Rabu, 29 Oktober 2025

Ep. 63 - End of the Myth

Ch 334: Ep. 63 - End of the Myth, I

(Kau akan mati seperti ini.)

Itu wajah layar smartphone yang terus bergetar. Ombak yang naik menyentuh ujung kakiku, dan aku mengangkat ponsel itu.

(Seharusnya revisi keempat sudah dikirim… sepertinya ada yang salah.)

Aku tahu siapa ini. Para pustakawan dari perpustakaan di dalam Fourth Wall. Mungkin merekalah yang mengirimkannya.

(Ini semua yang bisa kami lakukan untuk membantumu. Meskipun hanya sedikit.)

Cahaya berkedip, dan kalimat-kalimat muncul di layar LCD — seperti ringkasan isi buku yang diringkas kasar.

Tempat ini lagi…

Sudah jelas siapa monolog itu. Ini isi Revisi Keempat.

Terlalu banyak kesalahan di putaran ketiga.

Kemunculan Poseidon tak terduga.

Seharusnya aku lebih banyak memikirkan probabilitas.

Seharusnya kupikirkan hubungan antarmitos…

Penuh penyesalan. Seperti biasa. Mungkin bahkan revisi keempat pun… gagal.

Andai waktu itu aku menyelamatkan Lee Sookyung, bukan Yoo Sangah…

…Hah?

Tanganku kaku. Aku tidak menggulir lagi.

Petir menyambar layar—semua kalimat hilang.

Aku buru-buru berteriak,
Tunggu! Tunjukkan lagi! Apa maksud kalimat barusan?!

Tak ada balasan.

(Kim Dokja, takdir tak bisa diubah. Tapi—)

D i a m, Nirvana.

[Skill eksklusif 'Fourth Wall' aktif kuat!]

Suara Nirvana terputus. Teks menghilang. Detak jantungku melambat. Kepalaku jernih kembali—dingin dan mekanis.

Dan aku benci sensasi ini.
Tidak bisa marah saat ingin marah.
Tidak bisa sedih saat ingin hancur.

Fourth Wall.

[Fourth Wall sedang menatapmu.]

“Jawab jujur. Ibuku… dalam bahaya?”

Fourth Wall tetap diam.

…Sial. Kadang aku benar-benar tidak yakin dia ada di pihakku atau bukan.

Aku mendongak.

Biyoo.

[Baat…]

Biyoo, tubuhnya transparan, menatapku dengan mata berkaca. Aku ingin bertanya—tapi mulutku membeku.

[Exclusive skill ‘Fourth Wall’ berguncang!]

Biyoo menangis.

Dan sesuatu di kepalaku mulai menyatu. Potongan puzzle yang kabur… mengklik satu per satu.

Yoo Joonghyuk pulang terlalu cepat. Dan dia gelisah.
Para constellation mengirim pesan aneh.
Dan Yoo Joonghyuk… mencari Nectar.

Mungkin semuanya… karena hal yang sama.

[Teman ini. Jangan khawatir, ibumu belum mati.]

Suara terdengar di belakangku.

[…Tsk, seharusnya itu tidak boleh bocor.]

Dari bayangan muncul cahaya anggur. Sosok yang sangat kukenal.

Dionysus.

[Sudah lama. Ini pertama sejak pesta terakhir?]

Dionysus datang mendekat, menatap keluar gua pantai. Tangan kirinya hangus karena probabilitas.

Di luar—Poseidon. Dewa laut. Salah satu dari Tiga Ketua Dewa Olympus.

Ia tidak bergerak. Tapi aura diamnya seperti predator menunggu jeda napas terakhir mangsanya.

[Screening kemungkinan probabilitas sudah mulai. Sang Paman tidak akan bergerak banyak. Tapi jangan bertindak gegabah. Dia sedang mencarimu.]

“Kau bilang itu sambil menyiarkan true voice tepat di sebelahku.”

[Tenang. Aku menyembunyikan kita. Dia tak bisa dengar.]

Mulut gua disegel… oleh segel gelas anggur.
Sepertinya barrier yang menyembunyikan kami berada di sana.

[Luar biasa, kan? Dewa tingkat mitos. Level tertinggi. Biasa-biasa saja tidak pernah sampai ke titik itu.]

Ya. Luar biasa.

Jika aku adalah Poseidon, aku bisa menghalau kabut tak bernama yang dulu menghancurkan Demon Realm.

Tempat yang dijangkau tombaknya akan menjadi batas laut.

Kedalaman laut bergetar, gunung-gunung di bawah sana berlutut seolah meminta pengampunan yang tidak pernah mereka lakukan.

[…Kau benar-benar hebat.]

“Apa maksudmu?”

[Tak ada ketakutan sejati di matamu saat melihatnya. Kenapa?]

Tentu aku takut. Kakiku gemetar. Kepala pening.

Tapi lebih dari takut—

Kim Dokja benar-benar terkesan.

Aku menatap Poseidon lama sekali sebelum menjawab:

Aku… tidak pernah membayangkan ini.

[Membayangkan? Haha. Aneh sekali kau ini.]

“Kenapa membantuku? Bukankah kau dari Olympus?”

[Karena hatiku. Itu saja.]

“Apa yang terjadi pada party yang lain?”

Dionysus menjentik. Sebuah layar muncul.

Teman-temanku… di langit.
Terikat benang Ariadne, melayang dengan Hermes Walking Method.

Tidak ada yang hilang.
Bahkan Uriel dan Surya aman.

[Ariadne dan Hermes datang tepat waktu.]

“…Boleh aku hajar satu orang?”

[…Siapa?]

Aku menatapnya tanpa kata.

[…Aku? Tapi kenapa?]

“Jangan pura-pura bego.”

Dionysus cepat paham.

[Ah. Karena insiden inkarnasi itu. Ya… maaf. Kau boleh pukul aku. Tapi jangan keras-keras. Kau constellation sekarang, sakit.]

Aku tidak memukulnya.

“Apa yang kalian lakukan pada Yoo Sangah-ssi?”

[…Itu cerita panjang.]

Dionysus duduk, menghela napas.

[Para Moira dapat ramalan aneh.]

“Ramalan?”

[‘Akhir segala sesuatu’ akan datang.]

“…Akhir?”

[Bahkan Olympus tak bisa lari. Maka kami mencari petunjuk. Dan kami menemukan satu singularitas—si regresor itu.]

“Jadi kalian pilih Yoo Sangah untuk mengawasinya.”

[Benar.]

Amarahku mendidih. Tapi aku diam.

[Tapi saat mengawasinya… kami menemukan kau.]

[Inkarnasi yang membenci takdir, menolak constellation, jadi constellation sendiri tanpa sponsor, dan identitasnya tak terbaca. Singularitas yang belum pernah kulihat.]

Garis-garis memori melintas.
Kesempatan-kesempatan yang ‘kebetulan’.
Keberuntungan yang tiba-tiba muncul ketika aku hampir mati.

[Kami ingin menyembunyikanmu dan memanfaatmu.]

Dionysus tertawa getir.

[Untuk mencegah kehancuran.]

[Ares ingin memusnahkanmu. Aku ingin mempertahankanmu.]

Aura emasnya bangkit. Warisan Zeus.

[Olympus sekarang palsu. Para dewa menciptakan mitos untuk mempertahankan kekuasaan. Gigantomachia palsu. Heracles palsu.]

[Aku ingin mengakhiri era ini… dan membangun Olympus baru.]

Story dalam diriku merespons.
King of a Kingless World bergema samar.

[Tapi sekarang paman ikan itu turun. Skenario ini tamat.]

“Tidak. Masih ada yang bisa kulakukan.”

[…Apa?]

“Odong-Olympus masih bisa digulingkan. Tapi aku butuh Nectar.”

[Serius? …Baik, aku punya sedikit.]

Aku menyesap. Tetes emas neraka surgawi.

[Star fluid ‘Nectar’ memasuki tubuhmu!]
[Tubuhmu dipulihkan!]
[Stat dan skill meningkat!]

Dionysus menatapku kaget.

[Kau gila? Kau mau melawan lagi?]

“Bantu aku.”

[Bi… bahkan kalau setengah dari 12 Dewa bantu, tetap gila! Kau pikir kau siapa?!]

“Ending skenarionya sudah ditetapkan, kan? Itulah kata kalian.”

[…]

“Kalau akhir sudah ditentukan—apa gunanya proses?”

[Itu romantisme kosong. Hasil akhirnya tetap cerita gagal.]

“Jadi kisah gagal tidak berarti? Bahkan jika ada yang terus berjuang tahu akan kalah?”

[…Orang seperti itu mati sia-sia.]

“Mungkin. Tapi bagaimana jika cerita itu menginspirasi orang lain? Mengulang. Ribuan kali.”

Dionysus membeku.

“Bagaimana kalau gagal berkali-kali itu justru membuka jalan? Hingga pada akhirnya…”

Aku tersenyum.

“…ada seseorang di titik terakhir.”

[Apa maksudmu?]

“Aku bukan obor pertama.”

Mataku memandang sosok yang sedang berlari ke Poseidon.

“Aku obor terakhir.”

Karena seseorang telah mencoba ribuan kali sebelumnya.

Dan saat ini… dia sedang menerjang lautan.

Sial.

Ch 335: Ep. 63 - End of the Myth, II

Yoo Joonghyuk menerjang Poseidon—sosok yang bahkan constellation tingkat naratif pun enggan sentuh.

Dionysus mendecak,

[…Kau maksud orang gila itu?]

Aku mengaktifkan Omniscient Reader’s Viewpoint.
Pikiran Yoo Joonghyuk menembus ke kepalaku.

「 Waktu saat probability plausibility screening berlangsung adalah satu-satunya kesempatan. 」
「 Poseidon adalah myth-grade constellation. Hampir tak mungkin menjatuhkannya lewat Stage Transformation. 」
「 Satu-satunya alat yang berguna hanya cabang ini. 」

Aku melihat cabang kayu di tangannya.

[Constellation ‘Spokesman of Justice and Wisdom’ terkejut!]

Itu Athena’s Olive Branch. Relik sakral. Pencuri gila ini benar-benar…

Ares pernah bilang—alasan Poseidon menakutkan adalah karena ia nyaris tak punya kisah kekalahan.
Dan olive branch ini… satu-satunya kekalahan Poseidon.

Aku mendengar kembali suara Yoo Sangah dalam ingatanku:

–Zaman dulu, Poseidon dan Athena bersaing memperebutkan sebuah kota.
–Poseidon memukul batu dengan trisula, memunculkan laut. Athena menumbuhkan pohon zaitun.
–Penduduk memilih olive tree. Kota itu jadi Athena... atau Athens.

—“…Maaf. Aku terlalu panjang bicara ya, Dokja-ssi? Kau pasti sudah tahu sebagai ahli fantasi…”

“….”

Tentu saja aku tidak tahu. Sialan.

Tapi Yoo Joonghyuk tahu.

「 Dengan satu pukulan kecil saja aku bisa menorehkan luka pada Poseidon. 」

Yeah. ‘Jika’. Kalau berhasil mungkin Poseidon cuma… memuntahkan sedikit air laut.

[Constellation ‘Spokesman of Justice and Wisdom’ memperingatkanmu: ini tidak cukup!]

Tapi aku mengerti kenapa Joonghyuk melakukan ini.
Kalau skenario bakal dihentikan paksa, setidaknya buat Poseidon babak belur sedikit, kan?
Dapat story title seperti: “Orang yang Sedikit Mengubah Laut” atau “Yang Mencolek Pemilik Laut”.
Kalau beruntung.

Aku bersiap melompat, tetapi Dionysus menahan bahuku.

[Jangan. Kau mati nanti.]

“Hah?”

Wajah Dionysus menegang.

[Probability plausibility screening telah berakhir!]
[Tidak ditemukan masalah dalam probabilitas skenario.]

Aku menatap notifikasi.

[Constellation ‘Prisoner of the Golden Headband’ mempertanyakan keputusan biro!]
[Constellation ‘Abyssal Black Flame Dragon’ mengumpat!]

Gila. Myth-grade constellation turun ke skenario 60 dan biro bilang ini sah?!

Poseidon mengangkat Triaina—trisula raksasa.
Sekali tusuk, dunia berakhir.

YOO JOONGHYUK!

Terlambat.
Dia sudah tepat di depan Poseidon.
Satu serangan itu—cukup untuk membuangnya jadi abu.

Aku pakai Way of the Wind, tapi jaraknya terlalu jauh.

Probability sparks menyalak—udara terbelah.

Aroma musim semi. Aura hitam.

Seseorang berdiri di antara mereka.

[Poseidon, masa kau lawan anak-anak?]

Perempuan. Paras cantik, setengah wajah tertutup kipas. Mantel sutra hitam.

Persephone.

Dionysus menjerit,

[Tidak—kenapa nenek ini muncul?!]

Kegelapan bawah tanah menghadang Triaina.

[Persephone.]

Laut mengamuk. Angin menggila.

Persephone melirikku sambil tersenyum.
Aku merasa berterima kasih—dan panik. Kenapa dia ikut campur?!
Apa Underworld mau berebut Giant Story juga?!

[Persephone, mengapa kau menghalangiku?]

[Kau harus berhenti. Lihat itu. Semuanya ketakutan.]

Persephone menunjuk laut.
Makhluk-makhluk besar berenang terbalik, mati. Kraken megap-megap.

[Constellation ‘Pure Moonlight Patron God’ murka atas matinya kehidupan!]
[Constellation ‘Goddess of Love and Beauty’ mencoba menenangkan Poseidon!]

Constellation netral mencoba menahan Poseidon.

[Ini bukan panggung untuk myth-grade.]

[Anak-anakku diserang.]

Ada anak panah kecil di lengan Theseus.
Poseidon turun demi… itu? Serius?

[Kalau begitu hukum pelakunya. Siapa dia?]

[…Raksasa.]

[Kau bahkan tidak yakin.]

Poseidon menggertakkan gigi.

[Raksasa akan membunuh semua.]

Trisula bergetar—monster langit tersebar.
Persephone tetap tegak.

[Minggir. Meski kau istri kakakku, aku bunuh kau.]

Persephone tidak mundur.
Spearnya menusuk—

—dan berhenti.

Tertahan oleh tangan raksasa dari kegelapan.

Dunia menjadi hitam.
Sebuah kehadiran turun seperti malam menelan langit.

[Giant Story 'Underworld' memasuki lautan.]

Hades.

[Poseidon. Pertarungan anak-anak tidak perlu jadi perang orang dewasa.]

Dunia bergetar — bagaikan realitas retak.

Ada rumor:
Saat Poseidon dan Shiva bertarung di scenario 75… Amerika Utara hilang.

Kini? Dua dewa ini berdiri saling berhadapan di skenario 60.

Semua constellation mentalnya Remuk.exe.
Briareus kehilangan setengah tangan.

Yoo Joonghyuk terpental ke arahku. Aku menangkapnya.

Poseidon menggeram,

[Apa alasanmu turun, Hades?]

Myth-grade butuh justifikasi untuk turun.

[Ada. Aku melindungi penerus kami.]

Persephone menjawab halus.

[Penerus? Kalian tidak punya anak.]

[Kami tak mau punya. Tidak seperti kau dan kakakmu yang otak-* di selangkangan.]**

Wajah Poseidon menghitam.

[Lalu siapa penerusmu?]

Poseidon menebarkan tekanan yang menghancurkan laut.

Persephone menoleh padaku.
Dan sesuatu klik di kepalaku.

Masa-masa di Revisi 481.
Ucapan Hades waktu itu:

「 Aku ingin kau menjadi penerus Raja Underworld. 」

Aku melihat Yoo Joonghyuk tak sadarkan diri di tanah.
Underworld terlalu ramah pada kami. Bahkan pada Breaking the Sky Sword Saint.

Tunggu.

Kalau begitu…

[Constellation ‘Father of the Rich Night’ ingin menjadikanmu penerus Raja Underworld.]

Aku?

AKU?!

Ch 336: Ep. 63 - End of the Myth, III

…Apa?
Aku menatap pesan itu dengan mata kosong. Apa barusan…?

[Constellation ‘Father of the Rich Night’ ingin menjadikanmu penerus Raja Underworld.]

Aku tidak salah baca.

Aku menatap Persephone. Dia tersenyum ke arahku.
Bukan Yoo Joonghyuk yang dipilih sebagai penerus… melainkan aku.

Kenapa… aku?

Poseidon menggeram,

[Kau gila. Kau mau menjadikan penerusmu seseorang tanpa darah ilahi?]

[Sudah saatnya berhenti berpegang pada mitos kuno soal darah keturunan, bukan?]

[Orang itu bahkan belum menjalankan ‘tugas’ untuk penerus—]

[Dia sudah melakukannya.]

Aku mengerutkan kening. Tugasku? Tugas apa lagi?

Sesuatu terlintas.

Aku akan memberimu tugas. Tunjukkan cerita menarik padaku. Jika kau berhasil, kau boleh menemukan jiwa yang kau cari.
Tugasmu adalah memenggal kepala sang serpent.

Benar.
Tugas untuk mengambil jiwa Shin Yoosung dari regresi ke-41.
Aku memenggal Yamata no Orochi untuk Persephone.

Jadi itu… tugas suksesi?
Sejak kapan kau merencanakan ini, Ratu Underworld…?

Poseidon meraung,

[Hades! Kau serius? Kau mau jadikan constellation remeh itu penerusmu?!]

Hades menoleh padaku.

Ayah Malam Kaya. Dingin, agung… tapi sejak dulu, ia tidak pernah melukaiku.
Berbeda dengan banyak entitas Underworld di Ways of Survival.

Persephone menatapku dalam.

Demon King of Salvation, lebih baik kau putuskan cepat.

Menjadi penerus Underworld…
berarti aku bisa meminjam probabilitas Underworld di skenario-skenario mendatang.
Bahkan mungkin… menjadi raja setelah Hades pergi.

「 Kim Dokja berpikir. 」

Jika aku menerima, Underworld resmi ikut dalam Gigantomachia — dan dapat jatah cerita raksasa.
Jika aku menolak? Underworld kehilangan segalanya dan kembali terkurung.
Hubungan dengan mereka hancur.

Ini jebakan rapi dari sang ratu.
Dua belah pihak saling dapat keuntungan — kecuali aku menolak.

Dan aku tidak punya waktu.
Aku harus pulang. Aku harus menyelamatkan ibuku.

“...Aku akan menjadi penerus Underworld. Tapi ada syarat.”

Aku sebut syaratku. Jika tidak dipenuhi, aku takkan menerima.

Beberapa detik berlalu.

[Constellation ‘Father of the Rich Night’ menerima syaratmu!]
[Constellation ‘Demon King of Salvation’ telah menjadi penerus Underworld.]

Saat aku mengucapkannya, Star Stream berguncang.
Bintang-bintang menatapku. Iri, kagum… beberapa benar-benar senang.

Hades berbicara:

[Spear that Draws the Boundaries of the Sea.]

Suara dalam, berat, membawa gravitas yang mengguncang jiwa.

[Underworld datang ke sini untuk melindungi penerus kami.]

Suara itu… semacam suara ayah yang tak pernah kumiliki.

[Star Stream menerima alasan dari Father of the Rich Night.]

Badai probabilitas mengaduk langit.

Dua myth-grade constellation berdiri di atas timbangan nasib.
Status mereka dilempar, menghancurkan ekosistem skenario.

[Biro membangun dinding probabilitas untuk mencegah kehancuran skenario!]
[Banyak constellation berfokus pada pertarungan dua myth-grade!]
[Banyak constellation berteriak: Spear that Draws the Boundaries of the Sea!]
[Banyak constellation berteriak: Father of the Rich Night!]

[700.000 coin disponsori kepadamu.]

Pada titik ini, aku sadar… seberapa besar kekacauan yang kubuat.

Dionysus tertawa miris.

[Kau… benar-benar tak sadar apa yang kau lakukan.]

“Aku sadar.”

Dunia pecah.

Dari kegelapan raksasa muncul sabit hitam.
Dari laut membumbung Triaina.

Duar—!
Ledakan macam bom nuklir.

Hades lenyap dari pandangan.

[Sial… itu Kynee!]

Helmet emas yang membuat pemakainya lenyap dari dunia.
Relik dewa—setara Triaina milik Poseidon.

[Metode pengecut, Adikku.]

[…Berhenti menganggap dirimu hyung.]

Ombak hancur, gelap meledak.
Dua mitos saling membantai.

[Giant Story ‘Underworld’ berlanjut!]
[Giant Story ‘Supreme Ruler of the Open Seas’ berlanjut!]

Dionysus mati-matian memperkuat barier guanya.
Kalimat mitos lahir dan mati setiap detik.

Indah. Menghancurkan. Mulia.

Aku menarik pedangku.

[Apa yang kau lakukan?!]

“Aku tidak bisa cuma menonton.”

Jika pertarungan ini berlanjut, semua orang musnah.
Gigantomachia akan berubah — dipahat ulang oleh mitos ini.

Laut ini adalah panggung Poseidon.
Jika aku diam, dia bisa menang.

“Aku harus bantu Hades. Kita berburu paus.”

[Kau lihat Athena mental terpental seperti batu? Kau mati kalau kena satu pukulan.]

“Itu karena dia coba menangkap paus bapaknya. Kalau paus bayi?”

Aku menunjuk Theseus — bertanya, mencoba memanggil perdamaian.

Dia menangis menahan cerita yang meledak dari tubuhnya.

「 Berhenti… 」
「 Hentikan, tolong… 」

Dionysus pucat.

[Kau mau usir Poseidon dengan mengalahkan Theseus?]

“Itu cara paling efisien.”

[Bukan pengecut. Tapi kau bukan bisa nembus gelombang itu. Kecuali kau punya Sacred Torch.]

Sacred torch.
Api yang bernyala dari gabungan cerita makhluk hidup.

“Aku sudah punya rencana.”

Dionysus membeku.

[Jangan bilang kau mau membuat sacred torch…?]

Aku menatap tubuh rongsokan Pluto.
Mengambil Old to New Toad.

“Tukar. Rumah lama jadi rumah baru.”

“Go od.”

Pluto dilahap dan dimuntahkan lagi — utuh, lebih kecil, tapi tak bercacat.

[Uwah, sial. Apa? Aku hidup?!]

Dionysus terbengong.

[Untuk buat sacred torch, kau butuh api matahari—]

Aku tahu. Tapi itu nanti.
Sekarang ada prioritas lain.

Seseorang bangkit — wajah kusut, tapi hidup.

“Kau bangun?”

“…Poseidon?”
Yoo Joonghyuk memegangi kepalanya, mempelajari medan dalam satu helaan napas.

“Kita punya kesempatan melukai Olympus. Kau tahu, kan?”

“…Kita serang sekarang.”

“Tapi kita butuh kerja sama dari wanita yang paling kau benci.”

“…Wanita yang aku—?”

Aku menoleh ke kegelapan gua.

Lampu-lampu menyala satu per satu.
Seseorang berjalan keluar.
Langkah pelan, tatapan tajam, aura dingin.

Aku tersenyum.

Anna Croft. Kau mau bantu?

Ch 337: Ep. 63 - End of the Myth, IV

“Kenapa aku harus membantumu?”

“Atau kau akan mati juga.”

Ada lebih dari sepuluh incarnation bersembunyi di kegelapan. Anna Croft, Selena Kim, dan anggota party lainnya. Seperti dugaan, mereka juga ikut di Gigantomachia.

“Kami bisa kabur sebelum itu terjadi.”

“Dan kau akan tetap menerima penalti. Selama kau sudah masuk skenario, bukankah lebih baik menyelesaikannya sampai akhir?”

Anna Croft menatapku, mencoba menembus maksudku.
“Apa sebenarnya yang kau inginkan?”

King Lycomedes’ Leather Gloves. Kau punya, kan? Aku tidak melihatnya di rumah lelang, padahal aku mencarinya.”

Anna Croft pasti sudah melihat masa depan item itu dengan Future Sight. Ia tersenyum kecil.

“Aku tidak bisa memberikannya. Itu bahan untuk giant soldier milikku.”

“Kau mau buat model yang bisa Stage Transformation? Dengan kemampuanmu sekarang, itu mustahil.”

“Kita tidak akan tahu sebelum mencoba.”

Salah satu anggota party Anna maju dengan sikap bermusuhan. Yoo Joonghyuk juga maju, tangan sudah di gagang pedang.

“Tak ada lagi yang perlu dibicarakan,”
Suara pedangnya terdengar jelas saat ditarik.
“Bagaimanapun, dia adalah wanita yang suatu saat harus kubunuh.”

Aura transcendent memenuhi gua. Ketegangan naik drastis.

Aku sebenarnya bisa memakai Yoo Joonghyuk untuk merebut item itu… Tapi lawannya Anna Croft. Tidak mudah.

Aku mengangkat tangan, menahan Yoo Joonghyuk. Dia menatapku seperti ingin menembus tenggorokanku.

[Karakter Yoo Joonghyuk sedang menggunakan Three Restraints Lv.10.]

Menahan diri tiga kali untuk tidak membunuh seseorang… Dan aku melihatnya langsung?
Segitunya dendamnya ke Anna Croft bahkan setelah semua di Ways of Survival…

Aku masih menghitung pilihan saat seseorang bicara.

“Anna, berikan sarung tangannya. Sekarang waktunya kita mengalah.”

Ekspresi Anna mengeras pada ucapan Selena Kim. Selena mengirim suara mental padaku:

Demon King of Salvation, terima kasih waktu itu.

Dulu aku membebaskannya dari pledge Anna di lelang. Sekarang dia bebas — dan menentang Anna.
Ekspresi Anna… priceless.

Aku mengangguk. “Tentu saja bukan gratis.”

“Lalu?”

“Aku beli pakai coin.”

Anna berhenti.
“500 ribu coin. Kau pasti rugi di lelang.”

Tatapannya menyipit. Menghitung kerugiannya.
Kemudian—

“Satu juta coin.”

“Itu harga 200 ribu coin. Tidak terlalu mahal? 600 ribu.”

“900 ribu.”

“700 ribu. Itu batasku.”

“800 ribu.”

Sial. Dia memang monster.
Tapi kesepakatan harus dibuat.

[King Lycomedes’ Leather Gloves diperoleh.]
[800,000 coin dibayarkan ke Incarnation Anna Croft.]

Aku tersenyum. “Saling untung.”

“Saling untung? Kau lupa kau sudah ambil sejuta coin dariku? Masih ada 200 ribu coin—”

“Datanglah ke Korea. Aku traktir makan 200 ribu won.”

Jelas beda coin dan won. Anna menggertakkan gigi.

“Kau benar-benar mau melawan Poseidon?”

“Kau sudah melihatnya dengan Future Sight, kan?”

“Itu…”

Tentu dia tidak bisa melihat.
Future Sight tidak bekerja padaku.

Aku lewat di sisinya, bicara pelan,
“Kali ini bakal seru. Kau akan melihat masa depan yang bahkan kau tidak bisa baca.”

Wajah Anna gemetar.
Entah kenapa… aku selalu ingin menggoda dia.

“Aku harap kau tidak mati konyol.”

“Kalau kau khawatir, suruh Asgard tambah sedikit probabilitas.”

Aku melirik Yoo Joonghyuk — masih menatap Anna dengan tatapan membunuh.

Aku baru mau membuka Midday Tryst, tapi dia kirim pesan dulu:

Leher wanita itu punyaku. Kapan pun waktunya.
Silakan.

Saat waktunya tiba, aku tidak berniat menghalangi. Tapi untuk sekarang, kami masih butuh dia.

Dionysus mengangkat tangan.

[Lalu aku ngapain?]

“Jangan lakukan apa-apa.”

[Apa?]

Aku menatap Pluto yang sedang bangkit dari air.
“Kau bisa angkut dua orang?”

[Satu saja sudah susah, kau minta dua?]

“Bisa, kan?”

[…Kalau aku bilang tidak, kau berhenti?]


Pertarungan dua myth-grade constellation merobek langit.

Suara dewa-dewa terdengar:

[Kupikir Hades tak akan muncul…]
[Bagaimana kita menghentikan mereka? Athena, kau pernah menang lawan Poseidon kan?]
[Itu… cerita berbeda. Aku cuma tanam pohon zaitun…]

12 Gods tampak gelisah.
Zeus tidak turun. Gaia benci Olympus — tidak akan bantu.

[Hermes, pakai giant story Olympus?]
[Mereka narator utamanya. Tidak akan berhasil.]

Lee Seolhwa berbisik,
“…Kupikir narrative-grade itu hebat. Tapi mereka seperti manusia biasa.”

Hyunsung mengangguk. “Ya.”

“…Lalu apa yang harus kita lakukan?”

Kepercayaan diri mereka runtuh. Ini bukan lagi lawan level historical atau narrative.

Shin Yoosung bersuara kecil,
“Dulu lawan sun ahjussi itu aja susah banget…”

Surya diam, hanya melihat lewat Third Eye. Bahkan dia tak ikut campur.

Benturan berikutnya. Langit retak.
Gelombang energi, ruang runtuh.

[Uncle Hades akan kalah.]
[Tidak bisa dihindari. Ini laut.]

Dewa-dewa terlihat muram. Apapun hasilnya, Olympus terguncang.

Surya bicara,

[Sesuatu datang.]

Sebuah giant soldier melesat. Kulitnya dari sisik naga.

Lee Gilyoung berseru, “Dokja-hyung!”

Suara knalpot, lalu berhenti.
Aku keluar dari Pluto.

“Semua, singkat saja.”

Aku menatap mereka.
“Aku akan membuat sacred torch. Dan aku butuh bantuan kalian.”

Para dewa saling pandang.

[Sacred torch relay!]
[Kenapa kita tidak terpikir itu?]

Aku angkat tangan untuk menahan mereka.

“Para 12 Gods, jangan ikut.”

[Apa maksudmu?]

“Kalian milik Olympus. Giant story Poseidon akan menelan kalian. Jika kalian ikut relay, itu malah melawan kita.”

Hening. Tapi benar.
Beberapa mengangguk.

[Kalau begitu, bagaimana kau nyalakan sacred fire tanpa matahari?]

Surya berdiri. Aku tatap dia.
“Surya, duduk.”

Dia duduk.

[Kalau tanpa matahari, kau—]

"Sacred fire itu sanctification. Tidak hanya dari matahari."

Jung Heewon menjerit, terbakar Hell Flames Ignition, dipeluk Hyunsung dalam Steel Transformation.

“Pa–panas banget!!”

“Maaf… tahan sedikit…”

Surya mengangguk,

[Api Eden bisa ganti panas matahari. Tapi takkan menembus ombak Poseidon…]

“Aku tahu. Karena itu… giliranmu memberi dorongan.”

Surya tersenyum.

[Menarik.]


Sambil menunggu pedang baja memanas dari api sakral, aku duduk di pundak Pluto memberi instruksi.

Han Sooyoung melayang santai, ngemut permen.
“Enak ya?”

“Aneh, belakangan aku suka manis. Mau?”
Tanpa nunggu jawab, dia sodorkan permen ke mulutku.

Rasa lemon.

“Itu permenku loh.”

“Terus?”

“…Kau ini beneran nggak asik.”

Dia melompat turun, duduk di telapak tangan Pluto.

Semua juga memakan permen. Bahkan Yoo Joonghyuk.

Lee Seolhwa bilang,
“Sooyoung-ssi yang bagi. Katanya bisa nenangin.”

Pantas semua menggigit.
“Apa kita bisa menang?” tanya Seolhwa.

Aku menatapnya.
Aku hanya tersenyum.

Aku tidak tahu soal menang atau kalah. Yang aku tahu—

“Tidak ada yang akan mati.”

Pedang baja siap. Sacred torch menyala di tangan Pluto.

[Silakan berkumpul.]

Kami berkumpul.
Berbeda asal, berbeda pandangan — tapi kami jadi satu constellation:

Kim Dokja’s Company.

[Giant Story ‘Demon Realm’s Spring’ dimulai!]

Narator kami berbicara:

「 Ini kisah dari seorang pembaca. 」
「 Pria terkuat dan paling sepi mengangkat pedangnya. 」
「 Pedang baja menyala api neraka, terbang ke langit. 」

Cerita kami menyatu jadi api.
Gigantomachia bukan cerita Olympus — ini cerita kami.

Poseidon menatap dan tertawa. Ombaknya menjadi dinding.

Kami butuh dorongan lebih besar.

Dan tepat saat itu—

[Giant Story ‘Demon Realm’s Spring’ berkembang!]

Suara kereta meraung.

[Stage Transformation terjadi!]

「 Maka matahari pun menerangi jalan mereka. 」

Kereta matahari — musuh kami dulu — kini meluncur menjemput.

Aura emas membanjiri langit.
Semua mendongak, mata berbinar.

Ini mungkin. Ini sangat mungkin.

Aku berteriak,

Ayo, Kim Dokja’s Company!

Ch 338: Ep. 63 - End of the Myth, V

Pada saat yang sama, semua anggota ‘biro sementara’ yang dibentuk untuk skenario ke-60 sedang menatap satu layar. Pertempuran antara para constellation tingkat mitologi disiarkan langsung. Dari dokkaebi berderajat rendah sampai yang paling tinggi, semuanya berkumpul, lupa pada kanal masing-masing yang tersebar di berbagai area.

Hades vs. Poseidon.

Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah pertarungan berdarah antar constellation bisa dihitung dengan jari. Tentu ada pertempuran kekuatan besar… tapi itu selalu hanya cerita tentang pertarungan.

Namun kali ini—
ini adalah perang untuk mempertahankan pewaris.

Hades tiba-tiba mendeklarasikan hal itu, meski ia tak pernah punya penerus ribuan tahun. Ledakan kepanikan melanda para constellation.

[Sebagian besar constellation sedang bergelora menyaksikan pertempuran!]

Sebagian besar? Bahkan Bihyung — seorang dokkaebi tingkat lanjut — belum pernah melihat cluster constellation sebanyak ini.

[Demon King ‘Penguasa Neraka Timur’ bergemuruh menonton!]
[Demon King ‘Iblis Prinsip’ terbakar semangat untuk ikut skenario!]
[Constellation ‘Penyelamat Korupsi’ menonton dengan mata gila!]
[Constellation ‘Penulis Langit’ menatap dengan pandangan mengerikan.]

Rumor itu menyebar, dan para constellation berdatangan — entah baik atau jahat.

[Constellation 'Dewi Ibu Agung Pencipta Manusia dari Tanah' menonton.]
[Constellation 'Raja Petir' tertarik pada perang Olympus.]
[Constellation 'Pencipta Reinkarnasi' bersorak.]

Nebula Emperor, Vedas, Goddess Island. Myth dari Tiongkok, India, Irlandia — semuanya fokus ke pertarungan para dewa.

Jumlah subscriber kanal melonjak; biro panik merebut sisa probabilitas untuk menahan keruntuhan skenario. Mereka tak mungkin melewatkan kesempatan emas seperti ini.

Seiring pertimbangan kemenangan condong, reaksi para constellation makin panas. Satu mitos dipastikan akan tamat hari ini. Saat satu mitos tumbang—mitos baru lahir.

Namun di tengah semua kegaduhan itu, Bihyung gelisah.

“…Bajingan itu, apa yang dia rencanakan lagi?”

Di layar, Kim Dokja mulai bergerak. Giant Soldier Pluto memegang Steel Sword yang memanas seperti obor raksasa di bawah matahari Yunani kuno.

Dokgak bergumam,
“Gila. Dia mau bikin sacred torch relay.”

Seorang dokkaebi pemula bertanya, bingung,
“Sacred torch relay? Apa itu?”

“Tahu obor suci dalam mitos?”
“Iya.”
“Itu ritual ‘perdamaian’ dan ‘kemenangan’. Mereka mendeklarasikan mereka akan mengakhiri perang dengan api itu.”

Para dokkaebi terkesiap.

“Gila… mau masuk ke battlefield seperti itu…”

Demon King of Salvation terkenal di kalangan dokkaebi. Penguasa nebula baru Kim Dokja’s Company. Demon king yang dicintai archangel, penguasa lantai 73 Demon Realm. Returnee yang selamat dari Indescribable Distance, diberkahi Outer God, bahkan melintasi dunia lain.

“Tapi… bahkan dia— ini…”
“Orang gila.”

Di tengah keheningan, satu dokkaebi tertawa keras.

“Haha… Hahahahaha…!”

Itu Bihyung.

Yang lain bingung, tapi Bihyung terus tertawa. Ia tahu — tak ada dokkaebi lain di sini yang benar-benar memahami.

Kim Dokja’s Company… pembawa obor revolusi. Bagi dunia, mereka tampak seperti ngengat yang terbang menuju api.

Tapi Bihyung tahu cerita mereka. Dia menyaksikan semua ketidakmungkinan yang mereka taklukkan. Dari hari pertama di subway, hingga kontrak eksklusif dengan manusia lemah yang aneh itu—

Sampai akhirnya manusia itu menjadi constellation.
Dan sekarang berada di titik awal Satu Cerita.

Streamer Bihyung melihat semuanya.

Dokgak berkata, “Dia akan gagal.”

“Mungkin saja.”

“Kau tenang sekali. Padahal dulu itu constellation kontrakmu.”

“Dulu,” Bihyung tertawa. “Tapi sekarang tidak lagi.”

Entah gagal atau tidak, insting streamernya berkata: cerita Kim Dokja belum berakhir.

[Giant Story ‘Demon Realm’s Spring’ meluas!]

Surya’s golden train muncul melintasi langit. Dokkaebi menelan ludah.

“Kalau begini… mungkin…!”

Koordinasi manusia dan dewa. Sacred torch. Relai api suci. Kereta emas turun seperti naga.

Mereka tahu ini gila. Mustahil. Tapi justru itu — hati mereka terbakar.

[Dokkaebi agung ‘Halong’ menonton!]
[Dokkaebi agung ‘Holong’ menonton!]
[Dokkaebi agung ‘Baram’ menonton akhir skenario ke-60!]

Semua dokkaebi berpikir sama.

“Aku juga ingin membuat skenario seperti itu.”

Bihyung berteriak, suaranya pecah oleh emosi,
“Merekalah! Merekalah yang aku besarkan! Kau tahu?!”

Apa yang membuat cerita bagus? Tidak ada jawaban. Hanya Dokkaebi King mungkin tahu.

Namun para dokkaebi yakin — Raja mereka juga pasti sedang menonton.


Kereta meluncur dan menghantam ombak. Poseidon terkejut. Aura narasi menyerbu lautnya — meski masih belum cukup.

“Giliranku.”

「 Perempuan yang memimpikan kiamat lain mulai bercerita. 」

Han Sooyoung meluncur di tepi gerbong, melepaskan perban yang berubah jadi api hitam—seekor naga.

Naga api hitam menerjang gelombang.

Lee Jihye menyusul.

「 Pendekar terluka mengangkat pedangnya demi hubungan yang harus dilindungi. 」

Key-ring pedangnya berbunyi, Ghost Fleet menembakkan meriam. Poseidon memanggil flagship-nya tapi Hades menekan dengan sabit.

Di belakang hujan meriam, Pluto berjongkok, siap melesat.

“Meluncur, ahjussi!”

Angin dari naga chimera mempercepatnya.

“Go, Dokja-hyung!”

Pluto melesat. Steel Sword dalam genggaman. Hellfire mengalir dari Jung Heewon.

“Ha-AAAAA!”

Lee Hyunsung meraung. Pluto terbang.

[Giant Story ‘Demon Realm’s Spring’ lanjut!]
[Giant Story ‘Supreme Ruler of the Open Seas’ lanjut!]

Pertarungan cerita memecah sarung tangan raksasa. Kim Namwoon berteriak girang.

Api neraka membakar gelombang—tembok-tembok laut menyusut.

Di belakang gelombang, Theseus terlihat.

Saat kemenangan di depan mata, dunia membalik. Darah muncrat dalam cockpit.

Triaina menembus Pluto—tepat ke tubuhku.

“Dokja-ssi!”

[Relik ‘Triaina’ melukai tubuh inkarnasi secara fatal!]
[Status musuh tak bisa kau tanggung!]
[Pluto menyerap sebagian damage!]

Siraman kuasa mitologi. Kobaran torch melemah. Hyunsung kaku. Heewon hampir habis MP-nya. Ombak mulai pulih.

Poseidon tersenyum tipis — ia pikir dia sudah menang.

Aku tertawa balik.

Pahlawan selalu menyerang terakhir.

Yoo Joonghyuk!

Ia muncul di belakang nyala terakhir. Poseidon membentuk tombak air. Red Phoenix Shunpo menembusnya.

Tombak menembus bahu dan paha Joonghyuk. Giant’s Armour retak.

Satu langkah. Dua. Tiga.

Armour pecah. Tinggal beberapa meter ke Theseus. Tapi aura Poseidon menekan seperti bintang runtuh.

Tak cukup. Mustahil bagi regressor putaran 3.

[Omniscient Reader’s Viewpoint aktif!]

Kalau dia bukan putaran 3?

[1st-person POV aktif.]
[Kesadaranmu lepas dari batas tubuh!]

Aku memasuki matanya. Pikiran kami tercampur. Aku membuka halaman yang tak seharusnya kubuka.

Hell of Eternity.

Putaran 4, 7, 41, 56…

[Melewati batas Reading Comprehension.]
[Fourth Wall melindungi jiwamu!]
[Halaman-halaman terbuka!]

Mata-mata mengawasi. Yoo Joonghyuk dari ratusan dunia menatap kami.

Salah satunya tersenyum.

「 Menarik. 」

Aku menjangkau sejauh bisa. 

[Max round terbaca: 362.]

Bukan 1700 putaran — bukan yang membunuh Poseidon.

Tapi cukup.

「 Sudah lama ya, Poseidon. 」
「 Waktu itu aku membunuh anakmu. 」

Poseidon mengaum. Garyang. Poseidon rage triggered.

362nd-round Joonghyuk masuk ke tubuh Joonghyuk putaran 3.

「 This is Palm Boxing. 」

Breaking the Sky Force Punch.
Menembus final barrier.
Menembus tubuh Theseus.

Ch 339: Ep. 63 - End of the Myth, VI

[Karakter ‘Yoo Joonghyuk’ telah menggunakan Breaking the Sky Force Punch Lv. ???!]
[Level skill ini tak bisa dikonversi menjadi angka!]
[Skill diperkuat secara abnormal oleh kekuatan cerita!]

Lengan kanan Theseus meledak dan terlempar, mengapung di air. Theseus menatap potongan lengannya dengan wajah kosong.

Aku sempat merasa kasihan. Theseus tidak melakukan kesalahan apa pun. Tapi selama Poseidon turun ke tubuhnya, tak ada jalan lain — musuh harus diusir dari skenario.

Kilatan percikan menyelimuti tubuh Yoo Joonghyuk.

[Beberapa dokkaebi meragukan probabilitas cerita!]
[Tubuh inkarnasi tak mampu menahan skill ini!]

Seperti dugaan. Meski ia memegang bakat Yoo Joonghyuk putaran ke-362, tubuh ini tetap tubuh Yoo Joonghyuk putaran ke-3. Rasanya tak cukup untuk memecahkan barikade Poseidon dan menembus daging Theseus—

[Kekuatan item ‘King Lycomedes’ Leather Gloves’ aktif!]

Benar. Celah itu akan ditutup oleh satu item — yang kubeli dari Anna Croft demi momen ini.

[Stage Transformation terpicu oleh King Lycomedes’ Leather Gloves!]

King Lycomedes — dalam mitologi, dialah pembunuh Theseus. Wajah Theseus berubah. Namun ia tidak mundur. Ia merentangkan tangan, seperti pasrah… atau meminta dikirim pergi.

[…Theseus!]

True voice Poseidon menggema murka — tepat ketika tinju Yoo Joonghyuk menghantam lagi.

[Constellation ‘Abandoned Lover of the Labyrinth’ sedang berduka.]

Theseus menunduk, melihat dadanya. Lalu melirik Yoo Joonghyuk — atau mungkin aku. Di ujung napasnya, ada senyum lega.

[Tubuh inkarnasi ‘Hero of the Labyrinth’ telah lenyap sepenuhnya.]

Dia tidak benar-benar mati. Constellation tidak musnah begitu saja. Tapi ia tidak akan bisa bertarung lagi dalam waktu lama. Meski begitu… ia tetap melompat demi menyelesaikan skenario.

[Para pemimpin Olympus telah gugur!]
[Syarat clear skenario telah terpenuhi!]
[Menghitung kontribusi para inkarnasi dan constellation…]

[1st Person Protagonist POV dilepas.]

Batuk. Darah muncrat saat aku kembali ke tubuhku.

Dari dalam Pluto yang remuk, terdengar suara Kim Namwoon.

[Panggilannya berhenti… belalang. Bye—]

Waktu pemanggilan Pluto habis, ia kembali ke Underworld. Bersamaan dengan itu, badai air raksasa menyapu area kematian Theseus.

Poseidon, kehilangan tubuh inkarnasinya, mengamuk. Statusnya menyapu Yoo Joonghyuk yang tak berdaya.

Tak mungkin menghindar dalam kondisi tubuh compang-camping begitu.

Aku berteriak:

[Hades!]

[Aku paham.]

Hades muncul, memakai Kynee — menarik Yoo Joonghyuk dari kepungan air. Tombak Poseidon hanya menembus kehampaan samudra.

Belum selesai. Retakan muncul di titik tusukan Triaina. Semuanya tersedot seperti pusaran neraka.

Termasuk aku.

Tubuh inkarnasiku rusak parah, aku tak kuasa melawan tarikan itu. Kuulurkan tangan— tapi tidak ada yang menjangkau.

…Begitulah pikirku.

「 Dokja-ssi! 」
「 Dasar idiot! 」

Rambut berkibar dalam air. Lee Seolhwa berenang seperti duyung, menggenggam lenganku. Han Sooyoung mengikuti, mencengkram lenganku yang lain. Dengan tekanan jari tajam, mereka menutup titik perdarahanku, menarikku naik.

Aku melihat Han Sooyoung berenang seperti orang gila untuk melawan tarikan jurang laut itu—

Kami menembus permukaan.

“Haaaah!”

“Kim Dokja! Kau gila, hah?!”

[Main scenario akan segera ditutup!]

Aku tidak menjawab. Mataku ke laut. Kalau dugaanku benar, Poseidon kehilangan vessel dan harus kembali.

[Constellation ‘Spear that Draws the Boundaries of the Sea’ meraung!]

Tapi… bukan melemah, auranya justru melonjak.

“…Ahjussi?”

Party member lain juga sadar — ada yang salah.

[Biro mendesak ‘Spear that Draws the Boundaries of the Sea’ untuk mundur!]

Poseidon menolak menghilang.

[Biro menyiapkan sanksi!]

Air mendidih. Apa yang akan ia lakukan sebelum diseret paksa keluar?

Jauh, Hades dan Persephone menonton.

[Banyak constellation mengecam Poseidon!]
[D—ia—menutup—mulutmu!]

Kepala serasa pecah oleh true voice-nya.

Laut bangkit. Tembok air ratusan meter naik seperti akhir dunia.

“GILA! APA ITU?!”

“POSEIDON GILA!!!”

Para inkarnasi kabur terlambat. Banyak yang tersapu ombak pertama. Ombak yang bahkan raksasa pun tak mampu tahan.

Aku menoleh ke Hades — dia tak bergerak.

Tentu saja tidak. Dia menunggu sama sepertiku.

Kami menatap langit di saat yang sama.

「 Tidak peduli seberapa cuek kau pada Olympus… kali ini kau harus turun tangan. 」

[Biro memberikan probability pada seseorang.]

Langit berubah.

Cahaya turun, membutakan—lalu suara dunia terbelah.

DUAAAAAAAAAAR!!!

Petir raksasa membelah samudra, mengeringkan dasar laut. Ombak musnah. Poseidon menjerit.

[Constellation ‘Spear that Draws the Boundaries of the Sea’ telah keluar dari skenario.]

Lautan hening. Tak ada yang percaya… tapi itu terjadi.

[Constellation ‘Lightning Throne’ sedang menatap Olympus.]

Semua dewa membeku. Dionysus, Athena, Artemis — bahkan mereka menunduk.

Zeus menatap Hades.
Langit dan bawah tanah saling encar.

Kynee turun, Hades lenyap.

[Constellation ‘Father of the Rich Night’ keluar dari skenario.]

Persephone ikut, sambil mengedip padaku.

[Sampai ketemu lagi, putra imut kami ♡]

Langit bergeser. Zeus mengamati dunia.

[Jangan buru-burukan aku. Aku tidak datang karena kalian. Aku datang melihat benih-benihku.]

Tatapannya jatuh ke 12 Gods.

[Namun tetap saja… kalian hanyalah sampah.]

Dewa-dewi itu goyah, seperti runtuh secara batin.

Zeus berbalik.

Saat dia nyaris lenyap—aku melempar batu.

Batu itu hancur sebelum menyentuhnya.

[Constellation ‘Lightning Throne’ sedang menatapmu.]

Aku menatap balik.

[Constellation ‘Lightning Throne’ keluar dari skenario.]

Aku menoleh pada 12 Gods.
“Kenapa cuma… tunduk begitu?”

Dionysus hendak menjawab—tapi langit berubah lagi.

Salju jatuh.

Salju… bukan domain Zeus.
Ini berasal dari sesuatu yang lebih tua daripada Olympus.

Para raksasa berteriak pada langit putih itu.

[Main scenario #60 – Gigantomachia berakhir.]
[Sub scenario – Myth Subversion clear.]
[Perhitungan reward dimulai.]

Para constellation menatapku — wajah yang kukenal, yang tidak kukenal.

Dionysus bicara pelan.

[…Kau menang, Kim Dokja.]

Para Giant membawa kami seperti kapal.

Yoo Joonghyuk memandang ke langit yang kosong. Han Sooyoung juga. Jung Heewon menahan Lee Hyunsung. Lee Seolhwa mengatupkan tangan. Lee Jihye menangis sambil memeluk Shin Yoosung & Lee Gilyoung.

[Kau mendapatkan giant story baru!]
[Tiga cerita tambahan diperoleh!]
[‘Success’ dari giant story kedua terpenuhi!]
[Syarat tersembunyi 2 — A Single Story terpenuhi!]

Ledakan sorakan cosmic menggema.

[Nebula Kim Dokja’s Company terkenal di Star Stream!]

[Constellation ‘Prisoner of the Golden Headband’ mengangkat tongkatnya!]
[‘Black Dragon of the Abyss’ mengibaskan perbannya!]
[‘Secretive Plotter’ mengangguk.]
[‘Demon-like Judge of Fire’ bangga padamu.]

[Para constellation dari ‘last scenario’ memperhatikanmu…]
[Demon Kings menatapmu.]
[Archangel Eden memperhatikanmu.]
[Dewa asing menatapmu.]
[‘Seekers of the End’ mendengarkan ceritamu.]

Dunia bersalju putih. Para malaikat, iblis, dan mereka yang tak berafiliasi — semuanya melihatku.

Mitos berabad-abad runtuh.

Dan orang-orang yang menulis cerita bersamaku akan mencariku.

“Kim Dokja.”

“…Kim Dokja?”

Aku sudah tidak ada di sana.

 

 

Nunaaluuu Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review