditulis di ‘Final Wall’. Bersama semua Story yang ia benci.⸥
Aku menoleh. Para sahabat menatapku.
“Semuanya.”
Aku mencoba bicara, namun sulit.
Jalan yang sangat mudah kini terbentang di depan mata. Jika memilih ini, kami bahkan mungkin tak perlu menjalankan rencana kami.
Tidak ada yang harus mati. Dan mereka tidak akan menjadi Outer God.
Kami hanya perlu naik kapal itu, menyeberang ke world-line lain, lalu hidup di sana seolah tak pernah terjadi apa-apa. Kami hanya perlu menjadi penguasa world-line baru dengan Story milik kami.
Seperti para dewa tertinggi <Olympus> dan <Asgard>, kami bisa hidup menikmati kenyamanan scenario.
“Dokja-ssi.”
Tatapanku bertemu dengan Yoo Sangah yang menatap lurus padaku.
⸢Tapi… bisakah kami benar-benar bahagia hidup bersama di rumah besar itu?⸥
Lee Jihye menggenggam ring kunci [Twin Dragon Sword] dengan kuat, dan…
⸢Bisakah kami sungguh-sungguh tersenyum di hari kelulusan Jihye?⸥
…Shin Yoosung dan Lee Gilyoung saling memegang ujung pakaian satu sama lain.
⸢Bisakah aku ke PC Bang sama Gilyoung-ie lalu main game bareng? Dan…⸥
⸢Makan pizza di tepi Sungai Han sama Yoosung-ie lagi?⸥
Terakhir, Yoo Joonghyuk menatapku tajam.
⸢Seperti menghapus coretan di Final Wall, apa kita bisa berpura-pura semua yang terjadi tak pernah ada?⸥
Kiamat telah dimulai, dan itu tidak bisa dibalikkan.
[Konstelasi ‘Demon-like Judge of Fire’ menunggu keputusanmu.]
[Konstelasi ‘Abyssal Black Flame Dragon’ sedang mengamatimu.]
[Konstelasi ‘Secretive Plotter’ sedang mengamatimu.]
Pasangan yang mati — Agares dan Metatron — takkan kembali.
Kami tidak bisa menghapus kemunculan kedua Apocalypse Dragon seolah tak pernah terjadi. Tidak bisa menghapus masa lalu regressi Yoo Joonghyuk.
⸢Semua yang terjadi di dunia ini sudah menjadi bagian dari kami.⸥
Han Sooyoung berbicara. “Kim Dokja, kau masih ragu? Kau sudah tahu apa yang harus dilakukan, kan?”
Lee Hyunsung tiba-tiba menepuk bahuku, seolah tahu apa yang akan kukatakan.
“Pikiranku sama denganmu, Dokja-ssi.”
Story yang kami bangun bersama, hal-hal yang mungkin tertinggal… semuanya berbicara.
Orang-orang yang tersisa di Bumi. Ibuku dan para ‘wanderer’. Mereka yang berbagi story bersama kami, meski tidak berada di sini.
[Setiap Story dari Nebula <Kim Dokja’s Company> sedang menatapmu.]
[‘The Fourth Wall’ bergetar hebat!]
Suatu waktu, ‘Secretive Plotter’ berkata padaku:
【Saat kita bertemu lagi, kuharap kau sudah menjadi pemilik sejati dari ‘tembok’ itu.】
Jang Hayoung punya ‘Wall of Impossible Communication’. Yoo Sangah mewarisi ‘Wall of Samsara’. Agares dan Metatron punya ‘Wall that Divides Good and Evil’.
Dan setiap tembok memiliki Story yang akan ditulis di atasnya.
⸢Kalau begitu… apa Story yang akan ditulis pada [The Fourth Wall]?⸥
[Tembok itu bilang padaku — bahwa aku adalah ‘yang terakhir’ dari ‘Final Wall’.]
⸢Finale dari semua Story ini.⸥
Untuk terakhir kalinya, aku melihat para sahabat. Memastikan… apakah kami salah?
Aku tidak tahu. Tak ada cara pasti untuk tahu kebenarannya.
Namun—
⸢Lakukan apa yang menurutmu terbaik, Dokja-ssi.⸥
⸢Ahjussi, kalau waktunya tiba, kita mati bareng. Dengar tuh.⸥
⸢Lebih baik akhir yang bermartabat daripada hidup memalukan.⸥
Suara mereka memberiku keberanian.
Story yang mendidih dari dalam hatiku memberiku suara sejati.
[Kami tidak akan naik Ark.]
Rasanya aku bisa melihat titik akhir sebuah story yang lama kupikirkan.
Para Great Dokkaebi menatapku membeku. Semua Konstelasi world-line ini memfokuskan tatapan pada diriku.
Setiap tatapan terasa, dan bersamanya — kebebasan tak terdeskripsikan menyapuku.
⸢Dan saat itu, Kim Dokja menyadari story yang belum pernah ditulis di ‘Ways of Survival’.⸥
Aku telah membaca semua regressi. Namun ada satu bagian yang bahkan aku tidak pernah baca.
⸢Epilog.⸥
Dari putaran ke-0 hingga ke-1863. Semua story kini berkumpul.
Story dari para nebula di langit berkumpul dalam world-line ini. Aku bisa merasakan para Konstelasi bergerak di balik layar.
Sesuatu mendekat.
[Kau mengerti konsekuensi ucapanmu?]
Para Great Dokkaebi bertanya. Ada yang terlihat sudah menduga, ada yang terkejut. Tapi itu tak penting. Bagi mereka, semuanya hanyalah Story.
Semua adalah kehendak <Star Stream>.
[<Star Stream> mengajukan nama untuk Giant Story terakhirmu.]
[Kau bisa memilih antara dua ‘Conclusion’.]
-
Pengelana World-line yang Hancur
-
Penguasa Cahaya Bintang Putus Asa
…
Dua nama ‘Giant Story’ terakhir mengambang. Keduanya terdengar megah.
⸢Dan keduanya tidak mampu memuat seluruh cerita kami.⸥
[Aku tidak menerima nama-nama Story itu.]
[Konstelasi ‘Demon King of Salvation’ menolak semua pilihan <Star Stream>.]
Tsu-chuchuchut!
[Aku tidak akan menyelesaikan ‘Conclusion’ yang kalian tawarkan.]
Aku mencabut Unbroken Faith. Sepertinya, sejak pertama menggenggam pedang ini… jalanku sudah ditetapkan.
[Semua Story dari Nebula <Kim Dokja’s Company> memulai storytelling mereka!]
Yoo Joonghyuk menghunus [Black Heavenly Demon Sword]. Han Sooyoung membuka perban di tangan kirinya.
Jung Heewon mengangkat [Judge’s Sword]. Lee Jihye menggenggam [Twin Dragon Sword] dengan dua tangan.
Yoo Sangah membuka lotus pedestal, Shin Yoosung membuat Chimera Dragon meraung.
Gong Pildu memasang [Armed Fortress] secepat kilat. Di pucuk tertingginya, Jang Hayoung melepaskan Status seorang Transcendent.
Dan Lee Hyunsung maju selangkah, melindungi semuanya.
Mereka berbicara lewat tindakan. Maka aku juga bisa menceritakan storyku.
[Aku tidak akan membiarkan satu pun dari kalian meninggalkan world-line ini. Saksikan akhir dari cerita yang kalian buat. Saksikan dengan mata kalian… seperti apa akhir dunia ciptaan kalian.]
Status Story meledak dari tubuhku, merambat ke Unbroken Faith dan menghantam ke depan.
[Hentikan!]
Para Great Dokkaebi panik dan menahan Statusku. Aku meluncurkan gelombang kedua, ketiga, tanpa ragu.
[<Star Stream> merespons tindakan kelompokmu!]
[<Bureau> mengaktifkan Probability!]
Sengatan petir Probability melilit tubuhku. Aku tidak mundur. Story kami meraung, meski tubuh seolah dicabik.
[Giant Story ‘Demon Realm’s Spring’ memulai storytelling!]
[Giant Story ‘Torch that Swallowed the Myth’ memulai storytelling!]
[Giant Story ‘Season of Light and Darkness’ memulai storytelling!]
[Giant Story ‘Liberator of the Forgotten Ones’ memulai storytelling!]
[Giant Story-mu yang tanpa nama memulai storytelling!]
Yang menentukan ‘Conclusion’ adalah awal, perkembangan, dan klimaks yang mendahuluinya. Tak ada yang lain.
Aku menghantam badai itu lagi dan lagi. Unbroken Faith kulempar ke pusaran cahaya.
[Tindakanku membuat <Star Stream>…]
[Kemungkinan ‘Conclusion’ yang telah ditetapkan…]
[■?■■…■?■■?]
Teks predetermined hancur. Kata-kata menjadi kabur seperti tertutup debu. Ketika debu hilang—
Yang terlihat adalah lambung Ark yang hancur retak.
Kwa-aaaaaah!
Aku tahu apa konsekuensinya.
[‘King of Stories’ sedang menatapmu.]
[The Wenny King sangat puas atas tindakanmu.]
Tapi ini jawaban terbaikku.
⸢Cara menemukan Conclusion yang tidak ada di versi asli.⸥
⸢Cara menyelamatkan semua orang sekaligus mengurai Probability yang rusak.⸥
Pergi ke ujung dunia lewat gi-seung-jeon-gyeol predetermined itu mustahil. Itu hanyalah pola Conclusion yang dipaksa.
Story ini tidak akan melewati Final Wall.
⸢Karena itu Kim Dokja menolak Conclusion yang diberikan padanya.⸥
Retakan raksasa muncul di dunia.
[Tindakanmu menghancurkan aturan scenario.]
[Bagian dari plot <Star Stream> runtuh!]
[Sistem darurat <Star Stream> aktif!]
Lingkungan berubah. <Star Stream> memaksaku masuk ke Conclusion-nya.
⸢Akhirnya, semuanya menjadi scenario.⸥
Mungkin para Great Dokkaebi tidak tahu. Atau tahu, tapi tak bisa melawan. Di dalam scenario raksasa ini, bahkan para storyteller pun bagian dari scenario.
[<Star Stream> menerima tindakanmu dengan gembira.]
[Final Story <Star Stream> sedang bangkit!]
Jika semuanya akhirnya menjadi scenario… maka aku sendiri yang memilih scenario hidupku.
Maka—lihat baik-baik.
[Main scenario diperbarui!]
“…Dokja-ssi!”
Para sahabat menatapku dengan wajah terkejut. Tubuh Inkarnasi-ku berubah. Aura pengasingan menyelimutiku.
Aku tahu betul scenario apa ini.
[Mak-nae-yah.]
Medan perang terbentang di depan kami.
Di sisi lain, para Konstelasi dipanggil turun. Musuh kami — dan sekutu lama kami — semua datang.
Anna Croft, Fei Hu, Ranveer Khan, Asuka Ren, <Olympus>, <Asgard>, dan para Konstelasi dari semua Nebula besar turun bersama Probability.
⸢Semua Konstelasi <Star Stream> berkumpul di sini.⸥
Bintang-bintang membara menerangi semesta. Menekan bahkan satu titik gelap pun agar tak tersisa.
⸢Inilah medan perang terakhir <Star Stream>.⸥
Tsu-chuchuchuchut!
Inilah panggung yang pernah dilalui Yoo Joonghyuk putaran ke-1863 — tempat ia bertarung melawan Outer Gods dan ‘Outer God Kings’.
Bedanya…
Kali ini musuhnya bukan Outer God King.
[Konstelasi ‘Demon-like Judge of Fire’ sedang…!]
[Konstelasi ‘Abyssal Black Flame Dragon’ sedang…!]
[Konstelasi ‘Goryeo’s First Sword’ sedang…!]
Pesan-pesan tak langsung membanjir di antara cahaya berkedip.
Aku mendengar suara sejati Uriel, Black Flame Dragon, dan teriakan para sahabat.
Kacau. Pandangan berguncang. Aku menutup telinga dari teriakan dunia.
[Main scenario diperbarui!]
<Main Scenario #99 – Enemy of the Story> Tipe: Main Kesulitan: tidak dapat ditentukan?■ ■?■?■?!■?■?■■■■■■…Pesan scenario direstrukturisasi realtime. Meski tak terbaca, semua orang tahu.
Jika scenario ini gagal — <Star Stream> akan hancur.
Tak lama, syarat clear muncul. Saat aku membacanya, aku teringat kalimat dari Ways of Survival.
⸢Ada tiga cara untuk bertahan hidup di dunia yang hancur.⸥
Para sahabat berteriak memanggilku.
Penulis Ways of Survival pernah berkata — ada tiga cara bertahan. Tiga cara.
Aku berpikir.
⸢Tiga cara tidak berarti hanya tiga orang yang akan selamat.⸥
Aku menoleh ke sahabat-sahabatku dan tersenyum cerah.
Syarat clear: Kau harus membunuh ‘Enemy of the Story’, Outer God King Kim Dokja.
Akhirnya, epilog dunia ini dimulai.




