Ch 377: Ep. 72 - Three methods, I
Aku menerima buku itu dan sempat melongo beberapa saat. Pada akhirnya aku berhasil bertanya pada kepala pelayan itu, meski suaraku agak hampa.
“Kapan tepatnya Yang Mulia memberimu buku ini?”
“Itu… empat puluh tahun yang lalu, saat Yang Mulia memberikan naskah pertama. Selama sepuluh tahun berikutnya, beliau terus memberikan naskah tambahan. Hamba hanya menjilid semuanya menjadi satu buku, Yang Mulia.”
“Apakah kau membaca isinya?”
“Hamba bersumpah atas nyawa hamba, tidak membaca satu baris pun. Sekali lagi hamba tegaskan—hamba hanya mengumpulkan dan menjilidnya, Tuan.”
Aku buru-buru membuka halaman pertama buku itu. Daftar isi tersusun rapi dan bersih.
'…’
Aku membalik halaman cepat-cepat. Meskipun bukunya tebal, efek atributku membuat membaca cepat bukan masalah.
Sayangnya, ada seseorang yang jelas tidak senang dengan kecepatan bacaku.
“Kau baca terlalu cepat.”
“Yang lambat itu kau, hyung.”
“Apa isinya?”
Aku tak langsung menjawab.
Semakin jauh aku membaca, rasa hampa merayap perlahan. Setiap halaman dipenuhi lelah, putus asa, sesuatu yang menekan dada. Aku tak tahu apakah itu memang niat Han Sooyoung atau bukan.
Tapi aku tahu satu hal: dia sudah memprediksi momen aku membaca ini akan tiba.
Aku berhenti di halaman yang sedang kubaca, lalu lompat ke bagian terakhir: Catatan Penulis.
「 Serius deh. Selalu ada orang yang langsung lompat ke bagian afterword waktu pertama baca buku. 」
Kalimat itu menyambutku seperti sudah menunggu dari lama. Bahkan aku hampir tertawa tanpa sadar.
「 Saat kau membaca ini, aku… 」
Hatiku menegang. Aku menelan ludah dan membaca kalimat berikutnya.
「 …mungkin masih hidup nyaman. Hahaha, kaget ya? 」
Dasar idiot ini.
「 Kalau dugaanku tepat, yang membaca tulisan ini adalah Kim Dokja. Pangeran Kim Dokja, bahkan. Sayang sekali aku gak bisa lihat pemandangannya. 」
Nada sarkas, arogan, khas Han Sooyoung. Aku bahkan bisa mendengar suaranya memaki dalam kepalaku.
「 Kenapa aku tahu? …Jujur saja, aku juga gak yakin. Aku cuma menebak dari segala kemungkinan, segala trope standar murahan, dan skenario paling mungkin. Bisa saja tebakanku salah. 」
Kalimatnya terkesan main-main, tapi isi pesannya—tidak.
「 Jujur, aku berharap tebakanku salah. Aku menunggumu selama puluhan tahun? Kau pikir itu masuk akal? Idiot. 」
Dan lanjut menulis seiring waktu berjalan.
「 Aku lahir di tubuh perempuan itu. Awalnya kupikir aku benar-benar reinkarnasi. Tahun pertama aku hampir gila karena bosan dan frustasi. Kalau aku gak aktifkan [Avatar] di kepala dan merapikan memoriku… mungkin aku benar-benar hilang waras. Begitu umurku empat tahun dan bisa menulis, keadaan sedikit mendingan. Gila ya. Aku penulis, dan di dunia kayak begini pun aku harus menulis. Mungkin aku ingin diselamatkan lewat tulisan. 」
「 Awalnya kupikir kau akan muncul dalam tiga tahun. Kan dulu kau muncul tiga tahun kemudian. Tapi tahun ketiga lewat. Keempat. Kelima. …(Jangan kira waktu jalan cepat hanya karena aku menulisnya begini.) Lalu pada titik tertentu, aku menyerah. 」
Halaman berikutnya terasa semakin berat.
「 Oh. Jadi Kim Dokja memang tidak akan datang sebentar lagi. 」
Tulisan Han Sooyoung sedikit gemetar.
「 Dasar brengsek itu. Menyuruhku menunggu, tapi dia sendiri gak datang. 」
Apa yang bisa kukatakan padanya?
「 Tapi mungkin ini bukan salah Kim Dokja. 」
「 Maaf ya, pasti kau gak mau baca keluhan seperti ini. Tapi curhat di sini pun sulit, tahu? 」
Ia lanjut menulis.
「 Waktu aku cuma penulis novel, aku tidak pernah memikirkan hal-hal remeh kayak gini… kamar mandi jelek, serangga sebesar tinju di kamar tidur, makanan yang… sudahlah, gak usah bahas. 」
Tahun keenam—
「 Bicaraanku mulai berubah aneh. Kayak bangsawan abad pertengahan. 」
Tahun ketujuh—
「 Kim Dokja-nim, kapan kau datang? 」
Tahun kedelapan—
「 Uwek… 」
Tahun kesembilan.
「 Hidup manusia rasanya bisa lewat secepat ini, ya. 」
Mulai dari sini tulisannya kadang terputus. Waktu tidak lagi runtut.
「 Sialan. 」
「 Kim Dokja, baj*ngan. 」
「 Apa yang sebenarnya kalian mau dariku, para dokkaebi keparat? 」
…
「 Waktu yang kuhabiskan di sini… hampir sama panjangnya dengan hidupku di Bumi. 」
「 Jadi nanti, kalau ketemu aku lagi, panggil aku noona, ya? 」
Tulisan itu perlahan berubah. Bukan lagi gaya Han Sooyoung yang kukenal.
Seolah kepribadiannya… mulai larut.
「 Aku menulis ini karena aku bisa menebak apa yang menantiku nanti. Dan juga… nasib dunia ini. 」
Han Sooyoung menjalani satu kehidupan penuh lagi di dunia ini.
「 Kurasa skenario ini memang tidak ada di 'Ways of Survival'. Karena kita sudah terlalu mengubah cerita aslinya. 」
「 Kalau aku biarkan kalian, kau dan Yoo Joonghyuk pasti ngaco dan menghancurkan skenario ini. Jadi… 」
Di kepalaku, aku bisa melihat dia—dengan gaya sok yakin, bibir menyeringai, tangan di pinggang.
「 Wahai satu-satunya pembacaku. Ini adalah kisah seorang perempuan yang berhasil bertahan hidup di skenario kacau balau. 」
Bulu kudukku meremang.
Ini adalah hidup Han Sooyoung, tertulis dalam kemarahan, rindu, dan keteguhan yang hanya dimiliki orang menyebalkan seperti dia.
「 Aku gak tahu apakah kau cocok untuk 'tiga metode' ini atau tidak. Tapi satu hal pasti. 」
Kalimat berikut memukulku di ulu hati.
「 Kau yang membaca ini pasti akan keluar dari sini hidup-hidup. 」
Aku menatap titik di akhir kalimat itu lama sekali.
“Ricardo.”
Aku menoleh. Yoo Joonghyuk menatapku.
“Wanita itu bisa meramal masa depan?”
“…Mungkin.”
Dan ini hasilnya—buku ini.
[Worldview memperhatikan percakapan kalian.][Genre condong ke Fusion Fantasy.]
Ada kalimat di awal yang tadi sempat kulewatkan.
「 PS: Novel ini adalah karya turunan fanmade dari 'Ways of Survival' dan bukan untuk tujuan komersial. 」
Aku tak bisa menahan senyum kecil.
「 Episode 1. Kelahiran Reinkarnator Rank-SSS 」
Tak tahu berapa lama, akhirnya aku menutup buku dan mendongak.
Han Sooyoung bilang:
「 Ada tiga cara menyelesaikan skenario ini. 」
Tiga genre: Fantasy, Romance, Fusion Fantasy.
「 Jalan 'revolusi dinasti' = genre Fantasy. Jika memilih ini… 」
Setiap rute punya harga. Apapun pilihan kami, beberapa hal pasti hilang.
Dan hal pertama yang hilang adalah—
“P-Pangeran! Ampuni hamba!!”
—hak asasi Lee Hyunsung.
“Guling kiri.”
“Ughk! Keuh!”
“Guling kanan.”
“Y-Yang Mulia…!”
“Aku tidak ingat memberimu izin bicara.”
“K-kenapa aku disuruh begini?! Pangeran Keempat! Yang Mulia! Tolong katakan sesuatu pada kakakmu ini!”
“Kau ingat sesuatu sekarang?”
“U-uh… punggungku… Aku veteran tua, kenapa…”
Untuk mengikuti jalan yang Han Sooyoung ramalkan, kami harus buat Lee Hyunsung mengingat dirinya.
Beberapa kenangan lebih dalam dari otak—mereka hidup di tubuh.
「 Ini kejam untuk Lee Hyunsung, tapi… 」
Tidak ada pilihan lain.
Berapa lama kami lakukan ini?
“Ada yang aneh.”
Kepala Lee Hyunsung tertunduk menyentuh lantai. Suaranya lirih.
“Aku… merasa lebih nyaman sekarang…”
[Karakter ‘Bilston’ dalam kebingungan berat.][Ego ‘Lee Hyunsung’ bergerak.]
Aku dan Yoo Joonghyuk saling menatap.
Biasanya, ini mustahil. Tapi sekarang?
[Individu yang berbagi Story yang sama berada dekat denganmu.][Ikatan Story menguat.]
“Sam-in-seong-ho” — tiga orang bisa menciptakan harimau.
[Story Nebula-mu melawan worldview.]
…kami bisa menciptakan kembali seseorang.
[Ego Lee Hyunsung mulai membuka mata.]
Sinar samar memancar dari tubuhnya.
[Giant Story ‘Kaizenix Archipelago’ menatapmu tajam.]
Jika lepas dari cerita raksasa dunia ini, ia bisa kembali.
“U-uh… D-Dokja-ssi…?”
[Worldview menjatuhkan penalti!]
Tsu-chuchuchuchut!!
“UWAAAAH?!”
Semua persiapan selesai.
– Rute apa yang kita pilih?
– Yang selama ini kita tapaki.
tidak akan selesai tanpa karakter yang hidup di dalamnya.
– Saatnya menyerang, Yoo Joonghyuk.
Karena pada akhirnya…
[Giant Story baru mulai bertunas di Nebula-mu.]
Ch 378: Ep. 72 - Three methods, II
Erich Striker adalah kapten pasukan penjaga kerajaan Archipelago Kaizenix.
‘Dia’ bukan hanya pendekar terbaik pulau itu dalam nama saja; ‘dia’ adalah pedang pertama penguasa negeri. Dan satu-satunya alasan ‘dia’ bisa naik sampai posisi itu adalah karena ‘dia’ terus berlatih siang dan malam tanpa henti.
Swiisssh!
Erich membelah keheningan malam di aula latihan berulang kali. Keringat deras jatuh tak putus-putus. ‘Dia’ menatap tetesan itu, merasa bahwa seharusnya yang menetes adalah darah orang lain.
Aku membiarkan mereka lolos. Di depan Yang Mulia, bahkan.
Pemberontakan Pangeran Pertama—serbuan ke ruang audiensi tiga hari lalu—sudah menjadi bahan gosip rakyat. Bahkan penyair jalanan sudah bernyanyi.
Cahaya pedang terang membelah gelap. Wajah Pangeran Keempat, yang kabur bersama Pangeran Pertama, terus muncul di bayangannya. Tak hilang meski berkali-kali ditebas dalam pikirannya.
Yang aneh adalah, setiap kali Erich mengingat wajah itu, muncul sebuah perasaan halus—rasa yang ‘dia’ tak mau akui.
Saat melihat punggung Pangeran Pertama Schweichen, Pangeran Keempat Ricardo, dan Bilston Framer yang menjauh malam itu, Erich sempat dilanda rasa rindu yang tak bisa dijelaskan.
Untuk menolak perasaan itu, ‘dia’ kembali mengayunkan pedang, menebas udara membabi buta untuk mengusir pikiran mengganggu itu.
Namun, latihan malam ini harus berhenti.
Serangan mendadak?
Sebuah bayangan ramping bergetar dalam kegelapan.
Erich segera menarik pedang asli dari pinggang. ‘Dia’ siap menebas kapan saja. Tapi sosok itu muncul duluan, memecah sunyi.
“Harap tenggalkan senjatamu. Aku tidak datang untuk bertarung.”
Di bawah cahaya bulan pucat, seorang pria bertubuh ramping keluar dari kegelapan. Ricardo Von Kaizenix, Pangeran Keempat.
“Apakah kau sudah gila? Dengan nyali apa kau datang kemari?” Erich membentak.
“Walau dunia berubah, kau tetap saja paling suka mengayunkan pedang.”
Aura mematikan melonjak dari Erich. Tapi pangeran itu… justru meletakkan pedangnya ke lantai.
Mata Erich menyipit. “Apa rencanamu?”
“Aku tahu sepuluh menit lagi penjaga akan mengepungku. Kau juga bisa menangkapku dengan mudah.”
“Jadi?”
“Aku menyerahkan diri. Tangkap aku, bawa aku ke tempat eksekusi.”
Erich maju hati-hati dan mengikat sang pangeran tanpa ampun. Mata jernih bersinar di bawah cahaya bulan menatapnya.
“Sebagai gantinya, dengarkan ceritaku sepuluh menit saja.”
“Kenapa aku harus mendengar ocehanmu?”
“Aku akan mati juga. Tidak mendengar kata-kata terakhir orang yang akan dieksekusi itu… rasanya pasti pahit di mulut, kan?”
Erich menatapnya rumit. “Jika kau hendak memohon tidak bersalah, aku tak sudi mendengarnya.”
‘Dia’ tahu Pangeran Keempat tak bersalah. Tapi raja telah berganti, dan Erich adalah pedang milik penguasa baru.
Pangeran hanya tersenyum tipis. “Ini bukan soal itu.”
“Lalu?”
“Jujur saja, aku bingung harus bicara apa agar ‘kau’ bisa kembali. Aku bahkan tak bisa menebak sedikit pun.”
Kalimat pembuka yang tak terduga membuat Erich tertegun.
Trik murahan lagi? Semua tahu mulut manis pangeran ini sering menjerat wanita di pulau ini.
“Dulu, ada seorang perempuan.”
Tak peduli apa yang dipikirkan pendengarnya, Pangeran mulai bercerita.
“Ia mencintai kendo. Cukup berbakat untuk jadi perwakilan distrik.”
Sebuah rasa sakit halus menembus kepala Erich.
“Dengan pedangnya, ia berkali-kali menyelamatkan teman-teman yang berharga baginya.”
Sesuatu yang hilang… lama sekali.
“Ia mengayunkan pedang melawan ketidakadilan skenario, dan dengan pedang itu juga… ia melindungiku.”
“Apa yang kau bicarakan? Aku hanyalah pedang milik Yang Mulia.”
Pangeran menatapnya dengan duka.
“Kau benar-benar tidak ingat apa pun.”
Suara lain muncul dari kegelapan.
“Pangeran Ricardo. Aku ingin bicara juga.”
Erich terlonjak, pedang siap menyayat. Sejak kapan dua pria itu ada di sana?
“Jadi jebakan.”
“Erich-nim.”
Bilston maju selangkah. Erich langsung mengancam padat dingin.
“Langkahi satu langkah lagi, dan kepala pangeran ini terbang.”
Ini jebakan. Aku harus keluar…
Namun saat ‘dia’ hendak bergerak—
[Story terkait dirimu mengamuk!][Storymu melawan kontrol ‘Kaizenix Archipelago’!]
Tubuh Erich membeku.
“Kita pernah berjanji untuk tidak saling melupakan, kan?”
Tatapan Bilston penuh duka.
Tidak… tapi namanya…
[Story menyingkap memori lama.]
“Heewon-ssi.”
[Story yang terlupakan mulai bercerita…]
Sepuluh tahun lalu.
“Hyunsung-ssi! Ini kamu, kan?!”
“Eh? Heewon-ssi??”
Tsu-chuchuchu—!
Mereka tiba hampir bersamaan, dan beruntung—mereka saling mengenali.
– Sepertinya kita harus pakai Voice Projection di sini.
Mereka mulai mengumpulkan informasi sedikit demi sedikit.
-
Ini tahap terakhir sebelum Great War of Saints and Demons.
-
Ada perbedaan waktu pemanggilan tiap anggota <Kim Dokja’s Company>.
-
Skenario tidak mulai sampai semua “pemain” hadir.
Dan akhirnya—
Jati diri mereka mulai terkikis oleh waktu.
[Giant Story memantau kalian.][Probability menekanmu.]
Mereka pura-pura menjalani peran, agar tidak ditelan dunia.
Jadi mereka menunggu.
Dan menunggu.
Mereka hanya punya satu sama lain.
[Story ‘Persahabatan Paling Murni’ memulai penceritaan.]
Clang!
“Erich-nim! Bunuh dia!”
“Bilston-nim, ayo!”
Host tubuh mereka jadi rival. Jadi mereka selalu “bertemu” untuk latihan—agar bisa tetap saling bicara lewat Voice Projection.
Pedang beradu, memori saling mengikat.
Identitas bergeser. Perlahan, tak terasa.
Sampai suatu hari, Jung Heewon, mabuk berat, datang pada Hyunsung.
Ia bicara tentang Geumho Station. Tentang ibu dan anak kecil itu.
Lalu satu hari, di tahun kedelapan—
– Bukannya kita… harus menunggu seseorang?
Hyunsung tak bisa jawab.
Itu percakapan terakhir.
Tak lama, Dark Magician memberontak.
Hyunsung berdiri di sisi lawan, menghadapi Jung Heewon.
– Heewon-ssi.
Pedang mereka beradu, brutal, penuh luka.
– Heewon-ssi!
Dan untuk pertama kalinya, ia mengucapkan apa yang ia simpan selama ini.
– Aku mencintaimu, Heewon-ssi.
[Story ‘Purest Companionship’ telah berakhir.]
[Ego Jung Heewon perlahan terbangun.]
Cahaya samar mengelilingi tubuh Bilston dan Erich—dua jiwa beresonansi.
“Sepertinya kita harus revisi aturan internal perusahaan…”
Tujuan kedua kami selesai. Selanjutnya—
“Di sana!”
“Erich-nim dalam bahaya!”
Dan di depan mereka… berdiri seseorang.
Gelarnya bergema:
Ratu, mahkota perak, tersenyum tajam.
“Kalian berani mencuri kesatria setiaku?”
Pengawal berlutut.
Yoo Joonghyuk menggeram.
Aku menatap wajah sang ratu. “Yang Mulia, kami tidak datang untuk bertarung.”
Di dalam tubuh itu, ego Han Sooyoung tertidur. Dan aku harus membangunkannya—dengan Story.
Namun—
“Aku tahu. Kau datang untuk bercerita.”
Aku tertegun.
[Giant Story mengejekmu.]
“Kenapa kaget? Aku juga menyukai cerita. Tapi aku lebih suka menceritakannya daripada mendengar.”
Ia membuka tangan, senyuman luas, mata bersinar.
“Dengar baik-baik, Ricardo Von Kaizenix.”
Lalu bibirnya melengkung—sinis, jahat, sangat… Sooyoung.
“Tidak—lebih tepatnya, Demon King of Salvation, Kim Dokja.”
Ch 379: Ep. 72 - Three Methods, III
Aku menatap ratu yang memakai wajah Han Sooyoung.
Dia jelas bukan Sooyoung. Tapi bagaimana dia bisa tahu namaku?
Ratu itu tetap tersenyum.
“Aku yakin kau penasaran bagaimana aku tahu namamu.”
Dia hanyalah karakter di worldview ini, makhluk yang bergerak mengikuti aturan ‘Giant Story’. Tak mungkin tahu kalau aku bukan Ricardo, tapi Kim Dokja.
Selain itu, dia bicara hal yang melanggar worldview, namun tidak ada penalti Probability.
[Worldview mempertimbangkan untuk memperluas jenis genre.][Giant Story ‘Kaizenix Archipelago’ sedang mentoleransi situasi.][Pembatasan Probability pada beberapa kata dilonggarkan.][Kata-kata meta tentang worldview telah diakui!]
Aku menatapnya tanpa suara, lalu mengaktifkan skill.
[Unique Skill, ‘Character List’, telah aktif!]
Informasinya tetap tersembunyi.
Awalnya aku pikir karena itu Han Sooyoung—orang yang tidak terdaftar di daftar karakter. Tapi mungkin… aku salah.
“Apakah kau Han Sooyoung?”
“Aku memang pernah dipanggil begitu, dulu.”
“Apa maksudmu?”
Ratu berkedip perlahan dan melanjutkan kisahnya.
“Kau pernah dengar cerita seorang perempuan yang mencoba bertahan puluhan tahun hanya dengan harapan kosong?”
“Aku tahu seorang pria dengan cerita serupa.”
Yang menjawab adalah Yoo Joonghyuk. Dia menghunus Black Heavenly Demon Sword.
Ratu tersenyum lembut.
“Oh, kekasihku yang malang, kau benar-benar datang ke tempat eksekusimu sendiri.”
“Pertunangan itu sudah dibatalkan. Panggil aku begitu sekali lagi, aku penggal kepalamu.”
Keduanya menghilang seketika. Dan dalam sekejap, dua keberadaan mengerikan itu bentrok.
DUAAR!
Langit-langit aula latihan terbelah. Angin pedang bersilangan dengan energi sihir, menciptakan pilar badai yang merobek langit.
Sekilas terlihat seimbang. Tapi aliran pertarungan menunjukkan hal lain.
Beberapa gerakan berlalu—dan Yoo Joonghyuk terluka di lengan kiri. Sementara ratu belum tergores sama sekali.
Regressor itu… dipaksa mundur.
Di lengan kiri ratu, aura Black Flame berkobar. Milik Han Sooyoung.
“Dokja-ssi! Kau harus pergi!”
Lee Hyunsung menahan para pengawal kerajaan. Jung Heewon juga mulai sadar sepenuhnya.
Tak ada waktu untuk mempedulikan mereka.
Keseimbangan pecah—Yoo Joonghyuk kalah. Lawannya adalah Triple Master dunia ini.
“Han Sooyoung! Sadarlah!”
Aku memanggil kekuatan giant story-ku.
[Giant Story, ‘Demon Realm’s Spring’, memulai penceritaan!]
Cahaya story pecah di udara, memaksa celah di pertarungan. Aku melompat masuk.
Ratu merentangkan tangan, tertawa kecil.
“Wahai Demon King of Salvation. Perempuan yang kau cari sudah lama mati.”
“Hentikan lelucon itu. Han Sooyoung tidak akan bicara seperti itu.”
“Kau tahu apa arti hidup 50 tahun bagi seorang manusia?”
Tidak. Aku belum hidup sejauh itu.
[Giant Story ‘Kaizenix Archipelago’ memulai penceritaan.]
Dunia bergetar. Kilasan hidup Han Sooyoung muncul—lebih tepatnya, kehidupan host-nya, Yuri di Aristel.
「 Putri cantik seorang Earl. 」「 Disiapkan menjadi ratu baru. 」「 “Saat kau 18, kau masuk istana.” 」
Bayangan Han Sooyoung muncul di antara teks.
「 “Kalau begitu aku akan jadi Swordmaster sebelum umur 18.” 」
Dia menantang dunia. Wajah tegas, fokus. Bukan Sooyoung yang kukenal.
「 “Kenapa gadis pegang pedang?” 」「 “Sihir itu ilusi.” 」
Cliché dunia berusaha mengurungnya. Dan Sooyoung membenci cliché.
「 “Suruh seseorang yang lebih kuat datang, baru aku nikah.” 」
Pelamar berdatangan. Ksatria, penyihir.
Dia mengalahkan mereka satu per satu.
Swordmaster. Ninth Circle Archmage. Pengendali naga hitam jahat.
Tubuh awet muda, aura misterius.
Namun semakin kuat, dunia semakin menginginkannya.
Dia melawan semuanya. Sendirian. Lebih lama daripada hidupnya di Bumi.
Sampai suatu titik…
Narasinya redup. Sunyi. Sepi.
“Ini bukan dunia Han Sooyoung.”
“Siapa kau, berani-beraninya memutuskan itu? Kau bahkan belum empat tahun mengenalnya. Hari bersama kalian? Bahkan belum satu tahun penuh.”
Benar juga.
“Apa yang kau benar-benar tahu tentang Han Sooyoung?”
Aku teringat Sooyoung yang kukenal.
“Apa kau yakin Sooyoung yang kau kenal masih ada?”
50 tahun… vs ingatan singkat kami.
Ratu berkata:
“Han Sooyoung yang kau tahu sudah tiada. Lima puluh tahun mengubahnya. Dan akulah hasilnya.”
[Giant Story mencoba menghapus keberadaanmu.]
Kenangan kami terlihat kecil. Rapuh. Memalukan.
Aku tersenyum tipis, menolak kemunduran ingatan itu.
“Seperti dugaanku, kau bukan Han Sooyoung. Dia tidak seserius ini.”
Ekspresi ratu berkedut.
Aku paham siapa dia.
“Kau adalah Yuri di Aristel. Anak Earl yang sudah lama menyaksikan Sooyoung. Kau mengambil alih saat Giant Story menelan dirinya.”
Hening.
“Sekarang jawab. Di mana Han Sooyoung?”
Jawabannya bukan kata—melainkan Status.
KU-DU-DU-DU-DUM!
Aura ratu menghantam. Kami terikat. Tak bisa bergerak.
“Sampai di sini saja permainanmu.”
“Kau mau membunuh kami?”
“Membunuh? Tidak ada yang mati. Kau lulus sejauh ini. Bahkan Han Sooyoung menginginkan itu.”
“Tapi kau hampir memenggalku tadi.”
“Itu ujianmu. Dan kau akan diselamatkan Pangeran Pertama. Kan?”
Dia tertawa dengan gaya Sooyoung.
Dan saat itu—
[Decisive moment untuk Genre Selection!]
Ratu berkata datar:
“Akhir dunia ini selalu sama. Pahlawan tumbuh, mendapatkan cinta dan tahta. Happy ending. Mari akhiri.”
Dia memandangku.
“Menikahlah denganku, Ricardo Von Kaizenix.”
Yoo Joonghyuk menatap kosong. Hyunsung & Heewon berteriak panik.
Aku bertanya, tenang.
“Itu akhirnya?”
“Ya.”
“Kalau aku menikahimu, kita bisa lanjut ke skenario berikut?”
“Kecuali satu orang.”
Senyumnya gila, penuh hasrat.
“Han Sooyoung harus tinggal. Aku menyukainya. Kalian akan menjadi kekasih tragis.”
[Genre condong ke ‘Romance’.]
Dunia meminta: tinggalkan Han Sooyoung.
“Dia lebih cocok hidup di sini.”
Mungkin benar.
Dia kura-kura yang bertahan sendirian ribuan hari. Di sini dia kuat, dihormati.
Dia ulurkan tangan putihnya.
“Bangun. Cium tanganku. Ucapkan selamat tinggal pada sahabatmu.”
Tangan putih—penuh kapalan, luka. Tangan yang bertarung sendirian melawan dunia.
Untuk apa semua itu?
Aku memegang bukunya di dadaku.
“…Kau benar. Aku tidak tahu Han Sooyoung.”
“Maka terimalah kenyataan itu.”
“Itu sebabnya aku tidak bisa membiarkannya pergi.”
“Apa?!”
“Aku belum mendengar akhir cerita darinya.”
Aku memaksa tubuhku bergerak.
[Giant Story ‘Torch That Swallowed the Myth’ meraung!][Giant Story ‘Demon Realm’s Spring’ mengangguk.]
Ekspresi ratu berubah.
“Kau merusak skenario final!”
“Tidak. Ini cara cerita ini seharusnya berjalan.”
Aku menarik sebuah pedang dari saku coat-ku.
“Aku adalah pewaris sah tahta ini.”
Unbroken Faith memancarkan cahaya.
[Star Relic dikenali!][Kekuatan meningkat drastis!]
Pengawal terjatuh bersujud. Ratu goyah.
[Kau memilih route ‘Dynastic Revolution’.][Bunuh sang ratu.]
Jadi jawabannya?
Ratu berbisik: “Bunuh aku.”
Jika aku lakukan—aku jadi raja. Skenario selesai.
“Aku sudah jadi raja.”
“Apa—”
“Aku raja dunia tanpa raja. Pemimpin <Kim Dokja’s Company>. Pewaris Underworld.”
Aku menatap tangan penuh luka yang pernah menjadi miliknya.
“Dan aku benar-benar muak jadi raja.”
[Pilihan belum pernah terjadi sebelumnya.][Worldview panik.]
Aku menggenggam tangannya—dan meletakkan Unbroken Faith padanya.
“Aku tidak memberimu tahta.”
“Lalu?”
“Tahta itu untuk Han Sooyoung.”
Mata ratu melebar.
“Yang akan menjadi raja adalah Han Sooyoung dari <Kim Dokja’s Company>.”
[ERROR! ERROR!][Genre Fantasy hancur!][Genre Romance hancur!][Genre Fusion Fantasy hancur!][Genre tersembunyi: Kim Dokja’s Company aktif!]
…
…
Dan sebuah suara terdengar.
「 Kau berhasil memahaminya, ya, Kim Dokja. 」
Ch 380: Ep. 72 - Three Methods, IV
“…Han Sooyoung?”
Aku merasa mendengar suaranya, tapi aura itu lenyap begitu cepat.
[Giant Story ‘Kaizenix Archipelago’ tidak bisa mengakui pilihanmu!][Worldview menunjukkan reaksi abnormal.]
Yuri di Aristel, yang tanpa sengaja kini memegang Unbroken Faith, mulai gemetar dan menjerit.
“K-kau berani melakukan ini…!!”
[Kau adalah pewaris sah tahta Kaizenix Archipelago.][Tahtamu dialihkan kepada karakter ‘Han Sooyoung’.][Worldview tidak mengerti pilihanmu.]
Cahaya terang memancar dari tubuh Yuri di Aristel.
Itu adalah Story yang bukan miliknya—Story milik Han Sooyoung, yang sangat kukenal.
Yuri memeluk dirinya, seolah tak ingin melepas satu pun dari Story itu.
“Aku tidak akan membiarkan Sooyoung pergi seperti ini!”
Tsu-chut, chuchuchut!!
“Diam! Aku sudah bilang aku akan tanggung jawab penuh, kan?? Aku juga tidak mau perkembangan jadi seperti ini! Aku cuma pikir, kalau kau tetap di pulau ini…!”
Aku bisa menebak siapa yang sedang dia ajak bicara—dan topik apa yang mereka perdebatkan.
[Exclusive Skill, ‘Omniscient Reader’s Viewpoint’, aktif.]
Waktu yang dihabiskan Yuri bersama Han Sooyoung mengalir seperti potongan film.
「 Kau bilang akan tetap bersamaku! Kau bilang akan jadi penjagaku! Aku sungguh mencintai skenario yang kau tunjukkan padaku. Aku tidak bisa melepasmu! Aku…!! 」「 Maaf, Yuri. 」
Darah mengalir dari mulut Yuri. Dia goyah, lalu jatuh. Aku buru-buru menangkapnya.
Di dalam tubuh itu, Han Sooyoung dan Yuri sedang berperang.
[Giant Story ‘Kaizenix Archipelago’ sedang…][Giant Story ‘Torch That Swallowed the Myth’ sedang…]
Dua kisah raksasa saling menggigit untuk merebut tubuhnya.
Di sekeliling kami, keributan pecah.
Para penjaga dan warga berbisik penuh kebingungan.
Yoo Joonghyuk di sebelahku berkata pelan, “Kim Dokja, kita terlalu gegabah.”
“Aku tahu.”
“Archipelago ini belum siap menerima Han Sooyoung sebagai penguasa.”
“Kupikir pondasinya sudah kuat. Dia bahkan sudah jadi ratu sebelum ini.”
“Dia bukan penguasa sahnya. Ada satu faksi yang tidak mengakui—‘revolutionaries’.”
Perubahan kekuasaan paksa selalu melahirkan rasa sakit. Bahkan sebelumnya, perebutan tahta Yuri bukan bagian asli dari cerita.
[Genre selection selesai.][Syarat clear genre belum terpenuhi.]
Dunia ini belum siap menerima genre baru yang kami ciptakan.
Royal Suite, Istana Kaizenix
[<Star Stream> sedang mendiskusikan clear condition.]
“Keadaannya jadi ribet,” gumam Yoo Joonghyuk.
Kami memandang Han Sooyoung yang terbaring di ranjang mewah.
Di luar, ledakan dan suara pertempuran bergema—dua kubu bertarung mati-matian. Sebagian menerima penguasa baru. Sebagian menolak.
“Benar. Itu skenario terbaik.”
“Kalau tahu itu, kenapa—”
“Kalau kita ikut rencana itu…” Aku menatap wajah Sooyoung. “…maka 50 tahunnya akan makin panjang.”
“…”
“Aku tidak mau menambah satu menit pun.”
Sejak datang ke dunia ini dan tahu Sooyoung menunggu 50 tahun, rasanya seperti ada beban menindih dadaku.
Seseorang lagi harus berkorban karenaku.
Bisakah dia tetap danwar setelah itu? Tetap jadi Han Sooyoung yang kukenal?
“Semua ini karena aku membuat kesepakatan dengan ‘King of Reincarnators’.”
「 Harusnya aku saja yang mengorbankan diri… 」
Aku melirik—Yoo Joonghyuk menatapku seperti aku idiot. Bibirnya bergerak, lalu dia menghela napas dalam-dalam.
“Aku ingin bilang sesuatu, tapi sepertinya ada orang lain yang lebih pantas.”
“Apa maksud—”
PRAAAKK!
Benturan keras menghantam belakang kepalaku.
“Hei, Kim Dokja!”
Aku menoleh.
Han Sooyoung—dengan senyum menyebalkan khasnya.
“Semua jadi kacau gara-gara kamu!”
Dia mengibaskan rambut, bangun, lalu memukul kepalaku lagi.
Rapat Darurat, ala ORV trio
Begitu bangun, kami langsung rapat.
Han Sooyoung tampak pucat, tapi matanya tajam.
“Aku kan sudah tulis manual! Gimana caramu gagal mengikuti instruksi? Bahkan Lee Hyunsung lebih paham!”
Dari arah pintu, kepala Lee Hyunsung nongol sebentar, lalu menghilang seperti hantu.
“Kim Dokja. Ulang tiga metode yang kutulis.”
“Metode pertama: Fusion Fantasy.”
“Isinya?”
“Pinjam kekuatan Outer Gods dan selesaikan scenario… hey, itu ide goblok dari awal—”
PLAK!
“Tutor killer,” aku menggeram.
“Kedua: Fantasy.”
“Isi?”
“Lakukan revolusi dan bunuh raja. Kenapa aku bacain ini—”
PLAK!
“…Metode ketiga: Romance.”
“Isi?”
“Nikahi Yuri di Aristel.”
“Dan apa yang kamu lakukan?”
“…Metode tiga?”
“Dan kita sudah menikah, belum?”
“…Belum.”
“Terus kenapa??”
Aku menghindar dari tamparan berikutnya.
“Tidak mungkin itu solusi beneran! Masa kamu menulis itu serius?!”
“Menurutmu aku nulis buat komedi?!”
Sooyoung menggeram, napas berat.
“Kalau saja kamu nikah, semuanya beres! Klaim takhta-mu + skill tempur Yuri = stabilitas politik!”
“Tapi kalau aku lakukan itu, kamu akan terjebak—”
“Aku bisa bujuk Yuri! Itu rencana setelah nikah, dasar bodoh!”
“…Kamu tadi sempat muji ideku…”
“Aku kagum karena interpretasi salahmu luar biasa parah.”
Astaga.
“Kita harus bagaimana sekarang?”
[ERROR dalam skenario][Worldview tidak menerima akhir ini][Status Han Sooyoung sebagai penguasa dipertanyakan]
Sooyoung mengangkat bahu. “Ya. 50 tahun lumayan panjang.”
Aku tak bisa jawab.
Dia tersenyum ringan—tidak kalah menyakitkan dari kemarahan.
“Aku sudah hapus sebagian besar ingatan.”
“…Hah?”
“Aku punya Avatar, bodoh. Kupakai buat hapus memori. Kalau aku ingat semua, aku sudah gila.”
Sunyi.
“Buku itu ada supaya sesuatu tetap tersisa.”
“…Kau pintar.”
“Itu pengecut, bukan pintar.”
Dia melirik ke sudut ruangan.
“Lagipula ada monster yang hidup lebih lama dariku, dan dia tidak melupakan apa-apa.”
Aku tersenyum kecut. Kita tahu siapa.
Untuk menghilangkan canggung, aku membesar-besarkan gestur. “Baik, mari pikirkan solusi. Dari sudut reader, setelah ini—”
“Tidak,” potong Sooyoung. “Dari sudut writer—”
Kami berdua mulai mengoceh: panggil dokkaebi, panggil Outer God yang jinak, atau tabrak saja skenarionya—
“Diam kalian berdua.”
Kami langsung diam seperti anak SD.
Sooyoung buru-buru berdiri di sebelahku seperti peliharaan kucing yang pura-pura tak salah.
“Kadang kita harus percaya insting protagonis.”
Aku mengangguk.
Yoo Joonghyuk bicara.
“Sore ini, flagbearers kerajaan berkumpul. Saat itu kita bertempur.”
“Metode klasik ya.”
“Itu satu-satunya.”
Kadang, cara standar adalah cara terbaik.
Menuju Aula Tahta
Malam turun cepat. Para bangsawan hadir. Aura perang menyesaki istana.
Faksi pro-raja sah. Faksi simpatisan Dark Magician. Faksi anti-kami.
Jung Heewon berbisik sendu, “…Kalau anak-anak ada di sini, enak ya.”
Ya. Kalau ada tamers atau Jihye, ini akan lebih mudah.
“Mereka sedang menjalani skenario masing-masing.”
“Hayoung-ssi?”
“Dia bukan anggota resmi, jadi beda worldline.”
Koridor panjang, penjagaan ketat. Sooyoung dan Yoo Joonghyuk berjalan duluan—persaingan langkah kecil memanas seperti bangau vs burung pipit¹.
¹Peribahasa Korea: jangan melawan hierarki naturalmu.
Jung Heewon merapat padaku, berbisik.
“Dokja-ssi.”
“Ya?”
“Mungkin aku lancang, tapi kau harus tahu.”
“Tentang?”
Tatapannya mengarah ke punggung Yoo Joonghyuk dan Han Sooyoung.
Tentunya mereka berdua sedang adu langkah.
“…Tentang hubungan dua orang itu.”
Ch 381: Ep. 72 - Three Methods, V
“Mereka berdua… bertunangan.”
“…Apa?”
Mulutku otomatis melongo. Perlahan aku menoleh ke arah Lee Hyunsung. Dia langsung memerah dan buru-buru mengalihkan pandangan.
Yoo Joonghyuk dan Han Sooyoung—Pangeran Pertama Kaizenix, dan putri bangsawan tinggi.
Memang, tinggi badan mereka kayak langit dan bumi, tapi… dilihat lama-lama, mereka agak cocok juga. Kepribadian bentrok, tapi justru anehnya mirip.
Kenakalanku kambuh. “Hei. Kalian mirip beruang hitam sama anak ayam baru netas, lho—”
Dalam sepersekian detik, tekanan membunuh menghempas ke arahku.
“Aku bunuh kau.”
“Sebut sekali lagi, mulutmu kurobek.”
Keringat dinginku turun.
Jung Heewon berbisik, “Dokja-ssi, sebaiknya jangan mancing mereka?”
“Baik… ngomong-ngomong, Heewon-ssi. Di pihakmu, tidak ada sesuatu terjadi juga?”
“…Eh?”
Aku tersenyum, lalu melangkah cepat masuk di antara dua makhluk pembantai itu. Wajah mereka sudah kayak mau bantai satu kerajaan karena lelucon kecil.
“Han Sooyoung. Tugasmu paling penting. Kau paham, kan? Kau harus menjalankan peranmu baik-baik, jadi—”
Dia tidak menjawab.
“…Han Sooyoung?”
Tsu-chuchuchuchut!
Cahaya listrik aneh berloncatan di sekitarnya. Aku langsung tahu. Ego Yuri di Aristel kembali mendorong keluar Han Sooyoung.
「 Aku tidak akan biarkan kau pergi! 」
Yuri menangis, air matanya jatuh.
「 Kau akan menyesal meninggalkan tempat ini! 」「 Semua Story-mu akan membusuk, dilupakan, menghilang! 」「 Pada akhirnya, bahkan pulau ini tak bisa menahanmu dan kau akan lenyap! 」
Aku menatapnya dan berkata pelan, “Itu mungkin.”
「 …Apa? 」
Pupilnya membesar.
Yuri di Aristel — heroine asli skenario ini.
Seandainya cerita berjalan normal, sekarang ia hidup damai sebagai kekasih raja, menua perlahan dalam dongeng klasik.
「 Jika kalian tinggal, kalian semua akan aman. 」
Aku bisa mengerti kenapa dia berkata begitu… tapi aku tidak bisa menyetujui.
Kami hidup dalam Story yang berbeda.
Jika aku jadi Sooyoung… apa jawabannya?
「 Aku akan memohon pada ‘King of Reincarnators’. Mari tetap tinggal. Kita akan hidup damai, mengikuti siklus Samsara. Saat itu—」
“Lalu kami akan menjalani skenario yang sama berulang-ulang.”
「 …Hah? 」
Aku menatapnya.
“Yuri di Aristel. Bagaimana rasanya waktu pertama kali kau menjadi ratu?”
Tubuhnya menegang.
Pulau Reinkarnator ini museum Story kuno. Setting generasi ketiga, fantasi pseudo-ek Middle Age. Yuri menjalani hidup sama ribuan kali.
Han Sooyoung ingin menunjukkan kemungkinan melawan naskah.
Bahwa kita bukan budak Story.
「 Aku hanya…!! 」
Dia sadar. Karena Han Sooyoung adalah penulis yang baik.
“Yuri. Kau suka Han Sooyoung, kan?”
「 … 」
“Kalau begitu, percaya padanya. Dia tidak akan meninggalkanmu.”
Yuri menatapku lama. Ekspresinya rumit. Lalu—lenyap.
Sparks kecil menari. Mata Han Sooyoung kembali normal.
Dia sedikit goyah, lalu mendecak. “Hah… Kim Dokja. Lumayan.”
“Aku belajar dari yang terbaik.”
“Hati-hati, nanti Yuri beneran nikahin kamu.”
“Hentikan omong kosongmu. Bersiap. Kita masuk.”
Kami mendorong pintu ruang audiensi. Aura tekanan langsung menghantam.
Jung Heewon menunduk kecil, “Maaf soal waktu itu, Dokja-ssi.”
Aku tahu maksudnya.
“Kali ini aku pasti lindungi.”
“Aku percaya.”
Dengan Jung Heewon dan Lee Hyunsung di sisi, bahuku terasa ringan. Pedang terkuat dan tameng terkuat. Tidak buruk.
Kami berjalan menuju tahta. Begitu sampai—
“Siapa rajanya?!”
Mereka menuntut jawaban.
Mereka—bukan manusia yang bertanya. Ini Worldview menuntut jawaban.
[Giant Story ‘Kaizenix Archipelago’ menunjukkan permusuhan.]
Aku dan Yoo Joonghyuk memandang Sooyoung. Dia maju.
“Aku penguasa baru Kaizenix Archipelago.”
Sorak marah meledak.
Sooyoung tak tergoyah. Dia menghunus pedang.
“Dan pedang ini adalah buktinya.”
Unbroken Faith memancarkan cahaya putih murni. Sebagian berlutut. Banyak tetap menolak.
Lalu Yoo Joonghyuk maju.
“Dia benar-benar penguasa baru.”
Para bangsawan terkejut. Revolusioner ribut.
Aku tersenyum tipis. “Worldview? Apa itu?”
Hening.
Lalu—
[Genre: “Kim Dokja’s Company”]
Tak ada genre seperti itu, tapi bukan berarti tak bisa ada.
“<Kim Dokja’s Company> berbeda,” kata Yoo Joonghyuk. “<Kim Dokja’s Company> ya… <Kim Dokja’s Company>.”
Han Sooyoung menusukkan Unbroken Faith ke lantai.
“Seperti <Kaizenix Archipelago> ya <Kaizenix Archipelago>.”
[Efek Unbroken Faith aktif!][Ether berubah menjadi api.]
Api putih memekar. Aku menaruh tangan di gagang.
[Ether Darkness aktif.]
Yoo Joonghyuk meletakkan tangannya.
[Ether Divinity aktif.]
Tiga atribut menyala bersamaan. Api-gelap-cahaya.
Orang-orang ternganga. Han Sooyoung menantang.
“Raja? Kalau mau jadi raja, datang ambil pedang ini.”
Tak ada yang bergerak.
Yoo Joonghyuk menjawab, “Kami tidak datang untuk merebut dunia kecil ini.”
Aku tambah, “Kami datang untuk membebaskan kalian.”
Bisik ketakutan.
「 Kau tahu maksud mereka. 」
Bukan kami yang bicara. Itu Yuri.
「 Kami tidak mau mengulang skenario yang sama lagi. 」
Dia menatap kami.
「 Aku… akan ikut mereka. 」
Keheningan. Lalu—
「 Kalau dia pergi, aku ikut. 」
Ricardo.
「 Aku tidak biarkan adik lemahnya pergi sendiri! 」
Schweichen.
「 Pedangku ikut baginda. 」 Bilston.「 Aku akan lindungi Yang Mulia. 」 Erich.
Original protagonist dunia ini… sudah ikut cerita kami.
[Torch That Swallowed the Myth mengaum!][Demon Realm’s Spring memperhatikan.]
“We will join the Great War of Saints and Demons,” ucapku. “Dan kami akan membebaskan semua dari reinkarnasi.”
Orang-orang mulai berlutut.
“Bersama-sama,” kataku.
Dunia bergetar. Story raksasa runtuh.
[Kaizenix Archipelago menangis!][Worldview clear!][Portal Great War terbuka!]
Portal cahaya raksasa muncul.
“Aku duluan.” Yoo melangkah. Reinkarnator lain ikut.
“Bisa benar-benar berhasil?” tanya seseorang.
“Aku tidak tahu. Semoga saja.”
Dia tertawa gugup dan masuk.
Gelombang manusia lewat. Tinggal aku dan Sooyoung.
“Kau duluan,” katanya.
Aku hampir melangkah, tapi dia menarik lenganku.
“Hei, Kim Dokja.”
Dia menghela napas, melambai.
“Lupakan. Tak penting.”
“Apa itu?”
“Bilang saja tidak apa-apa.”
Aku keluar lagi dari portal.
“Katakan saja. Terakhir kali kita berpisah penting juga. Jadi aku khawatir.”
“…Kau ini keras kepala.”
Dia menarik napas dalam.
“Nanti… setelah semua skenario selesai… mungkin aku mau menulis novel lagi.”
Mata kami bertemu.
“Kalau begitu… baca ya.”
“Novelnya?”
“Iya. Kau jadi pembaca pertama.”
“Aku pembaca jelek, lho.”
“Jangan sok, baca aja!”
“Akan kubaca.”
“…Sungguh?”
“Sungguh.”
“…Tapi mungkin 3000 bab.”
“Favoritku.”
“Bisa jadi membosankan.”
“Kalau kau yang tulis, mustahil.”
Matanya melebar.
Aku cepat-cepat alihkan topik. “Genrenya apa?”
“Nanti kupikirkan.”
“Bagaimana dengan romance?”
“Gila? Mana ada romance 3000 bab?!”
Kami tertawa kecil. Melihat ke portal. Lee Hyunsung & Jung Heewon berjalan bersama, kikuk.
“Dua itu butuh 3000 bab dan bonus.”
Dari langit—
[Messaging restriction lifted][Prisoner of the Golden Headband bersorak!][Abyssal Black Flame Dragon hangat hati!][Demon-like Judge freak out!][Judge melindungi Incarnation…][Master of Steel tersinggung.]
Han Sooyoung mendengus. “Romance, katanya…”
Kami masuk portal bersama.
[Selamat datang, <Kim Dokja’s Company>.]
Kami tiba di panggung pembuka Great War of Saints and Demons.

