Ch 373: Ep. 71 - 50 years later, I
Empat hari berlalu sejak kami tiba di ‘Isle of Reincarnators’.
Lewat [Omniscient Reader’s Viewpoint], aku memastikan para anggota party lain sudah menyelesaikan Middle Island mereka dan bersiap ke skenario berikutnya.
Saat ini, aku menatap layar ponselku.
– Three Ways to Survive in a Ruined World (Final Revision).txt
Panduan untuk mencapai ending sempurna.
Cara bertindak. Cara melewati skenario selanjutnya.
Tapi…
「 Bagai mana jika akhir cerita nya tra ge dis? 」
Bagaimana jika “Final Revision” berarti ceritanya sudah tidak bisa diubah?
「 Apa kau ya kin bisa mengu bahnya? 」
Bagaimana jika justru dengan membacanya aku mengokohkan tragedi itu?
"Kim Dokja."
“Apa yang kau liatin?”
“Bukan apa-apa.”
Aku mematikan layarnya.
Mungkin akan tiba hari aku penasaran dan membacanya. Tapi sekarang bukan saatnya.
Epilog yang kuinginkan… sepertinya bukan ini.
“Kita harus ketemu seseorang dulu sebelum pergi.”
“Siapa?”
“Kayaknya udah datang.”
Terdengar ketukan. Pintu terbuka.
Kalung tasbih cokelat besar duluan terlihat. Lalu jubah abu-abu seorang biksu—dan tubuh berotot penuh luka latihan.
Seorang Warrior Monk, prajurit yang tubuhnya ditempa samsara.
“Aku datang menjemput, wahai dermawan.”
Aku mengangguk. “Tolong antar aku ke Rajamu.”
{Three Ways to Survive in a Ruined World}
– Ada tokoh utama ketiga???
Han Sooyoung langsung ribut di channel [Midday Tryst]. Benar, dia cuma baca 100-an chapter kan…
– Tapi serius, satu MC 3000 chapter, pantas aja penulisnya gila.
Aku terdiam. Karena novel gagal itu benar-benar menghancurkan realita.
– Jadi, raja kastil ini itu ‘MC ketiga’, ya?– Ya.– Sepenting Yoo Joonghyuk?– Nggak. Tetep Yoo Joonghyuk yang pusat cerita.
Mayoritas kisah tetap berpusat pada Yoo Joonghyuk. Dua tokoh lain cuma co-MC dari narasi.
– Tapi kekuatan mereka sama gilanya. Bahkan sekarang, dia lebih kuat dari Yoo Joonghyuk.
– Serius? Lebih OP dari bocah regression mania itu?
Lantunan sutra terdengar, tapi sang Raja tak tampak.
“Di mana King of Reincarnators?”
“Beliau sudah bersama kalian.”
“Tapi yang kulihat cuma para biksu botak?”
Suara dingin dari Warrior Monk, “Beliau ada di mana-mana, sekaligus tak ada di mana-mana.”
“Kau bawa kami kemari buat ngelempar teka-teki?”
“Beliau tak bicara pada yang belum layak melihatnya.”
Han Sooyoung menyeringai. “Ah, jadi ini ujian masuknya.”
Aku menatap biksu itu cukup lama.
“Kalau rajamu ada di mana-mana,” ujarku, “berarti siapa pun bisa jadi raja, kan?”
GEEEE-IIIING!!
Unbroken Faith meraung — cahaya pedang ilusi menembus udara, hampir menyayat tenggorokannya—
Tsu-chuchuchut!
[Benar. Siapa pun bisa jadi Buddha saat tercerahkan.]
Aura surgawi meluap dari tubuhnya. Mata putih berputar seperti mandala.
Incarnation sang Raja.
[Namun kau tak bisa terus melewati skenario dengan cara itu, wahai utusan ■■ pembawa keselamatan.]
“Jangan sok tahu semua metodenya.”
“Itu kehormatan besar bisa bertemu Mandala’s Guardian.”
Meski [The Fourth Wall] aktif, tekanan kuat menghantamku.
Bayangan raksasa Buddha muncul di balik dirinya — kekuatan gaib yang bahkan Metatron atau raja iblis tertinggi takkan sentuh di pulau ini.
['The Fourth Wall' mengernyit.]['Wall that Decides Samsara' tertarik.]
Ini dia: penjaga tembok ketiga.
[Jadi itu ‘fragmen Final Wall’. Nirvana terperangkap di dalamnya?]“Benar.”
[Dia bisa jadi Bodhisattva hebat… tapi bertemu denganmu, dan menyimpang dari Buddhisme.]
“Dan aku yakin dia puas dengan pilihannya.”
[Ada banyak Buddha. Aku hanya salah satunya.]
Dia tersenyum tenang padaku.
[Aku telah lama menonton kisah kalian, wahai para Bodhisattva.]
“Tapi aku nggak pernah dapat sponsor darimu, loh.”
[Sedekah tertinggi tak berupa koin, tapi perhatian yang hening.]
“Jadi berarti, nonton gratis.”
Aku menatap lonceng kristal di tengah ruangan. Jiwa bersinar di dalamnya.
Yoo Sangah.
“Kau memutuskan reinkarnasi Yoo Sangah-ssi tanpa diminta.”
[…]
“Kau memulihkan kami tanpa diminta. Konstelasi selalu menuntut balasan.”
[Kesimpulanmu tergesa. Keajaiban hanya terjadi jika kau percaya pengecualian.]
Aku menunjuk lonceng itu.
“Jangan kurung Yoo Sangah-ssi di sini. Biarkan dia jadi Arahat.”
Arahat: pencari kebenaran, bebas dari pulau ini, bisa berjalan dunia skenario.
“Aku akan buat perjanjian.”
[…Hanya itu permintaanmu?]
“Satu lagi.”
[Kau tamak, wahai Bodhisattva.]
“Biarkan Nebulaku memilih titik mulai perang.”
Aura sang Buddha menggema, waktu bergetar.
['The Fourth Wall' aktif kuat.]['Wall that Decides Samsara' menjilat bibir.]
[Baik. Tapi hanya dua Inkarnasi bisa kau pilih.]
“Lee Gilyoung dan Shin Yoosung.”
[Di mana?]
“Next City.”
Dia mengerti tujuan rencanaku.
[Sisamu dimulai dari titik pilihanku.]
“Deal.”
Han Sooyoung menggerutu lewat chat.
– Kalau si botak ini lempar kita ke tempat horor gimana?!
Warrior Monk tersenyum samar.
[Cerita kalian hebat, tapi belum diasah waktu.]
Cahaya membungkus tubuh kami.
[Transfer ke skenario berikutnya dimulai.]
Akhirnya — perjalanan menuju Giant Story ketiga.
Aku mengulurkan tangan. “Berjuanglah. Aku akan cari kau secepatnya.”
“…Iya, sok yakin.”
Tinju kami bertemu — dia menghilang dalam cahaya.
Dia bukan lagi musuh. Dia temanku. Penulis yang berjalan bersamaku.
Waktunya membayar semua utang.
「 Tapi Kim Dokja saat itu tidak tahu. 」
Ponselku bersinar terang. Teks muncul sendiri di layar.
「 Saat dia bertemu dengannya lagi… 」
Ha? Ini apa?
「 50 tahun telah berlalu. 」
…Apa?!
Ch 374: Ep. 71 - 50 years later, II
50 tahun? Apa-apaan itu barusan?!
Saat pandanganku semakin kabur, aku sempat melihat senyum tipis muncul di bibir Warrior Monk.
– Wahai Bodhisattva… bersabarlah dan hadapilah waktu itu sendiri.[Transfer ke Main Island dimulai!]['Wall that Decides Samsara' sedang meneliti informasi Story-mu!][Investigasi selesai!][Lokasi skenario untukmu dan rekanmu telah ditentukan.]
Itu adalah pesan terakhir sebelum aku kehilangan kesadaran.
[Sub-scenario, ‘Genre Selection’, telah dimulai!]
Ricardo menatap cairan hitam pekat di dalam cangkir beningnya. Ingatan masa lalu perlahan bermunculan.
「 “Walau kamu berlatih 50 tahun pun, kau tetap sulit jadi Royal Court Mage.” 」
Itu saat ia pertama mempelajari sihir.
「 “Tubuhmu tidak cocok untuk jadi scholar.” 」
Itu ketika scholar nomor satu Kepulauan Kaizenix mengajarinya.
「 “Tanganmu tidak cocok memegang pedang.” 」
Itu saat pertama ia menyentuh pedang di arena pelatihan kerajaan.
「 “Ada hidup yang memang begitu. Yang penting jangan putus asa. Teruslah melangkah, Nak.” 」
Itu kata ayahnya, Verchen Von Kaizenix.
Ucapan itu tak membuatnya tenang. Bagi seseorang tanpa bakat dan tanpa kemauan, kata-kata itu hanya beban.
Apa jadinya seseorang yang terus melangkah tanpa tujuan?
Ricardo mabuk tiap hari. Bergaul dengan preman terburuk di kepulauan. Narkoba, judi, membakar harta keluarga.
Dan ia sempat jatuh cinta.
Ricardo menatap cairan itu dan bergumam:
「 “Aku bunuh diri saja.” 」
Untuk pertama kalinya dalam hidup, ia membuat keputusan.
Ia meneguk cairan itu. Kulitnya menghitam, tubuhnya lunglai.
Empat jam kemudian—
Seseorang membuka mata dalam tubuh Ricardo.
Persis seperti sekarang.
“Uwek—!”
“Tuan Pangeran! Yang Mulia Ricardo! Apakah Anda baik-baik saja?!”
Seseorang menepuk punggungku. Aku memuntahkan isi perut dalam waktu lama.
Siapa aku?
…Ricardo?
「 “Kau pasti sudah tahu, aku bukan peramal. Aku bahkan jauh dari itu.” 」「 “Aku bukan Demon King of Salvation. Bukan pula King of a Kingless World.” 」「 “Aku dulu 28… tidak, 28 tahun, pegawai perusahaan game. Hobiku membaca webnovel…” 」
[Story-mu menolak Giant Story dunia ini!][Skill eksklusif, The Fourth Wall, aktif kuat!]
['The Fourth Wall' menghalangi imersi karakter.][Ego-mu dipertahankan.][Probability pulau mencurigai perlakuan khusus padamu.]
Ini bukan tubuhku.
「 Aku adalah Kim Dokja. 」
Beragam Story generasi ketiga berkumpul, menciptakan berbagai genre dunia.
Dan dunia ini adalah—
“…Body possession.”
Tsu-chuchuchut!
[Istilah yang tidak selaras dengan worldview terucap!][Penalty akan—]
Gelap.
Dua jam kemudian aku bangun lagi.
“Tuan, Anda baik-baik saja?”
“…Tolong beri aku air.”
[Bahasa tidak sesuai worldview!][Penalty ak—]
“…Berikan air.”
“Ini, Yang Mulia.”
「 Di beberapa area Main Island, kata-kata tak sesuai worldview dilarang. 」
Ini skenario Possession.
Aku harus menjalani perang ini dari perspektif pangeran ini.
[Tidak bisa memanggil dokkaebi di area ini.][Tidak bisa menerima pesan konstelasi.]
Skenarionya berbeda dengan WoS versi yang kutahu.
“Sepertinya aku harus kumpulkan informasi dulu.”
[Aksi sesuai kepribadian tubuh host.][Pemahamanmu meningkat.]
[Exclusive skill, Character List, aktif!]
Kenapa aku dapat tubuh pecundang begini?
“Yang Mulia, Anda sedang roleplay lagi?”
“…Roleplay?”
“Terakhir Anda meniru Leluhur Pertama. Sekarang bahkan pakaian Anda dari kronik bumi?”
Kumencoba membukanya—
Tsu-chuchuchut!
[Item tidak selaras worldview, tidak bisa dipakai.]
Sial.
Butler itu salah paham.
“Baiklah, bersenang-senanglah terakhir kalinya. Sebentar lagi Yang Mulia Raja akan memanggil Anda.”
Ia pergi. Aku sendirian lagi.
「 Kim Dokja itu sela lu. 」
[Kau memasuki Kaizenix Archipelago.][Area ini terisolasi dari zona perang.][Mulai perang setelah menyelesaikan sub-skenario.]
Rupanya ini prep map perang besar.
[Tidak ada fail selama kau tidak mati.]
Bagus… tapi juga tidak nyaman.
Tok tok tok.
“Yang Mulia, ini Knight Bilston.”
Escort knight Ricardo.
“Raja memanggil Anda.”
Seorang pria berumur 40-an masuk, kumis putih, betul-betul knight.
Tapi…
[Story-mu bereaksi!][Exclusive attribute, Scenario Interpreter, aktif!]
「 ‘Saat aku di militer… aku kehilangan selongsong peluru.’ 」「 ‘Aku bersumpah untuk tidak kehilangan apa pun lagi.’ 」
Aku tahu suara itu.
“…Hyunsung-ssi?”
[Tidak mengerti.]“Itu kau, kan? Hyunsung-ssi?”
[Tidak mengerti.][Worldview memaksamu tetap berperan.]
Dia tersenyum canggung.
“Hyunsung? Haha. Anda masih roleplay, Yang Mulia? Siapa karakter kali ini?”
“Lord Bilston.”
“Ya, Yang Mulia?”
“Bukankah kau mengenali pakaian ini?”
“Hmm… Demon Hunter? Atau Revolusioner…?”
Artinya—
[Character List aktif!]
Aku teringat peringatan Yoo Hoseong.
“Hati-hati Giant Story.”“Aku bisa mengendalikannya.”“Bukan maksudku itu. Kau akan melawan Giant Story itu sendiri.”
Baru saat itu aku paham.
Sebuah tekanan Probability raksasa melanda seluruh pulau.
[Giant Story ‘Kaizenix Archipelago’ mengincarmu rakus.]
Lee Hyunsung itu…
Sudah ditelan cerita dunia ini.
Dan tak lagi mengingat kami.
Ch 375: Ep. 71 - 50 years later, III
Di perjalanan menuju ruang audiensi, aku mencoba membuka percakapan dengan Bilston.
“Bilston-nim. Apa kau pernah kehilangan sesuatu akhir-akhir ini? Bahkan mungkin cukup sering? Misalnya… selongsong peluru kosong—”
“Hah?”
[Istilah tidak sesuai worldview terucap… penalty akan—]
“Maksudku, semacam… bahan peledak sihir portabel yang tercecer.”
“Yang Mulia, apa aku terlihat seperti idiot sejauh itu?”
Aku terdiam.
Postur berjalan tegang, dada bidang, dan ekspresi polos agak bodoh di wajah itu… Ini jelas Lee Hyunsung. Tapi menurut Character List, dia bukan dirinya — dia Bilston Framer, karakter dunia ini.
Aku menatap lagi “Overall Evaluation” di jendela status.
– Dahulu, tubuh ini menampung dua jiwa… satu knight kerajaan, satu perisai milik seseorang…– Perisai itu menunggu tuannya… akhirnya tuannya datang… tapi perisai itu sudah tak bisa lagi menjalankan perannya.
“Yang Mulia?”
Aku menatap wajah polos itu. Hanya dua hal yang pasti sekarang:
-
Hyunsung-ssi tiba di skenario ini jauh lebih dulu dariku.
-
Ia sudah ditelan Giant Story dan kehilangan egonya.
[Giant Story ‘Kaizenix Archipelago’ menjilat bibirnya mengarah padamu.][‘The Fourth Wall’ menatap tajam pada ‘Kaizenix Archipelago’.]
Jika Hyunsung saja seperti ini… bagaimana yang lain?
“Yang Mulia, ada masalah?”
“Maafkan aku, Bilston-nim.”
“…Hah? Kenapa tiba-tiba—”
“Pasti berat bagimu selama ini. Menjagaku… melindungiku.”
Aku tidak sedang bicara pada Bilston.
“Aku terlalu sibuk, selalu alasan… aku gagal menjagamu. Padahal kau sudah menyelamatkanku berkali-kali.”
Selama perjalanan ke sini, Hyunsung ada di sisiku. Aku selalu berpikir kami saling paham tanpa kata-kata. Itu ternyata cuma dalih. Dan akhirnya… dia sampai di titik ini.
Bilston meniup hidungnya pelan, memalingkan muka.
“Yang Mulia… Anda benar-benar berhati lembut.”
[Karakter ‘Bilston Framer’ tersentuh dalam.]
Aku tidak sedang mencari simpati darinya. Yang kucari… sudah hilang.
Kami melanjutkan menyusuri lorong panjang. Lukisan raja-raja sebelumnya berjajar. Salah satunya menarik perhatianku — pria sendirian dalam badai, mengangkat pedang patah.
— Storm King Ulysses Kaizenix I.
“Melayani Anda selama hidup saya adalah kehormatan.”
“…Hm?”
“Apa Anda ingat? Saat Anda berusia tujuh, hampir jatuh dari balkon benteng…”
“…Apa?”
“Dan saat tiga belas, Anda pergi ke toilet dan—”
Tunggu. Ini benar-benar terlalu seperti Hyunsung.
“…Lalu sekarang, bahkan di akhir Anda masih memikirkan bawahan seperti saya—”
“—Akhir??”
Dia buru-buru menghindari tatapanku.
“Kita sudah sampai. Mari masuk.”
Pintu besar terbuka. Pengawal berbaris. Kepala kesatria berdiri di depan dengan lambang perak.
“Bilston-nim, mengapa terlambat?”
“Aku sedang mengucap salam perpisahan terakhir pada Yang Mulia.”
…Banyak sekali bagian yang ingin kutanyakan. Tapi atmosfer ini — tidak memungkinkan.
Bilston menghunus pedang. Kepala pengawal juga mengangkat… eh?
[Sword of Judgement]
“Kau ingin mati bersama pangeranmu, hah Bilston-nim?”
Mata merah di balik helm mengerjap tajam.
「 Oh raja-ku… jika kau menghendaki… 」「 Dokja-ssi, kau mencoba melakukannya sendiri lagi… 」
Wajah yang terlalu familiar.
“Berhenti!! Kalian berdua!!”
Bilston mundur. Kepala pengawal melepas helmnya — wajah Jung Heewon menatapku.
[Character List aktif]
Bahkan Heewon juga…
“Hei, berhenti melawan! Tangkap kriminal!”
Aku langsung ditahan. Tubuh ini lemah — tidak bisa melawan.
Di ujung lorong kulihat… guillotine.
Jadi… skenario ini dimulai dengan eksekusiku.
Banyak novel hooligan royal kuingat. Polanya lebih kurang sama:
「Keluarga Kaizenix hancur.」「Raja terbunuh oleh penasihatnya sendiri.」「Pangeran kedua ahli pedang… pangeran ketiga jenius sihir… semuanya mati.」
Dan aku baru ingat itu sekarang?
Sial.
“Aku akan mengantar penjahat ini sendiri.”
Oh… jadi aku berjalan sendiri ke eksekusi.
Bilston berteriak ditahan paksa.
“Yang Mulia! Ricardo!!”
Leherku masuk ke lunette kayu.
[The Fourth Wall aktif keras]
Aku menatap Heewon.
“Kau sungguh akan melakukannya?”
Dia smirk. “Sekarang takut?”
“Bukan itu.”
“Heh. Lalu?”
“Bukankah kau bersumpah menjadi pedangku?”
Ekspresi Heewon menegang sepersekian detik.
“Apa kau lupa sumpahmu? Melihat akhir skenario bersamaku?”
[Karakter ‘Erich Striker’ sedikit bingung.]
“Itu cuma ocehan jelang mati.”
“Ratu memasuki ruangan!”
「Musuh ayahku dan saudaraku.」「Penyihir hitam Kaizenix.」「Pembunuh raja.」「Dan…」
Jantungku berdetak keras.
「…wanita yang pernah kucintai.」
“Terpidana, angkat kepala.”
Aku melihatnya—
Raja bertubuh mungil, jubah hitam bersulam perak, wajah semuda dua puluh-an.
[Character Info tidak dapat dibaca…]
Tentu saja wajah itu tidak mungkin berusia 50 seperti sistem bilang.
Han Sooyoung.
Aku menatapnya lama.
“Apa kata-katamu terakhir?”
Kata sistem terngiang lagi:
「Saat Dokja bertemu lagi dengannya… 50 tahun telah berlalu.」
…Jadi ini maksudnya.
“Aku punya.”
“Bicara.”
Aku tersenyum kecil.
“Maaf aku datang terlambat, Sooyoung-ah.”
Sooyoung menatapku. Dalam-dalam. Tak bergerak.
Lalu bibirnya melengkung.
“Laksanakan eksekusi.”
Guillotine jatuh.
Aku tidak menghindar.
Karena—
「Skenario Main Island berbasis Story generasi ketiga.」Ricardo tidak akan mati begini.
Duar!!
Dinding istana meledak. Pisau guillotine hancur.
“Revolusioner!! Lindungi ratu!!”
“Astaga, itu Pangeran Pertama!”
Cahaya pedang gemerlap menghancurkan penjaga seperti kertas.
“Aku datang menyelamatkan dongsaeng-ku.”
Tentu saja. Hanya ada satu orang yang seperti itu bahkan tanpa memori.
Aku ingin memanggil namanya.
Tapi kutahan.
[Giant Story menikmati pertumpahan darah.]
Mereka semua lupa aku. Mungkin… itu lebih baik bagi mereka.
[Story, ‘Life and Death Companions’, mulai bercerita.]
– Bodoh sekali. Kau pasti Kim Dokja.
Ch 376: Ep. 71 - 50 years later, IV
– Tangkap mereka! Amankan Pangeran Tertua dulu!
– Mereka membawa lari Pangeran Keempat!
Di layar, para Reinkarnator berteriak sambil melepaskan hujan panah dan cahaya pedang. Dua sosok berlari menembus asap tebal—Yoo Joonghyuk dan Kim Dokja.
Baat,baaaht!
Dengan wajah gelisah, Biyoo melompat di udara seperti mochi cemas.
Anak panah melesat tepat melewati kepala Kim Dokja; beberapa hampir menusuk punggungnya, namun Pangeran Pertama mengayunkan pedangnya—kring! kring!—menepis semuanya.
– Mundur!
[Constellation, ‘Father of the Rich Night’, menatap ‘Kaizenix Archipelago’.][Constellation, ‘Queen of the Darkest Spring’, memandang pewaris Underworld.][Constellation, ‘Abyssal Black Flame Dragon’, meraung frustasi!]
Namun tak satu pun pesan mereka mencapai para Inkarnasi.
[Constellation, ‘Demon-like Judge of Fire’, memohon agar satu pesan saja bisa terkirim!][Permintaan pengiriman pesan tidak diizinkan.]
[Baat, baaaht…]
Biyoo menggeleng sedih.
Para dokkaebi normal bisa mengatur kanal… tapi Isle of Reincarnators adalah kasus khusus.
[Constellation, ‘Demon-like Judge of Fire’, melotot pada ‘Mandala’s Guardian’.]
Sang pemilik pulau, Mandala’s Guardian, menyediakan panggung bagi ‘Great War of Saints and Demons’. Ia tak boleh ikut langsung, tapi ia diberi otoritas setingkat dokkaebi senior.
[Oh, malaikat muda. Tidak mungkin… kecuali kau mau masuk jalan Buddhisme sekarang.][Constellation, ‘Demon-like Judge of Fire’, mengamuk.][Kendalikan amarahmu. Amarah berlebih akan menelanmu.]
[Channel di sekitar membeku sesaat!]
Tsu-chuchuchut!
[Kukira aku tidak memberi izin bagi dokkaebi Biro untuk masuk.]
[Aku harus datang, wahai Raja Reinkarnator.]
Yang muncul adalah Bihyung. Ia memberi salam ala Buddhis, lalu bertanya:
[Aku tahu kau punya sepuluh nama. Sakya, Sakyamuni, Siddhartha, Tathagata, Sugata, Buddha… yang mana kau sekarang?]
Alis Sang Guardian bergerak sedikit. Menurut nama yang dipakai, wujudnya berubah.
[Saat ini, aku Sakyamuni.]
[Sakyamuni-nim, batalkan skenario abnormal pada Nebula <Kim Dokja’s Company>.]
[Itu melanggar kesepakatan. Bukankah kau menyerahkan seluruh kontrol pre-scenario padaku?]
[Kau diminta netral dalam Great War.]
Mandala memandang balik tajam, mandala di matanya berputar terbalik.
[Bahkan dokkaebi pun ternyata tidak netral, rupanya.]
[Apa maksudmu?]
[Kudengar ada dokkaebi historical-grade yang sangat memihak satu Nebula tertentu.]
Biyoo tiba-tiba plop turun di kepala Bihyung.
[Kau datang atas perintah Biro… atau karena kemauanmu sendiri?]
Bihyung menggigit bibir, tak menjawab. Tatapannya pada layar — Kim Dokja berlari menembus ledakan demi ledakan.
[Ujian ini terlalu berlebihan. Sekejap bagi Konstelasi, tapi bagi manusia itu seumur hidup.]
[Aku juga pernah manusia dulu. Skenario ini perlu. Terutama bila mereka ingin mencapai ■■.]
[…Sakyamuni.]
[Perayaan akhir akan segera dimulai.]
[■■ mana yang akan kau pilih?]
Dengan bantuan Yoo Joonghyuk, aku berhasil kabur dari ruang audiensi. Kejaran penjaga begitu gigih; beberapa revolusioner gugur demi membuka jalan. Kami sampai di rumah aman.
Yoo Joonghyuk melempar tubuh tak sadarkan diri Bilston—tubuh Lee Hyunsung—ke lantai.
“Kenapa kau baru muncul sekarang?”
“Bukan aku yang minta masuk telat, tahu.”
[Worldview mencurigai percakapanmu.]['Midday Tryst' aktif.]
Yoo Joonghyuk menatapku mematikan, lalu bicara melalui sambungan itu.
– Aku sampai di dunia ini dua tahun lalu.
Aku menyimak.
Ia tiba-tiba menjadi Pangeran Pertama. Lalu kudeta. Ia lolos, membangun pasukan pemberontak, mencari para anggota lain.
– Saat aku tiba, Hyunsung, Heewon, dan bahkan Han Sooyoung sudah… begitu.
– Hanya mereka bertiga?
– Hanya mereka yang terseret ke dunia ini.
Yoo Joonghyuk punya Sage’s Eye. Dia tahu lebih detil daripada Character List-ku. Mungkin itu cara dia menemukanku — karena skill itu tak bisa membacaku.
– Mereka dimakan Giant Story, kan?
– Kemungkinan besar.
– Kau sendiri? Kau baik-baik saja?
– Kau pikir beberapa tahun cukup untuk merusakku?
[Giant Story ‘Kaizenix Archipelago’ tidak senang pada Yoo Joonghyuk.]
[Worldview gelisah atas diam panjangmu.]
Aku mendongak.
Aku tahu apa harus dilakukan sekarang.
Kupanggil dia, sesuai role dunia ini.
“Hyung.”
Wajah Yoo Joonghyuk merengut seperti ingin meninju surga.
Dia menghela napas berat — menyerah setitik.
Dalam setting ini, Pangeran Pertama adalah hyung hangat dan lembut. Nasib Yoo Joonghyuk… menyedihkan.
“Bicara, Ricardo,” katanya akhirnya.
“Apa rencanamu? Revolusi gagal. Kenapa kau muncul di tempat eksekusi?”
“Aku berniat membunuh raja palsu.”
[Karakter 'Ricardo' gelisah.]
“Tapi bukankah dia calon pengantinmu?”
“Koreksi. Seharusnya. Kudeta terjadi di hari pernikahan.”
Saat itu—
[Worldview menganggap ucapanmu menarik.][Genre condong ke Romance.]
…Romance??
Joonghyuk lanjut, datar: “Dia sudah kotor oleh sihir gelap. Bukan manusia lagi.”
[Genre condong ke Fantasy.]
Aku saling pandang dengannya. Geleng kecil.
– Dengar suara sistem barusan?
Ia mengangguk.
“Inilah kenyataannya,” katanya. “Kita tidak bisa menyelamatkan semua.”
“Tidak akan ada lagi.”
“Siapa tahu? Mukjizat terjadi. Mungkin makhluk dari dimensi lain datang bantu.”
[Worldview tertarik.][Genre mungkin jadi Fusion Fantasy.]
Lalu jendela skenario muncul.
<Sub Scenario — Genre Selection>
Pilih genre dunia yang kalian masuki dan pimpin cerita sampai akhir.
Genre yang berhasil mencapai ending → dunia dapat ikut Great War.
Pilihan Genre
-
Romance
-
Fantasy
-
Fusion Fantasy
Genre menguat jika kalian bertindak sesuai genrenya.
“…Jadi begini.”
– Kita kurang info. Seandainya kita tahu plot aslinya…
Bagaimana jika salah pilih genre… dan seseorang mati karena pilihan itu?
Yoo Joonghyuk bicara:
– Kitab sucimu tidak mencatat ini ya?
Aku mendelik.
– Bagaimana aku tahu hal yang Regressor saja nggak tau?
– Tapi aku tahu.
Aku menoleh cepat. Apa?
– Aku baca di buku.
Buku? BUKU APA??
– Diary Han Sooyoung dari turn 1863. Dia menjalani skenario ini.
Kupaksa pikiran itu pergi. Yang penting: kita punya info.
– Kalau begitu, bagaimana dia menyelesaikan—
– Plotnya berbeda. Kudeta tidak terjadi di cerita asli. Seseorang mengubah jalan cerita sebelum kita masuk.
– kami buta.
「 Ma ybe yo u sh ould ha ve read the Fi nal Re visi on. 」
Brengsek.
Ketukan pintu.
“Masuk.”
“Pangeran Pertama, Pangeran Keempat… Her Majesty menitipkan ini. Tepatnya… Yang Mulia dari 40 tahun lalu…”
40 tahun—
Yoo Joonghyuk dan aku saling menatap.
Butler mengambil sebuah buku.
Judulnya:
{Three Ways to Survive a Totally Ruined Scenario}oleh Han Sooyoung


