Kamis, 06 November 2025

Episode 51 8 years

909 Episode 51 8 years (1)

Kyung Sein adalah pembaca pertama yang pernah kutemui.

Seorang pria berotot yang dulu memakai name tag bertuliskan julukan Judge Heewon dan mengaku sebagai penggemar berat Jung Heewon.
Seorang pria yang, setelah kesurupan dan berganti jenis kelamin, menangis keras karena kehilangan massa ototnya.

Sekarang, dia berdiri di depanku, memegangi lenganku, menundukkan kepala.

“Sein-ssi.”

Aku tahu, Kyung Sein adalah orang yang kuat.
Dia yang dulu bahkan takut menangkap tikus tanah, kini masih kuingat bagaimana dia berdiri di garis depan, menjadi perisai bagi rekan-rekannya.

Tempat terakhir kami berpisah adalah di Pusat Daur Ulang.

Bagaimana kabarnya selama ini, ya?

Sejak aku masuk ke Fear Realm, aku tak pernah lagi mendengar kabar dari kelompokku.
Delapan tahun penuh berlalu begitu saja.


[Konstelasi ‘Master of White Deer Lake’ menyumbangkan 1 D-Coin untuk pertemuan yang mengharukan.]
[Beberapa Konstelasi kebingungan dengan drama mendadak ini, namun tetap menyumbang 2 D-Coin.]


Kyung Sein mendongak ketika pesan dukungan itu berkelip di udara.
Matanya sempat berair, tapi segera saja senyum cerah muncul di wajahnya—entah tulus, entah pura-pura.

“Maaf, seperti yang kau lihat… aku sedang butuh beberapa koin untuk memperbaiki bangunan.”

Dia tersenyum lagi.
Nada suaranya ringan, tapi di baliknya terasa getir.

“Mau masuk sebentar? Kita punya banyak hal untuk dibicarakan.”

“Dermawan, aku akan menunggu di luar. Kalian berdua bicaralah dengan nyaman.”

Setelah Namgung Myung pergi, aku mengikuti Kyung Sein masuk ke dalam.

Bangunan <■■■ Company>—dulunya kantor Breaking the Sky School—nyaris runtuh.
Dindingnya penuh lubang, langit-langitnya bocor dan berlubang besar, hingga sulit dibedakan mana yang masih bisa menahan hujan dan mana yang tidak.

Bekas pertempuran terlihat di mana-mana.
Pedang-pedang rusak yang sepertinya milik Breaking the Sky Sword Saint, dan luka-luka tebasan khas para Konstelasi lain.

Namun satu hal paling menonjol adalah bekas tebasan pedang horizontal di dinding ruang pelatihan—bekas yang sama dengan yang kulihat di meja pemeriksaan dan elevator Ascension Platform.

Tidak salah lagi. Itu adalah tebasan milik Mad Sword Emperor.

“Maaf, aku tidak banyak menyiapkan apa pun.”

Kyung Sein mengeluarkan meja kecil, meletakkan dua cangkir teh dan sepiring kentang goreng keriput.

“Tidak apa-apa. Terima kasih.”

Kami duduk berhadapan.
Sunyi.
Aku tak tahu harus mulai dari mana.

Aku ingin bertanya bagaimana kabarnya.
Apa yang terjadi padanya.
Tapi lidahku kelu.

Delapan tahun.
Lebih lama dari waktu kami bersama—bahkan mungkin lebih lama dari masa tayang Ways of Survival itu sendiri.

Waktu itu kini membentang seperti jurang antara aku dan Kyung Sein.

“Sejujurnya… aku masih tidak percaya.”

Setelah hening yang panjang, Kyung Sein membuka suara duluan.

“Semua orang pikir, ■■-ssi sudah…”

Percikan kecil menyambar di udara.
Wajah Kyung Sein berubah sejenak sebelum ia mengganti ucapannya.

“Kami semua pikir Inho-ssi sudah meninggal.”

Di dunia ini, kalau seseorang tak terdengar kabarnya seminggu saja, kita tak tahu apakah dia masih hidup atau tidak—apalagi delapan tahun.

“Aku minta maaf.”

“Tidak perlu. Pasti ada alasan.”

Nada suaranya datar, menyerah.

“Selalu begitu dari dulu, kan?”

Kalimat itu menusuk.


[Kisah ‘Heir to the Eternal Name’ tersenyum dengan sinis.]


Kim Dokja, yang selalu beralasan bahwa ia melindungi rekan-rekannya, tapi akhirnya lari, menanggung semua keputusan sendirian.
Mungkin aku… sama saja dengannya.

“Aku baik-baik saja. Mungkin tidak kelihatan, tapi kupikir aku cukup bertahan di sini.”

“Begitu ya?”

Ketika aku kabur dari Fear Realm, aku sering membayangkan reuni ini.
Bagaimana jadinya jika aku bertemu mereka lagi—apakah mereka tumbuh lebih kuat, lebih bijak, atau tetap sama seperti dulu?
Apakah Killer King masih cerewet seperti biasanya?

Kupikir kami akan tertawa bersama, berbagi nostalgia.

Ternyata itu hanya ilusi.

Ilusi sombong seorang Kim Dokja.

Kini, menatap wajah Kyung Sein, aku baru sadar: pipinya cekung, matanya kusam, botol-botol kosong berserakan di pojok ruangan.

Apakah Kyung Sein… dulunya peminum?

Pertanyaan menumpuk di ujung lidahku:
Apa yang terjadi dengan rekan-rekan lain? Kenapa Breaking the Sky School hancur? Kenapa kau sendirian di sini?

Dan yang paling ingin kutanyakan—kenapa kau berhenti menjalankan skenario?

Namun… aku tak sanggup bertanya.
Mata kosongnya seakan membawa beban delapan tahun yang tak ingin ia bagi pada siapa pun.

“Bagaimana denganmu?”

Kyung Sein bertanya lebih dulu.
Suaranya gemetar, seperti seseorang yang dipaksa bicara demi menyelesaikan misi skenario.

Melihat keraguanku, dia menambahkan:

“Tempat ini kedap suara, jadi kau bisa bicara apa saja. Para Konstelasi tidak akan mendengarkan.”

Aku menarik napas panjang.

“…Jadi, aku berada di Fear Realm.

Lalu aku mulai bercerita.

Tentang pelarianku dari Recycling Center.
Tentang dikejar para Giant Nebulae.
Tentang pelarianku ke <First Murim> dan akhirnya masuk ke Fear Realm.

Kyung Sein mendengarkan tanpa menyela.
Namun, semakin lama aku bicara, semakin aneh rasanya.
Seolah-olah cerita yang keluar dari mulutku adalah dongeng orang lain.

Kupikir aku sudah melakukan yang terbaik—berjuang agar dunia ini tidak berakhir tragis, menyelamatkan mereka semua.

Tapi kini aku bertanya-tanya… apakah benar itu yang terbaik yang bisa kulakukan?

Apakah aku tak bisa menghubungi mereka, setidaknya sekali saja?


“Ah.”


Ekspresi Kyung Sein sedikit melunak, bahkan muncul senyum samar ketika aku menceritakan pertemuanku dengan Transcendent Alliance.
Untuk sesaat, wajahnya tampak seperti dulu lagi.

“Aku tidak tahu apakah aku boleh bilang begini…”

“Silakan.”

“Itu menarik. Cerita Inho-ssi.”

Nada suaranya lembut, tapi terselip rasa sakit.
Aku bercerita seolah kisahku ini lucu.
Dia tertawa—seolah itu memang lucu.

Begitulah hubungan kami sejak awal: pembaca dan kisah.

“Tapi kenapa kau tidak keluar lebih cepat? Kejadian Fear Realm itu sudah delapan tahun lalu.”

“Aku terperangkap di Time Fault. Begitu keluar, delapan tahun sudah lewat.”

Kyung Sein menatap langit-langit, matanya kosong.

“Jadi itu alasannya kau tak menghubungi kami.”

“Ya. Maaf.”

“Tidak apa-apa. Kalau begitu, kau tidak mati. Pasti ada alasan.”

Suara yang keluar darinya kini pelan—seperti udara yang keluar dari balon yang bocor.

“Aku percaya, tahu? Waktu semua orang bilang kau mati, aku… kami… aku yakin ■■-ssi—tidak, Inho-ssi—tidak mungkin mati begitu saja.”

“...”

“Itu sebabnya… aku sedikit marah padamu.”

Mungkin inilah inti yang ingin ia katakan sejak tadi.

“Aku minta maaf. Aku tahu kata-kata itu tak cukup. Aku juga tidak tahu apa yang sudah kau lalui. Tapi pasti sangat berat, kan? Sampai-sampai sulit bagimu untuk menemuiku lagi.”

Kisah tidak berhenti hanya karena penulis berhenti menulisnya.
Kisah terus berjalan—dihidupkan oleh pembacanya.

Dan para pembaca itulah yang hidup lebih jauh dari imajinasi sang penulis.

“Aku akan memperbaikinya.”

“Bagaimana?”

“Aku akan menyelesaikan skenario ini. Aku akan naik bersama Kyung Sein.”

Kunci skenario ini adalah naik ke skenario atas melalui Ascension.

“Aku akan bergabung dengan perusahaanmu.”

Pasti awalnya dia membentuk perusahaan ini bersama rekan-rekan lamanya, demi menuntaskan skenario.

“Terima kasih… tapi tak perlu.”

“Aku tahu kau marah, tapi—”

“Aku tidak marah, Inho-ssi.”

Nada suaranya tegas, membuatku berhenti bicara.

Dulu, delapan tahun lalu, dia memanggilku Dokja-ssi.
Sekarang, dia memanggilku Inho-ssi.

“Kau tidak penasaran kenapa mereka tidak bersamaku?”

“Tentu saja penasaran.”

“Aku tahu apa yang kau pikirkan. Tapi tenang saja. Semua orang selamat. Killer King, Yerin-ssi, semuanya. Mereka sudah naik dan kini berada di skenario atas.”

Itu adalah kabar yang selalu ingin kudengar.

“Skenarionya berjalan dengan baik. Sejak orang itu muncul, strategi berjalan lancar. Semuanya berpusat pada dia.”

“Orang itu?”

“Ya. Sekarang mereka bahkan sudah hampir mencapai akhir dunia ini.”

Delapan tahun—dan poros skenario kini bukan aku lagi.

“Jadi kau tak perlu merasa bersalah. Kami semua baik-baik saja. Dunia ini pun tidak akan hancur seperti dulu. Jadi… sudah cukup.”

Kabar baik.
Itu seharusnya kabar baik.

“Kalau begitu, kenapa Sein-ssi sendirian di sini?”

Kyung Sein terdiam sesaat, lalu mengalihkan pandangan.

“Aku… memilih untuk tinggal.”

Aku tidak bisa percaya.
Dia, yang dulu paling keras kepala, paling berani, paling teguh… memilih untuk menyerah?

“Alasan aku menemui Inho-ssi hari ini, cuma ingin bernostalgia. Kita bicara, tertawa, seperti dulu waktu kita membaca novel favorit bersama…”

Ia berdiri perlahan.
Senyumnya lembut, tapi matanya tampak berduka.

“Mungkin aku hanya ingin kembali menjadi pembaca, walau sebentar.”

Lalu, dengan suara yang pelan tapi pasti, ia menatapku.

“Jangan datang ke sini lagi, Inho-ssi. Terima kasih untuk semuanya.”

Aku ingin menahannya.
Masih ada hal yang belum ia katakan.
Celah besar dalam kisah yang belum diisi.

Tapi sebelum aku sempat bicara—


[Hari ini adalah tenggat pembayaran pajak untuk <■■■ Company>.]
[Bayarlah pajak yang telah diberitahukan.]
[Saat ini terdapat tunggakan pajak.]
[Jika pajak tidak dibayar, <■■■ Company> akan memasuki proses penutupan.]


Wajah Kyung Sein menegang saat ia mendongak ke udara.


['Penagih Pajak' akan segera tiba untuk menagih tunggakan pajak.]


Udara di ruangan bergetar, lalu terbuka portal bundar.
Dari dalamnya, sesuatu yang berbulu muncul—menggelinding seperti bola rambut.

[Hmm~ Tunggakan lagi? Kau tahu aku takkan memaafkanmu kali ini, kan?]

Itu adalah Dokkaebi yang sangat kukenal.

910 Episode 51 8 years (2)

Saat pertama kali melihat pesan tentang “penagih pajak”, aku sudah punya firasat buruk — tapi tak kusangka ternyata itu benar.

Kepala yang muncul dari balik pusaran portal itu bukanlah sosok asing.


[Nomor berapa kali ini? Kau benar-benar ingin menghancurkan perusahaan, ya?]


Seekor Dokkaebi dengan bulu halus berkilau, mirip bentuk amorf yang selalu melayang di udara.
Aku pernah melihatnya sebelumnya — di Pesta Dua Belas Zodiak.

「 Dokkaebi Yeonggi. 」

Roh kecil itu berputar di udara sambil terkikik.


[Huh? Kenapa diam saja? Apa kau berniat tak membayar lagi kali ini?]


Melihat Yeonggi seperti itu, aku teringat pengaturan dari cerita utama.
Pekerjaan seperti “penagihan pajak” biasanya diserahkan kepada Dokkaebi kelas rendah, atau yang telah demosi dari posisi semula.

Delapan tahun telah berlalu, dan dia masih di level rendah ini?

Selain itu, kepribadiannya jauh berbeda dari Yeonggi yang kukenal dulu.
Jika Yeonggi asliku adalah rookie ceroboh yang penuh semangat, maka Yeonggi di depanku ini seperti versi yang belajar keburukan dari senior yang salah.


[Tidak mau bayar? Tidak mau bayar? Tidak mau bayar? Tidak mau bayar? Kau tahu apa yang terjadi kalau kau tidak bayar?]


Leher Yeonggi mulai berputar cepat seperti kipas angin, atmosfer mendadak berubah menjadi seperti film horor.

“Bukannya aku sudah bilang tunggu sedikit lagi!”

Pintu mendadak terbuka, dan Namgung Myung muncul terburu-buru.

Wajahnya berubah tegang melihat situasi — aku, Kyung Sein, dan Yeonggi berdiri di tengah ruangan dalam suasana kaku.

Namgung Myung menunduk dalam-dalam.
“S-saya minta maaf, Dermawan. Ini belum waktu penagihan pajak, jadi saya tak menyangka penagihnya datang tiba-tiba...”

Kyung Sein menarik napas panjang, lalu melangkah maju, menahan Myung.

“Maaf, tapi aku masih butuh sedikit waktu untuk menyiapkan pembayaran.”


[Kupikir aku pernah mendengar alasan itu juga terakhir kali—?]


“Berikan aku waktu sedikit lagi. Sekalipun kau terus menekan, kau takkan dapat koin yang tidak ada.”

Nada suara Kyung Sein tenang.
Kalau ini delapan tahun lalu, dia pasti sudah panik, bersembunyi di belakangku, lalu berteriak, ‘Dokja-ssi, lakukan sesuatu!’

Namun sekarang, matanya dingin dan datar.


[Huh.]


Leher Yeonggi berhenti berputar.


[Apa yang membuatmu begitu bangga? Tidak mampu bayar pajak bukan sesuatu yang bisa disombongkan, tahu?]

“...”

[Penundaan yang selama ini kau terima adalah bentuk perlakuan khusus. Tapi aneh juga… kenapa atasan memberikan keringanan pada perusahaan sekecil ini? Pokoknya, perlakuan khusus itu berakhir hari ini. Aku tak bisa menunggu lebih lama.]


“Sekalipun begitu… saat ini masih sulit.”


[Ah, kalau bukan karena ada inkarnasi baru, kau seharusnya punya ‘cara membayar’, kan?]


Wajah Kyung Sein langsung memucat.
Dia menatap kosong sesaat, lalu menghela napas pasrah.

“Baiklah.”


[Bagus. Kalau begitu, kita mulai penagihan, ya?]


Aku tidak tahu pasti apa maksud Yeonggi dengan “penagihan”, tapi dari ekspresi Sein, itu jelas bukan hal baik.

“Tunggu sebentar.”

Begitu cahaya menyala di ujung jari Yeonggi, aku melangkah maju, berdiri di depan Kyung Sein.

“Aku tidak tahu ini tentang apa, tapi biar aku yang bayar pajaknya.”


[Hah? Siapa ini?]


Yeonggi melotot ke arahku, seolah baru sadar keberadaanku.

[Sejak kapan kau di sini?]

Dia tidak mengenaliku?

Itu aneh.
Seorang Dokkaebi dari Biro Manajemen tidak mengenaliku sama sekali?


[Kau tampak seperti inkarnasi yang baru muncul. Jangan ikut campur urusan yang tidak ada hubungannya denganmu. Kecuali kalau kau ingin celaka.]


Jadi benar.
Dia sama sekali tidak ingat siapa aku.

Lucu juga, tapi bagus.

“Bagaimana kalau aku memang punya hubungan dengan ini?”

[Hm? Maksudmu apa?]

“Ini urusan perusahaanku, jadi tentu saja ada hubungannya.”

Yeonggi menatapku curiga, lalu beralih ke Kyung Sein.

[Inkarnasi ini… karyawan baru?]

Belum sempat Sein menggeleng, aku lebih dulu menjawab.

“Ya, aku baru diterima. Jadi sudah sewajarnya aku ikut menanggung hutang perusahaan.”


[Ada inkarnasi yang benar-benar mau kerja di perusahaan ini? Kau bercanda, kan?]


“Dokkaebi Yeonggi, apa itu penting sekarang? Bukankah kau datang untuk menagih?”

Begitu aku menyebut namanya, ekspresinya langsung berubah.


[Hah… inkarnasi rendahan tahu namaku?]

“Uh-huh.”

[Kelihatannya kau tidak tahu siapa aku sebenarnya, ya? Kalau kau tahu, kau takkan berani bicara begitu—]


Namgung Myung melangkah maju, mencoba menahanku, tapi aku mengangkat tangan, menandakan tak perlu khawatir.

“Kau ini yang tampaknya tidak tahu. Apa Biro Manajemen sekarang mengajar para Dokkaebi agar bersikap seperti preman?”

Yeonggi memandangku kosong beberapa detik, lalu tertawa hambar.


[Berani sekali serangga sepertimu…]


“Kenapa? Mau meledakkan kepalaku?”


[Kau pikir aku tak bisa?]


“Sudah lupa skenario apa ini? Kau masih mengira ini tutorial?


Kedua matanya mulai memancarkan cahaya — kekuatan otoritas Biro Manajemen.


[Kau terlalu percaya diri. Membunuh serangga seperti kau takkan menimbulkan masalah, apalagi kalau tak ada Konstelasi yang sedang mengawasi—]


“Siapa bilang tak ada Konstelasi yang menonton?”


Ledakan terdengar. Duar!
Suara itu mengguncang seluruh halaman depan.

Kyung Sein menoleh kaget, Namgung Myung jatuh terduduk pucat pasi, dan Yeonggi… membeku di tempat.


[Ini tidak masuk akal…]


Dia menatapku gemetar.

[Ap—apakah kau Konstelasi!?]


Aku hanya tersenyum tipis, meniru gaya Kim Dokja.


[Apa? Kenapa aku tidak bisa melihat informasi terkaitmu…? Dan gelarnya… siapa kau sebenarnya?]


Tentu saja dia tak bisa. Fourth Wall melindungiku sepenuhnya.

Mereka pasti kebingungan — seorang inkarnasi yang memancarkan aura Konstelasi, namun tak bisa dibaca sistem.

“Kalau kau benar-benar penasaran, buka saja Dokkaebi Bag-mu.”


Yeonggi menurut.
Dan beberapa detik kemudian—


[H-hah!? Ini bagaimana bisa!?]


Aku tahu sistem Dokkaebi Bag menilai level keanggotaan berdasarkan riwayat transaksi Konstelasi.
Dan level milik Demon King of Salvation adalah…


[Level… Diamond!?]


Mata Yeonggi terbelalak. Ia menatap layar di depannya, lalu kembali menatapku dengan wajah panik.

Benar saja. Level Demon King of Salvation rupanya ditransfer padaku.


[Demon King of Salvation!? Tapi pemilik julukan itu sudah lenyap! Kenapa kau punya aksesnya…]


“Tidak perlu tahu. Yang penting, sekarang kau tahu aku sanggup membayar.”

Yeonggi menggertakkan gigi, tapi nadanya kini jauh lebih sopan.


[Apakah kau benar-benar berniat membayar pajak di muka?]


“Ya. Berapa jumlahnya?”

Aku punya cukup banyak koin, tapi jumlah yang keluar dari mulutnya membuatku terpaku.


[Seratus ribu D-Coin.]


Namgung Myung spontan berteriak.
“Tidak mungkin! Jumlahnya tidak sebanyak itu! Terakhir kali hanya—”


[Kau lupa, semua tunggakan dikenai bunga.]


“Aku tahu, tapi—”


[Biro Manajemen bukan lembaga amal. Sebenarnya jumlah aslinya 101.235 D-Coin, tapi karena kau anggota Diamond, aku kurangi sedikit.]


Lalu dia menatapku lagi.


[Apakah kau akan melunasi pajakmu?]


“Aku tidak punya D-Coin. Apa bisa pakai koin biasa?”

Yeonggi mendengus.


[Di wilayah skenario ini, hanya D-Coin yang berlaku.]


“Lalu tukar saja. Berapa nilai tukarnya?”

Tatapan licik muncul di wajah Yeonggi.


[Kalau begitu, 10.000 koin untuk 1 D-Coin.]


Aku hampir tertawa.
Benar-benar murid penipu yang buruk.

“Jadi sekarang kita inflasi koin, ya? Kursnya tak mungkin seburuk itu.”


[Secara prinsip, pertukaran mata uang dilarang. Aku hanya menawar karena kau anggota Diamond, tahu?]


Sungguh memalukan.

[Bagaimana? Mau tukar?]


“Kalau kau yang jadi aku, kau mau?”


[Kalau begitu, anggap saja penagihan pajak ini tidak pernah terjadi—]


Aku tersenyum lebar.
Begitu caramu bermain, ya?

“Aku akan bayar. Tapi sebelumnya, satu pertanyaan.”


[Hmm? Silakan.]


“Apa dasar otoritasmu melakukan penagihan ini?”

Yeonggi mengernyit.


[Apa maksudmu? Aku Dokkaebi penagih pajak, tentu aku berhak menagih.]


“Itu berlaku untuk perusahaan lain. Tapi untuk perusahaan ini… sepertinya atasanmu tidak mengeluarkan perintah penagihan, bukan?”

Yeonggi terpaku.
Dia sendiri yang tadi mengatakan bahwa perusahaan Kyung Sein mendapat perlakuan khusus dari atasan.

Artinya… ada seseorang di Biro Manajemen yang sengaja melindungi perusahaan ini.


[Itu…]


“Lucu. Jadi kau, Dokkaebi yang bahkan tak bisa menjelaskan skenario dengan benar, sekarang main jadi penagih gelap?”


Yeonggi gemetar.
Aku menatapnya tajam, dan saat itu aku tahu siapa yang melindungi perusahaan ini.

“Apakah Bihyung tahu apa yang sedang kau lakukan di sini?”

Wajah Yeonggi seketika memucat.
Aku tersenyum.

“Kurasa tidak, ya?”

Setelah beberapa detik, Yeonggi akhirnya menghela napas berat.


[Aku tidak tahu bagaimana kau mengenal orang itu, tapi meskipun kau melapor padanya, aku tak bisa membatalkan tugas ini.]


Lebih keras dari yang kukira.
Mungkin ada Dokkaebi tingkat tinggi lain yang memberinya perintah.

“Kalau begitu, beri aku tenggat waktu tambahan.”


[Batas waktunya…]


“Seminggu.”


[Terlalu lama.]


“Sebagai gantinya, aku takkan menyebutkan ini pada Bihyung.”


[…]


“Aku tak tahu kenapa Biro Manajemen tiba-tiba butuh D-Coin, tapi aku bisa bayar. Hanya perlu waktu sedikit.”


[Baiklah. Karena kau punya hubungan dengan Bihyung, aku beri waktu seminggu. Tapi jika lewat batas itu, aku akan memaksa para eksekutif perusahaan untuk ‘menagih’ secara langsung.]


Dia menatap tajam ke arah Kyung Sein, lalu menoleh padaku.


[Aku tidak tahu kenapa makhluk sepertimu ada di sini, tapi semoga kau mendapat rahmat kisah.]


Dengan kata-kata itu, Yeonggi lenyap ke balik portal yang berputar.

Keheningan turun.
Namgung Myung menatapku kagum, sedangkan Kyung Sein hanya memandangi lantai, matanya sayu.

“Inho-ssi, kau tak perlu sejauh ini.”

“Aku melakukannya karena ingin.”

Mata Kyung Sein memerah.

“Inho-ssi… kenapa?”

“Kenapa apa?”

“Kenapa kau datang sekarang…”

Suaranya bergetar, tubuhnya pun ikut gemetar.

“Kenapa baru sekarang…? Kenapa membuatku berharap lagi…”

Dia goyah, tubuhnya mulai jatuh.

“Sein-ssi!”

Aku segera menangkapnya.
Tubuhnya panas—panas seperti terbakar dari dalam.

“Inho-ssi… jangan ikut campur… dalam skenario ini…”

“Sebentar, Sein-ssi… kau—”

Begitu aku menyentuhnya, aku tahu.
Tubuhnya sudah terlalu rusak — lebih dari sekadar luka fisik.

Rambutnya, auranya, bahkan esensi jiwanya—


「 Seolah ada bagian jiwanya yang dicabut paksa.


Aku menidurkan Kyung Sein perlahan dan menggenggam tangannya.
Hanya dengan sentuhan itu, aku bisa merasakan jejak hidupnya.
Pahit, berat, dan sepi.

Dan kini, perlahan-lahan, aku tahu apa yang harus kulakukan di sini.

Aku menatap wajah Kyung Sein yang terlelap dan berbisik pelan,

“Gungmyung-ssi, bagaimana caranya aku bisa mendapatkan sesuatu yang disebut D-Coin?”

911 Episode 51 8 years (3)

Menurut Namgung Myung, ada dua cara utama untuk memperoleh D-Coin di wilayah skenario ini.

Pertama — mendapatkan D-Coin melalui Main Scenario atau Sub Scenario yang muncul secara berkala.
Kedua — menukar D-Coin dengan item atau story fragment lain melalui Auction House.

Metode pertama tidak bisa segera dilakukan. Jadi, kami memilih cara kedua.

Aku dan Namgung Myung pun menuju Auction House.


“Ada satu cara lagi sebenarnya,” ucap Namgung Myung pelan. “Tapi itu hanya bisa dilakukan oleh orang-orang tertentu seperti Sein-nim…”

Nada suaranya meredup. Ia tampak enggan membicarakannya, dan aku tak memaksa.
Lagi pula, aku sudah bisa menebak.

「 Dokkaebi Yeonggi berusaha mengambil sebagian jiwa milik Kyung Sein. 」

Jika dipikir-pikir, masuk akal kenapa kondisi Sein begitu buruk.
Dia pasti sudah beberapa kali membayar “utang” itu dengan potongan jiwanya sendiri.
Namun, setelah menyadari hal itu, muncul pertanyaan lain di kepalaku.

“Gungmyung-ssi, kau tahu sesuatu tentang rekan-rekan Sein lainnya?”

Sein pernah berkata, mereka semua sudah naik ke upper scenario.

Tapi apakah benar rekan-rekan yang kukenal… dengan rela meninggalkan Sein sendirian di sini?

Namgung Myung menggeleng pelan.
“Aku tidak tahu banyak. Jujur saja, saat invasi Fear Realm, aku sempat terinfeksi oleh Outer Gods. Tubuhku lumpuh selama bertahun-tahun.”

Tahun-tahun ketika Sein dan rekan-rekannya masih aktif… sudah berlalu tujuh, delapan tahun.
Tak heran dia tak tahu apa pun tentang para Ascendant dari masa itu.

“Saat aku sadar, keluarga Namgung sudah hancur total. Aku hidup di jalanan… sampai Sein-nim menemukanku.”

“Begitu, ya.”

“Ya. Tapi aku mendengar sedikit rumor. Tentang beberapa Ascender terkenal—seperti Flame Demon Emperor Star yang dilindungi oleh Monkey King, atau Black Wolf Cavalry yang membawa Archangel di punggungnya.”

Flame Demon Emperor Star—mungkin Ji Eunyu.
Dan Black Wolf Cavalry… pasti Killer King.

Aku segera mencoba menggunakan Midday Tryst untuk menghubungi keduanya.


[Midday Tryst tidak dapat terhubung!]


Apakah jarak wilayah skenario terlalu jauh?
Atau mungkin, karena mereka berada di skenario yang lebih tinggi dan sedang sibuk, koneksi tidak bisa terbentuk.

“Dermawan, kita sudah sampai.”

Di depan kami, berdiri bangunan besar dengan kubah berlapis kaca — Auction House.
Begitu kami masuk, suara para pedagang langsung memenuhi telinga.


“Buku seni bela diri kuno dijual!”
“Peralatan Murim lama, dijual borongan! Silakan lihat!”


Aku melirik deretan barang yang dipajang, dan beberapa nama membuatku membeku.

Sky-Sovereign Sword Art.
Three-Heart Sword of the Holy War.

Itu bukan sembarang teknik.
Keduanya adalah warisan eksklusif dari Lima Klan Besar Murim Lama, hanya bisa diwariskan ke keturunan langsung.

Namun di sini…

10 D-Coin.

Teknik langka itu dijual dengan harga semurah itu?

“Kalau para leluhur melihat ini, mereka akan menolak mengakuiku sebagai keturunan,” gumam Namgung Myung getir.

Dan aku bisa mengerti.
Karena Sky-Sovereign Sword Art adalah seni pedang khas keluarga Namgung.
Kini nilainya bahkan lebih murah dari harga makan siang di kantin perusahaan besar.

Selain buku teknik, banyak pula artefak dijual di lapak sekitar.

Heavenly Iron Cloud Gauntlet.
Heavenly Silkworm Secret Robe.

Mereka bukan artefak legendaris seperti Black Heavenly Sword, tapi di dunia Murim lama, kedua nama itu cukup terkenal.

15 D-Coin.

Harga yang hampir tak masuk akal.
Kalau aku punya cukup D-Coin, mungkin aku akan membelinya — setidaknya untuk Yerin atau Yoo Joonghyuk, benda itu akan sangat berguna.

Namun Namgung Myung buru-buru memperingatkan,
“Dermawan, sebaiknya jangan beli barang dari Murim Lama.”

Aku menaikkan alis. “Kenapa?”

“Barang-barang Murim Lama tidak berguna di sini. Di New Murim District, hanya item yang diperkuat dengan D-Coin yang punya kekuatan nyata.”

Baru aku ingat — di meja pemeriksaan sebelumnya, banyak senjata dengan awalan “D”.

“Barang yang diperkuat dengan D-Coin bisa meningkatkan daya tahan, kekuatan serangan, bahkan mempercepat pertumbuhan skill. Ada rumor kalau pedang biasa yang dikuatkan dengan D-Coin bisa melampaui pedang legendaris Murim.”

Artinya, hanya item yang diperkuat D-Coin yang bisa melawan item sejenis.
Pantas saja D-Coin dianggap segalanya di New Murim.

“Jadi, Dermawan datang ke sini untuk menukar barang dengan D-Coin?”

“Ya.”

“Apakah kau punya barang yang sudah diperkuat dengan D-Coin?”

“Tidak.”

“Kalau begitu, sulit untuk mendapat harga tinggi di pelelangan.”


Aku menghela napas.
Total pajak perusahaan: 100.000 D-Coin.
Sementara D-Coin yang kumiliki…


[Anda menerima 5 D-Coin sebagai hadiah Sub Scenario.]


…total 25.

Sungguh jauh dari cukup.

Aku melirik sekeliling. Banyak inkarnasi dan petarung lain di dalam Auction House, semuanya memakai seragam perusahaan masing-masing.

“Apakah orang dari <Tamra Heavy Industries> sering datang ke sini?”

“Hm? Tentu saja, perusahaan besar sering datang…”

“Kalau begitu, ‘supervisor’ itu juga akan datang.”

Satu pukulan saja bisa memberiku 1 D-Coin dari Monarch of Small Fries.
Kalau begitu, meninju orang itu 99.980 kali akan jadi cara tercepat untuk membayar pajak.

Begitu menyadari maksudku, wajah Namgung Myung langsung memucat.

“Dermawan, jangan! Kalau kau tahu seberapa berbahayanya Tamra Heavy Industries—”


“Singkir!”


Sekelompok inkarnasi berotot mendorong kami ke samping. Aura di tubuh mereka begitu kuat hingga udara ikut bergetar.

Lambang di punggung seragam mereka menunjukkan satu nama:

Vedas Biotech.

Aku memperhatikan mereka dengan seksama. Mungkin saja salah satu di antara mereka adalah inkarnasi dari Monarch of Small Fries.

Mereka berhenti di depan mesin besar yang menyerupai timbangan — tapi anehnya, “timbangan” itu berurat seperti makhluk hidup.
Urat-uratnya berdenyut, seolah benda itu bernapas.

“Permintaan penilaian.”

Layar holografik menyala di atasnya.


[Penilaian item dimulai!]


Kerumunan segera berkumpul.

“Oh, barang baru! Dari koleksi minggu ini?”
“Sepertinya dari Vedas.”

Aku dan Namgung Myung ikut berdesakan di antara mereka.

“Itu apa?” tanyaku.

“Itu Appraisal Scale, benda paling terkenal di Auction House. Biasanya digunakan untuk menilai barang baru yang ditemukan.”

Benda kecil dikeluarkan dari saku salah satu anggota Vedas. Sebuah aksesori — tapi auranya segera membuat bulu kudukku berdiri.

“Energi ini… dari Fear Realm.

Aksesori itu berdenyut pelan, mengeluarkan hawa aneh khas dunia ketakutan.

Baru saat itu aku mulai mengerti segalanya.

“Gungmyung-ssi, waktu itu kau juga berada di Fear Realm, kan?”

“Ya. Aku ikut dalam ekspedisi pengumpulan bagian tubuh Outer Gods.”

“Bagian tubuh mereka? Untuk apa?”

“Aku tidak tahu pasti… tapi katanya, bagian-bagian itu adalah sumber pembuatan D-Coin.

Sumber D-Coin…

Jadi itu sebabnya kami hampir tak menemukan fragmen Outer Gods di Fear Realm. Semua telah ditambang oleh orang-orang ini.


“Oh, hasil penilaiannya keluar!”


Tanda indikator berputar cepat seperti roda roulette.
Setelah beberapa detik, nilainya berhenti.


[Natural Disaster Grade.]


Sorak-sorai pecah.
Para inkarnasi dari Vedas Biotech tersenyum puas.

“Natural Disaster? Sudah dua tahun tidak ada yang muncul!”
“Itu pasti bagian gigi shark dari Outer God!”


[Hasil penilaian: 3.000 D-Coin.]


Tiga ribu D-Coin.
Satu bagian kecil saja.

Kerumunan bergemuruh.
Sebagian iri, sebagian kagum.


“Lihat! Ranking minggu ini!”


Di layar besar muncul daftar peringkat.

1st place — Vedas Biotech (Natural Disaster fragment): 3.000 D-Coin.

Sorak dan tepuk tangan pun bergema.

“Dengan jumlah itu, mereka pasti akan menarik perhatian para Recorders! Kenaikan jabatan jadi Executive sudah pasti!”

Aku melirik Namgung Myung yang menatap layar dengan mata iri. Lalu aku menepuk bahunya.

“Gungmyung-ssi, siapa pun bisa melakukan penilaian, kan?”

“Ya, asal punya bagian Outer God… tapi, Dermawan, kau jangan bilang—”

Aku sudah melangkah maju.

“Permisi. Kalau sudah selesai, tolong minggir.”

Keributan kecil langsung terdengar.

“Siapa mereka?”
“Bukankah itu perusahaan kecil milik keluarga Namgung?”
“Hah, mereka masih ada?”

Namgung Myung menelan ludah.
“Dermawan, kau… punya bagian Outer God?”

Aku tersenyum.
“Entahlah. Mungkin ini bisa dihitung.”

Aku memegang sehelai rambutku sendiri — yang tadi kutarik sembarangan.

“Bukan sembarang benda,” ujarku ketika ia mencoba menghentikan.
“Itu… kisahku sendiri.”

Aku menjatuhkannya ke atas Appraisal Scale.


[Penilaian item dimulai!]


Cahaya warna-warni meledak dari timbangan, memenuhi seluruh ruangan.

Kerumunan menatap takjub.
“Kenapa timbangan itu bergetar!?”
“Apakah… rusak?”

Nilai terus berputar—

Catastrophe.
Disaster.
Natural Disaster.

Lalu…


“Tidak mungkin…!”
“Itu… level apa itu!?”


Timbangan berasap, memancarkan percikan biru menyilaukan.

Aku memejamkan mata, teringat pada sosok yang duduk di kursi kecil di dalam Fear Realm.

Sang Raja Ketakutan.
Penguasa yang memahami seluruh “Ketakutan”.


「 Makhluk tertinggi di Fear Realm. 」


Second of the Alliance.
Peringkat yang diberikan padanya oleh Transcendent Alliance adalah—


[End Grade.]


Dan begitu tanda itu muncul di layar, seluruh Auction House meledak oleh kilatan cahaya biru terang.

912 Episode 51 8 years (4)

“T-tidak, apa itu barusan—”

Kekacauan meledak di dalam aula pelelangan.

“Jangan bilang kalian juga melihatnya?”
“Itu benar. Aku juga melihatnya!”
“Tidak masuk akal! Skala itu pasti salah hitung!”

Kerumunan mulai gaduh. Appraisal Scale di tengah ruangan bergetar hebat, lalu dari bagian atasnya muncul sesuatu menyerupai mulut raksasa.


[Hasil penilaian item terkait: 10.000 D-Coin.]


Entah ada kesalahan atau tidak, tapi satu hal jelas—hasilnya mengejutkan.

“Sepuluh ribu D-Coin?”

Serentak napas tertahan di tenggorokan semua orang.
Wajar saja.

10.000 D-Coin hanya untuk sehelai rambut.

Dengan nilai seperti ini, bukan tidak mungkin terjadi inflasi D-Coin di seluruh Star Stream.


[Apakah Anda ingin menukar item yang diletakkan pada timbangan dengan D-Coin?]


Bisa langsung ditukar?

“Exchange.”

Begitu aku menyetujui, mulut raksasa di atas skala mengembang, menelan rambutku, lalu—

Wuusss!

Ia memuntahkan pancaran cahaya terang berupa D-Coin yang terbang menghujam ke arahku dan terserap ke tubuh.

Namgung Myung menatap dengan wajah campur aduk antara kagum dan takut.
“B-Benefactor…”

Ekspresinya berubah cepat — dari terkejut, menjadi tak percaya, lalu bahagia.

Aku mengangguk santai.
“Mudah juga cari uang, ternyata.”


[Konstelasi ‘Made Money By Selling Blood’ terkejut melihat harga jualmu!]


Sepuluh ribu per helai.
Kalau aku mencabut sembilan helai lagi, utang perusahaan bisa lunas.

Rambut akan tumbuh lagi juga, kan?
Kalau begitu, kalau aku mencukur seluruh kepala, aku bisa jadi orang terkaya di <Star Stream>.

Tapi…


[‘Settlement Scale’ sedang menatap Anda.]


Sejak kapan?
Sepasang mata muncul di permukaan skala, menatapku tajam. Rasa tidak nyaman merayap di tulang punggungku.

Ke mana rambut yang tadi dimakan itu pergi?
Apakah aman menukar dengan cara seperti ini?


“Kau, apa yang sudah kau lakukan?”


Suara dingin terdengar dari belakangku.

Para karyawan Vedas Biotech, yang sebelumnya menilai pecahan gigi Outer God, kini mengepungku dengan ekspresi penuh amarah.

Aku tersenyum tenang dan menyingkirkan tangan yang mencekal pundakku.

“Kalau ingin tahu, tanya saja baik-baik.”

Tapi supervisor mereka malah menggertakku lebih keras.

“Jawab! Apa yang kau lakukan? Bagaimana kau bisa mendapat nilai penilaian setinggi itu?”

“Kau tak tahu? Rambut itu benda berharga.”

Ucapan yang mungkin membuat Jecheon Daeseong mengangguk setuju—tapi tentu saja, supervisor tidak melihatnya lucu.

“Omong kosong!”

Ia mencabut senjatanya, mata merah karena marah.

Aku menatap papan skor di udara, acuh tak acuh.


1st place: ■■■■■■ (Rambut) — 10.000 D-Coin.


Tulisan itu kini menggantikan posisi Vedas Biotech di urutan pertama.


[Inkarnasi yang menempati peringkat pertama dalam Appraisal Ranking minggu ini akan menerima hadiah tambahan.]
[Appraisal Ranking minggu ini akan berakhir dalam 1 jam.]


Ah.
Jadi itu sebabnya mereka marah.
Hadiah mingguan mereka baru saja direbut oleh sehelai rambut.

“Jawab! Barang apa yang kau bawa, sebenarnya?”

“Menurut hasil skala, itu rambut milik Outer God tingkat End.”

“Tidak mungkin! Semua Outer God level End sudah dimusnahkan delapan tahun lalu! Tangkap dia! Dia pasti terlibat perdagangan ilegal!”

Kurasa masalah ini tak akan selesai damai.
Haruskah kupakai [Incite] untuk membuat mereka saling bertengkar?
Atau perlihatkan kekuatanku saja agar mundur?

Tapi sebelum aku memutuskan—


[‘Recorder of Fear’ yang mencatat <Vedas Biotech> merasa tidak senang dengan Anda.]


Aku menatap langit kosong di atas.
Benar juga. Pesan dari Recorder ini pernah kudengar sebelumnya — waktu aku baru masuk ke New Murim District, sebelum para preman dari <Tamra Heavy Industries> menyerang.

Jadi… mungkinkah sekarang juga—


“Para Recorder menyuruh kalian membunuhku?”


“Ap… apa yang kau bicarakan!?”

Nada panik mereka justru semakin meyakinkan dugaanku.
Aku teringat percakapan sebelumnya di pelelangan:

“Kalau sudah menarik perhatian Recorder, kenaikan jabatan jadi Executive tinggal tunggu waktu.”

Artinya… tiap perusahaan besar punya Recorder sendiri yang mendokumentasikan kisah mereka.

“Sekali lagi. Apakah Recorder yang bekerja untuk konglomerat kalian memerintahkan untuk menghentikanku?”

“Itu bukan urusanmu—!”

“Siapa? Demon King of the Cinema? Atau Fox Who Commands the Sky?

Begitu dua nama itu keluar dari mulutku, udara mendadak tegang.


[‘Recorder of Fear’ yang menulis untuk <Vedas Biotech> terkejut dengan ucapan Anda.]
[‘Recorder of Fear’ yang mendukung <Tamra Heavy Industries> bertanya bagaimana Anda tahu julukan itu.]
[‘Recorder of Fear’ yang menulis untuk <Olympus Technology> mempertanyakan siapa yang membocorkan nama itu.]


Aku tersenyum tipis.
Tepat sasaran.

Jadi memang benar — para Recorder itu semuanya di sini.

Supervisor menjerit geram.
“Berani-beraninya kau menyebut nama para Recorder Agung!”

Para inkarnasi mengepungku. Langit bergetar. Pesan-pesan Konstelasi bermunculan.


[Konstelasi ‘Monarch of the Small Fries’ penasaran dengan reaksimu.]
[Konstelasi ‘Bald Leader of Justice’ memasuki channel!]
[Konstelasi ‘God of Wine and Ecstasy’ memasuki channel!]


Dari para Recorder hingga para Konstelasi—terlalu banyak mata yang menatap.
Dengan situasi seperti ini, menggunakan kekerasan jelas bukan pilihan bijak.

Aku belum memahami seberapa kuat perusahaan-perusahaan besar di sini. Kalau aku memperlihatkan kekuatanku terlalu dini, bisa berbalik jadi masalah.

Jadi—


“Aku paham. Aku tidak ingin berkelahi. Kita bicarakan baik-baik.”


Aku mengangkat kedua tangan, nada suaraku datar.

“Pertama-tama, rambut itu bukan hasil koleksi ilegal. Aku tidak ikut ekspedisi atau perdagangan apa pun. Kau boleh uji dengan [Lie Detection].

Dan benar saja, salah satu inkarnasi langsung mengaktifkan skill itu.


[Seseorang mengaktifkan ‘Lie Detection’.]
[‘Lie Detection’ telah memastikan ucapan Anda benar.]


Supervisor menatapku curiga.
“Kalau begitu, dari mana kau mendapatkannya?”

Aku menunjuk kepalaku sendiri.
“Dari sini.”


[‘Lie Detection’ telah memastikan ucapan Anda benar.]


“Tidak mungkin…! Bagaimana bisa rambutmu bernilai lebih dari sepuluh ribu D-Coin?”

“Bagaimana aku tahu? Mungkin skalanya rusak?”

“Skala itu tidak pernah rusak!”

“Benarkah? Kalau begitu, mari kita buktikan.”

Aku menarik empat helai rambut lagi, menaruhnya di atas Appraisal Scale.

“Permintaan penilaian.”

Cahaya samar muncul di timbangan, lalu pesan muncul.


[Menilai empat bagian identik.]
[Total nilai penilaian dan pemurnian: 40.000 D-Coin.]


“Exchange.”

Sekali lagi, hujan D-Coin menyembur dari udara.

Aku dengan santai mengumpulkan semuanya, menatap para pria yang kini terpaku.

“Sepertinya rusak, kan? Rambut manusia tidak mungkin semahal ini.”

Dengan [Incite] aktif, aku melayangkan pandangan ke seluruh kerumunan.
Lalu, perlahan, aku ucapkan:

“<Star Stream> tidak sempurna. Aku pernah dapat item bug dari kotak bernama ‘Random Item Box’.”


「 Provokasi menjadi lebih efektif bila dicampur dengan kebenaran. 」
[‘Lie Detection’ telah memastikan ucapan Anda benar.]


Kerumunan yang tadinya marah kini mulai berbisik—mata mereka memantulkan keserakahan.

Aku tersenyum samar.
“Kalau tak percaya, silakan coba sendiri.”

Supervisor yang wajahnya memerah karena amarah, tiba-tiba mendorongku.
“Menyingkir! Aku duluan!”

Dan itulah awal kekacauan sebenarnya.


“Aku duluan!”
“Tidak! Giliranku!”
“Jangan dorong!”


Dalam hitungan detik, ratusan inkarnasi berebut mencabut rambut mereka dan menaruhnya di atas Appraisal Scale.
Aku dan Namgung Myung perlahan mundur ke pinggir ruangan, menatap mereka dari kejauhan.

Mulut raksasa pada skala itu berdenyut, menelan rambut satu demi satu.

Lalu, sebuah pesan muncul.


[‘Settlement Scale’ mendeteksi upaya appraisal abnormal!]


Kerumunan panik.

“Apa maksudnya!?”
“Orang itu—dia sudah pergi!”
“Tidak, rambutku—!”

Tiba-tiba, mulut di atas skala memuntahkan kembali semua rambut yang telah ditelan.


[Akan dikenakan biaya atas upaya appraisal abnormal.]
[‘Settlement Scale’ sedang memproses penagihan.]


Urat-urat pada skala berdenyut kuat. Dari mulutnya, puluhan tentakel keluar, melilit para inkarnasi yang berebut tadi.

“Kwaaaagh!”
“Lepaskan! Tolong!”

Satu per satu mereka tersedot ke dalam cahaya di atas skala.
Termasuk supervisor yang menantangku tadi.


“A-apa ini!? Lepaskan aku! Cepat lepaskan!”


[Akan dikenakan biaya atas upaya appraisal abnormal.]


Mulut itu terbuka lebar.
Crack! — Suara tulang remuk.
Pecahan story fragment dan darah berhamburan ke udara.

Aku baru teringat ucapan seseorang sebelumnya:

“Kalau salah menilai item, kau akan dikutuk oleh skala—”

Jadi inilah maksudnya.

Teriakan menggema di seluruh ruangan.
Dalam sekejap, Auction House berubah menjadi neraka.

Satu-satunya yang tetap tenang hanyalah cahaya bintang di langit, menyaksikan semuanya dari jauh.


[Konstelasi ‘Monarch of the Small Fries’ menunjukkan ekspresi kagum.]
[Konstelasi ‘Bald General of Justice’ mengamati pemandangan brutal itu.]
[Konstelasi ‘God of Wine and Ecstasy’ penasaran dengan identitasmu.]
[Konstelasi ‘Lying Dragon’ memasuki channel!]
[Konstelasi ‘Lying Dragon’ bertanya apa yang sebenarnya terjadi.]
[Para Konstelasi kejahatan mutlak mendukungmu dengan 20 D-Coin!]


Bersamaan dengan dukungan dari para Konstelasi, pesan amarah dari para Recorder pun bermunculan.


[‘Recorder of Fear’ yang menulis untuk <Vedas Biotech> mengamuk!]
[‘Recorder of Fear’ yang mendukung <Tamra Heavy Industries> mengerutkan kening.]
[‘Recorder of Fear’ yang mendukung <Olympus Technology> menggelengkan kepala.]
[Para Recorder telah memulai Perjanjian Naratif!]


Seketika pandanganku bergetar, dan di depan mataku muncul kalimat.


「 Aula pelelangan kacau balau. Tak dapat dipercaya. Rambut seorang inkarnasi dianggap sebagai bagian dari Outer God tingkat End. 」


Untuk pertama kalinya sejak keluar dari Fear Realm, aku tertegun.


「 Master of the Fear Realm telah mati delapan tahun lalu, dan setiap bagian tubuhnya sudah dikumpulkan. Namun skala itu baru saja menilai rambut seseorang sebagai bagian Outer God tingkat End. Artinya jelas. 」

「 ‘Settlement Scale’ rusak. 」


Seseorang—bukan aku, bukan Fourth Wall, bukan catatan Ways of Survival—sedang menulis narasi ini secara langsung.


「 Insiden itu segera dikirim ke Biro Manajemen. 」


Boom!
Gelombang kejut keluar dari skala, menghentikan fungsinya.


[Pemberitahuan baru dari Biro Manajemen!]
[Akan dilakukan ‘Penentuan Kelayakan Probabilitas’ di area ini!]
[‘Settlement Scale’ akan ditangguhkan sementara selama proses berlangsung.]


Kerumunan menghela napas lega.

“Jadi… benar bug?”
“Kalau begitu dia untung sendiri! Di mana orang itu?”

Aku sudah jauh dari sana, bersembunyi di lorong belakang bersama Namgung Myung.

Ia masih terengah-engah.
“Dermawan… apa skala itu benar-benar rusak?”

“Aku tidak tahu.”

Aku menatap jendela pesan yang masih berkedip.

Tidak ada bug di dunia ini.

Rambutku bernilai tinggi karena aku mewarisi kisah Raja Ketakutan.
Namun seseorang—entah siapa—menolak kebenaran itu, memaksa menulis ulang dunia ini sebagai “malfungsi.”


[‘Recorder of Fear’ yang menulis untuk <Vedas Biotech> menatapmu dengan tidak senang.]


“Gungmyung-ssi, kenapa para Recorder of Fear ada di sini?”

Mata Namgung Myung melebar perlahan.
“Dermawan… apakah kau dipilih oleh salah satu Recorder itu?”

“Apa maksudmu?”

“Oh… jadi bukan.” Ia menghela napas kecewa. “Kadang-kadang, Recorder of Fear memilih inkarnasi yang menonjol di New Murim District. Biasanya mereka yang cepat naik jadi Executive.

Pilihan dari Recorder?
Apa gunanya Recorder memilih inkarnasi? Ini bukan sponsorship.


[Anda telah menarik minat ‘Recorder of Fear’ di area ini.]
[Beberapa ‘Recorder of Fear’ menawarkan Anda kontrak perekaman.]
[Anda dapat memilih Recorder yang akan mencatat kisah Anda.]


Tunggu—apa?


[Jika Anda menerima Recording Contract, para Recorder akan mencatat Anda di Final Wall.]
[Recorder akan menulis ulang kisah ini agar menguntungkan Anda.]
[Kisah yang direkam melalui kontrak ini akan memperoleh peningkatan status besar di <Star Stream>!]


Pesan-pesan berdatangan tanpa henti.


[Seorang Recorder tanpa dukungan menawarkan untuk mencatat kisah Anda.]
[Seorang Recorder yang gemar melakukan penipuan besar menawarkan untuk mencatat kisah Anda.]
[Seorang Recorder yang menyukai karakter bermata sipit ingin mencatat kisah Anda.]


Namun di antara semua itu, satu pesan khusus menarik perhatianku.


[Seorang Recorder yang membenci regresi ingin mencatat kisah Anda.]

913 Episode 51 8 years (5)

Aku terdiam sejenak, menatap julukan itu berulang kali.

Seperti halnya para Konstelasi, para Recorder juga memiliki modifier mereka sendiri. Sama seperti Asmodeus dikenal sebagai ‘Demon King of the Cinema’ dan Lycaon sebagai ‘Prince of Wolves’.

Namun, sebelum memperkenalkan modifier mereka secara penuh, para Recorder terkadang menggambarkan dirinya dengan kalimat singkat yang memuat karakteristik khasnya.

Kali ini pun begitu.

「 Seorang Recorder yang membenci regresi. 」

Kalimat yang sangat spesifik.
Dengan karakteristik seperti itu, hanya ada beberapa sosok yang langsung terlintas di kepalaku.

Kandidat pertama — Yoo Joonghyuk dari kisah utama.

Dia adalah ‘Regressor’ pertama yang berhasil lolos dari siklus regresi setelah sekian banyak kehidupan yang berulang.
Dan di akhir cerita utama, dia juga memperoleh sifat ‘Penulis’.
Jika begitu, bukan tidak mungkin kekuatannya berkembang menjadi seorang Recorder.

Kandidat kedua — Han Sooyoung, penulis Ways of Survival.

Dia juga telah menulis begitu banyak tentang regresi; jadi kalau dia menggunakan retorika “benci regresi”, itu masih masuk akal.

Dan kandidat ketiga — Jaehwan, sang Monarch Slayer.

Setahuku, dia pun telah menulis kisahnya sendiri, sehingga bisa saja ia juga memperoleh sifat seorang Recorder setelah berpindah ke Star Stream.

Namun… entah kenapa, kemungkinan itu terasa janggal.
Jika itu benar-benar Jaehwan yang kukenal, dia pasti akan lebih dulu menebasku daripada menawarkan kontrak semacam ini.

Jadi siapa, sebenarnya?

Jika Recorder Who Hates Regression ini memang salah satu dari ketiga orang itu, aku tak punya banyak yang perlu ditakutkan.

Tapi—bagaimana jika bukan?

Bagaimana jika ini hanyalah Recorder dengan niat busuk, menyamar dengan retorika indah “benci regresi” untuk menipuku?

Aku menarik napas pelan.
“Aku tidak akan memilih siapa pun.”


[Story ‘Heir of the Eternal Name’ terkekeh, seolah sudah tahu kau akan berkata begitu.]


Tak lama kemudian, pesan dari para Recorder bermunculan.


[‘Recorder of Fear’ yang belum mendapat dukungan menggeleng pelan.]
[‘Recorder of Fear’ yang gemar penipuan besar kecewa pada keputusanmu.]
[‘Recorder of Fear’ yang menyukai karakter bermata sipit tertarik pada pilihanmu.]
[‘Recorder of Fear’ yang menulis tentang <Vedas Biotech> memelototimu dengan kesal.]


Jujur saja, bahkan tanpa mempertimbangkan siapa pun, aku memang tidak berniat menerima tawaran itu.

Karena aku pun memiliki kualifikasi untuk menjadi seorang Recorder of Fear.
Aku tidak butuh orang lain untuk menulis ulang kisahku.

Namun Namgung Myung tampak terkejut mendengar jawabanku.
“B-Benefactor, apa Anda benar-benar menolak kontrak perekaman itu?”

Aku hanya tersenyum.

Mungkin karena merasakan sesuatu yang aneh di balik senyumku, ia mulai bicara tergesa-gesa.
“Kalau Anda menandatangani kontrak itu, Anda bisa memperoleh probabilitas luar biasa! Anda bisa memenangkan pertempuran yang mustahil, bahkan selamat dari ancaman kematian! Tawaran seperti itu tak boleh—”

Setiap keuntungan di <Star Stream> selalu datang bersama harga yang sepadan.
Terutama jika menyangkut probabilitas, aspek paling berbahaya dari seluruh sistem ini.

Menang dalam pertarungan mustahil?
Memang terdengar menggoda. Tapi aku bukan tipe orang yang tergoda oleh keuntungan sesaat.


[Anda menolak ‘Recording Contract’.]
[Beberapa ‘Recorder Mengerikan’ terguncang oleh keputusan Anda.]


Tsu—tsu—tsu—!
Percikan cahaya menjalar di udara, lalu...

[Masih sama saja. Jadi kau tidak memilih siapa pun lagi kali ini?]

Kepala berbulu putih melayang di udara.

Aku melambaikan tangan ringan.
“Sudah lama tak bertemu, Bihyung.”


[‘Dokkaebi Penanggung Jawabmu’ telah dipanggil!]


Waktunya tiba — ‘Pertemuan Tunggal.’

‘Pertemuan Tunggal’ bersama Dokkaebi selalu berlangsung di dalam “Topi” milik masing-masing Dokkaebi.

Jadi ini... Topi milik Bihyung?

Ruangan itu jauh lebih luas daripada yang digambarkan di kisah utama — nyaris seperti suite hotel mewah.

Sepertinya pangkat Bihyung sudah naik jauh.

“Kau tinggal di tempat yang bagus juga rupanya.”

[Heh, tentu saja. Aku sekarang Dokkaebi tingkat tinggi.]

Bihyung dengan bangga membusungkan dada dan membersihkan tenggorokannya.

[Sudah tahu kenapa aku memanggilmu?]

“Kurang lebih.”

Aku adalah satu-satunya yang selamat dari Fear Realm.
Selama itu, aku bahkan sempat melintasi worldline lain melalui Time Fault.

“Ini tentang Returnee Scenario, bukan?”

[Benar. Tapi ada sedikit masalah, jadi aku tidak bisa mengaktifkannya sekarang.]

“Masalah?”

[Untuk mengaktifkan Returnee Scenario, dibutuhkan tiga hal: otoritas Biro Manajemen, perhatian para Konstelasi, dan jumlah Returnee yang mencukupi.]

“Kalau begitu, masalahnya jelas di syarat terakhir.”

Bihyung menaikkan alis, tampak penasaran.

[Kau tahu banyak juga.]

Aku hanya mengangkat bahu.

[Kau benar. Aku bisa mengamankan otoritas dan perhatian Konstelasi, tapi masalahnya... tidak ada Returnee lain selain kau.]

Aku mematung.
“Tidak ada satu pun?”

[Beberapa waktu lalu sempat ada acara besar: Return War Special. Tapi… ada seseorang yang membantai semua peserta lain. Akibatnya, seluruh scenario terhapus. Sejak itu, Returnee Scenario ditangguhkan sementara.]

Seseorang membunuh seluruh Returnee sebelum aku?
Siapa yang bisa melakukan hal seperti itu?
Jangan-jangan… Jang Hayoung?

[Pokoknya, kali ini Returnee Scenario tidak akan muncul.]

“Bagus juga,” gumamku pelan.

Kalau skenario itu muncul di situasi sekarang, pasti ribet setengah mati.

Tapi Bihyung belum selesai.

[Scenario berikutnya akan jauh lebih sulit. Bersiaplah.]

“Kalau hadiahnya sebanding, tak masalah.”

[Heh... tapi kau yakin?]

“Aku bisa menanggung kesulitan kalau imbalannya bagus. Oh ya, soal hadiah Fear Realm—belum kudapat.”

[Ah, iya juga!]

Bihyung mengelap keringat di dahi, matanya sibuk menggeledah kantong kecil di pinggang.

“Jangan coba-coba kasih hadiah murahan. Ini Fear Realm, Bihyung.”

Ia terdiam sejenak.

“Kau tahu apa saja yang kulalui, kan? Aku bergabung dengan Transcendent Alliance, menumbangkan Fear tingkat Natural Disaster, melepaskan yang level End, lalu dikepung Konstelasi Myth-level yang hampir membunuhku!”

Wajah Bihyung menegang, lalu buru-buru mengaduk-aduk kantongnya lagi.

“Dan kalau kau lupa, aku bahkan sempat melawan Apocalypse Dragon di worldline lain.”

(Kenyataannya, aku hanya terkena gelombang kejut naga itu—tidak benar-benar bertarung.)

Akhirnya, Bihyung mengeluarkan sebuah kotak bercahaya.


[Anda memperoleh ‘SSS-Grade Skill Selection Box’.]


Aku menatapnya.
“Hmm.”

Wajahku tetap datar, tapi dalam hati aku terkejut.

SSS-grade skill.

Itu bukan main-main. Bahkan [Sage’s Eye] milik Yoo Joonghyuk saja hanya SS-grade.

Dan ini bukan sekadar skill SSS, tapi selection box.

“Skill SSS? Hanya itu? Ini bahkan belum sepadan dengan satu Natural Disaster-level Fear.”

Aku bersikap seperti Kim Dokja: selalu menawar lebih.

Bihyung menggertakkan gigi.
[Baiklah, baiklah! Ini tambahan!]

Aku mengerling.
“Tambahan?”

Bihyung mengeluarkan kotak lain.


[Limited Edition Random Relic Box.]


Kata “Relic” langsung menarik perhatianku.

“Relic? Yang seperti punya Konstelasi itu?”

[Aku dengar item ini baru dibatalkan produksinya. Tapi masih ada stok tersisa.]

Aku melirik label harganya—5 juta coin per buah.
Kalau hasilnya acak, siapa yang mau beli ini?

“Orang bodoh macam apa yang merilis barang seperti ini—”

Wajah Bihyung menggelap.

[Ahem. Pokoknya, cukup kan hadiahnya?]

“Mungkin hanya akan keluar Relic tingkat Historical.”

[...Aku kasih dua.]


[Anda memperoleh dua ‘Limited Edition Random Relic Box’.]


Lumayan.
Dua Relic sekaligus bukan hasil yang buruk.

Relic bisa diperkuat lewat story pengguna, jadi tingkatnya tidak terlalu penting.


[Dan sekarang…]

“Tunggu, coin-ku mana? Itu termasuk hadiah juga, bukan?”

Bihyung mendesah pelan, lalu menjentikkan jarinya.


[Anda menerima 2.000.000 Coin sebagai hadiah skenario!]


Aku menatap angka itu tak percaya.
“Dua juta? Dalam sekali dapat?”

[Heh, kau pantas. Lagipula kau mengalahkan Natural Disaster Fear, bahkan melawan Apocalypse Dragon, kan?]

“Kau tidak benar-benar melihat aku melawan naga itu, kan?”

[Kau bilang sendiri. Aku percaya padamu.]

Aku menyipit. “Ada maksud lain, ya?”

Bihyung mengalihkan pandangannya—sikap klasiknya setiap kali menyembunyikan sesuatu.

“Jujurlah, Bihyung. Ada apa sebenarnya? Jangan bilang bencana besar akan melanda Murim?”

Aku menebak berbagai kemungkinan dalam hati.

Kalau Dokkaebi seperti Bihyung tiba-tiba begitu dermawan, pasti ada sesuatu yang besar.

Mungkin bencana alam setara Natural Disaster akan bangkit.
Atau Yoo Joonghyuk tiba-tiba berubah jadi gadis cantik dan menjadi Raja Iblis baru di Murim—

Namun, yang keluar dari mulut Bihyung justru hal yang sama sekali tidak kuduga.

[Bagus. Kau menolak tadi.]

Aku terdiam.
Bihyung menatapku serius, lalu melanjutkan pelan.

[Menolak Recording Contract.]

914 Episode 51 8 years (6)

Aku terdiam sejenak.

Anak ini… sedang memujiku karena menolak kontrak perekaman?

“Apa maksudmu, Bihyung?”

Tentu saja, meski aku mengenalnya, aku tak bisa begitu saja percaya.
Dia tetaplah Dokkaebi — makhluk yang hidup di atas penderitaan dan kisah para inkarnasi.
Ia rela menukar nyawa demi tontonan yang menarik, bahkan dalam cerita utama pun, meski sempat mengorbankan dirinya untuk Kim Dokja, pada akhirnya ia tetap bagian dari sistem itu.

Jadi ucapan “aku senang kau menolak” jelas bukan karena dia peduli padaku.

“Aku memang menginginkanmu untuk menolak.”

“Kau yang tadi mengomel karena aku tidak memilih, kan?”

[“Kami para Dokkaebi tidak menyukai para Recorder of Fear.”]

Nada suaranya merendah sedikit, dan aku mulai memahami maksudnya.

Dokkaebi adalah penyiar dan pengatur narasi dalam <Star Stream>.
Mereka membuka saluran, mengelola skenario, dan memastikan cerita mengalir dengan plausibilitas yang cukup untuk memuaskan para Konstelasi.

Namun kini, muncul kelompok baru yang menyebut dirinya Recorder, menulis ulang narasi seenaknya, dan mengacaukan sistem yang mereka bangun.
Wajar saja jika para Dokkaebi membenci mereka.

[“Sampai sekarang, Recorder dilarang ikut campur langsung dalam skenario. Karena begitu mereka ikut menulis, seluruh plausibilitas cerita bisa hancur berantakan.”]

Aku mengangguk pelan.
Benar juga. Setiap Recorder of Fear yang kutemui sejauh ini—Asmodeus, Bicheonhori, Cheon Inho—memiliki kekuatan yang cukup untuk memutarbalikkan dunia jika mereka mau.

Dan ternyata, mereka sudah melakukannya.

[“Tapi belakangan, mereka melanggar larangan itu. Mereka mulai turun langsung ke skenario.”]

“Kontrak perekaman…”

[“Tepat sekali. Biro Manajemen pusing dibuatnya. Ini pertama kalinya mereka ikut campur secara langsung.”]

Bahkan dalam Ways of Survival, tak ada satu baris pun yang menyebut “Recording Contract.”
Artinya, apa yang terjadi di kota ini adalah anomali yang belum pernah ada di seluruh worldline Star Stream.

“Jadi, kau mau bilang apa? Jangan tandatangani kontrak semacam itu lagi?”

["Itu bukan satu-satunya alasan."]

Wajah Bihyung berubah serius.
[“Kau tahu, bagaimana seorang Recorder of Fear tercipta?”]

Aku mengingat pembicaraanku dengan Bicheonhori.

「 Aku tidak tahu pasti bagaimana Recorder of Fear lahir. Tiap Recorder memiliki pemicu yang berbeda. 」
「 Setiap Recorder menjadi Recorder karena alasan yang berbeda. 」

Lalu dia menyimpulkan semuanya dalam satu kalimat:

「 Mereka yang memiliki potensi untuk mencatat kisah yang layak disebut Mimpi Tertua.

Namun aku tak berniat mengungkapkan itu pada Bihyung.
Aku berpura-pura tidak tahu.
“Aku tidak tahu.”

[“Begitu, ya. Kalau begitu biar aku jelaskan. Sebagian besar Recorder of Fear itu… buatan.”]

Aku terpaku.
“Bisa kuaktifkan [Lie Detection]?”

[“Aku bersumpah atas nama Biro Manajemen.”]

Jika Dokkaebi bersumpah dengan nama Biro Manajemen, itu pasti benar.

[“Beberapa memang lahir secara alami, tapi sebagian besar dari mereka diproduksi massal oleh para lump itu. Mereka muncul dari orang-orang kuat yang gagal menamatkan skenario, lalu menjalin kontrak dengan makhluk yang disebut Devil of the Horizon.”]

“Kenapa mereka memproduksi Recorder sebanyak itu?”

[“Aku tidak bisa menjawabnya.”]

Aku menatapnya lekat-lekat.
“Semua Recorder di kota ini juga…?”

[“Kau memang cepat tangkapannya.”]

Pantas saja.
Di Fear Realm aku hanya bertemu empat Recorder, tapi di New Murim District jumlah mereka jauh lebih banyak.
Kalau mereka hasil produksi massal, semua jadi masuk akal.

“Jadi, apa maumu?”

Bihyung tersenyum licik.
[“Biro Manajemen ingin kau menyingkirkan para Recorder di New Murim District.”]

“Maksudmu membunuh mereka?”

[“Hei, kau pikir mereka bisa dibunuh semudah itu? Tidak. Cukup cegah mereka naik ke skenario berikutnya.”]

“Caranya?”

[“Tumbangkan inkarnasi yang menandatangani kontrak dengan mereka.”]

Ah, jadi itu alasan sebenarnya kenapa ia mengadakan Exclusive Meeting.

Aku menyipitkan mata.
“Dengan tangan kosong?”

[“Skenario terakhir kota ini akan segera dimulai. Apa pun cerita yang kau peroleh di sini, aku akan menaikkan peringkatnya satu tingkat.”]

Aku nyaris tertawa.
Penawaran itu gila.

Artinya, jika aku mendapatkan Legendary Tale, ia akan meningkat menjadi Semi-Mythical.
Kalau aku memperoleh Semi-Mythical, ia akan naik menjadi Mythical.

Untuk seseorang sepertiku yang belum punya kekuatan cukup untuk menandingi Konstelasi tingkat Myth, tawaran itu… luar biasa.

“Tapi risikonya terlalu besar. Tidak ada dukungan tambahan?”

[“Aku sudah memberimu hadiah besar, kan? Dukungan penuh mustahil. Probabilitas di sini sudah terlalu rumit karena ulah para Recorder.”]

“Kalau aku gagal, bukankah justru memperparah keadaan Biro Manajemen?”

[“...Baiklah. Akan kuajukan permintaan. Kau mungkin bisa dapat sedikit bantuan. Tapi kalau pun ada, itu terbatas.”]

“Petunjuk, mungkin? Misalnya tempat mereka berkumpul?”

[“Kau pasti lebih tahu. Kau sudah pernah bertemu Recorder lain, bukan?”]

“Setidaknya aku tahu wajah mereka.”

[“Kudengar ada subspace yang hanya bisa diakses oleh Recorder. Tapi aku sendiri bukan Recorder, jadi tidak tahu pasti.”]

Subspace khusus Recorder… informasi yang sangat berguna.

“Baik, aku terima.”

[“Jadi kau setuju? Akan kuberi Sub Scenario.”]

Aku tersenyum miring.
“Sejujurnya, hadiahnya masih kurang.”

[“Dasar serakah…”]

Tentu saja aku sengaja menekan.

“Kalau aku hanya dapat cerita tingkat Historical, meski naik satu tingkat, hasilnya cuma Legendary. Kau pikir itu menguntungkan?”

[“Tidak mungkin yang kau dapat hanya Historical. Tapi baiklah…”]

Aku memotongnya.
“Lagipula, dari sudut pandangku, tidak ada alasan untuk bentrok dengan para Recorder. Lebih menguntungkan kalau aku duduk santai menunggu skenario berakhir. Aku bahkan sudah menyiapkan Reincarnator’s Bus untuk naik nanti.”

[Reincarnator’s Bus?]

“Ada semacam itu.”

Padahal tentu saja aku berbohong. Tapi trik semacam ini penting untuk menambah harga diri di hadapan Dokkaebi.

Namun ekspresi Bihyung justru berubah aneh.
[“Kupikir kau akan lebih marah pada para Recorder daripada siapa pun.”]

“Marah? Maksudmu apa?”

[“Sudah lupa apa yang terjadi di Recycling Center?”]

Aku memejamkan mata, mengingat kembali.
Di sana, aku memang bertarung dengan Lycaon, salah satu Recorder paling kuat, tapi aku tak menyimpan dendam. Kalau pun ada, hanya rasa terima kasih.

[“Kau tidak sadar waktu itu? Kau tahu apa kekuatan sebenarnya para Recorder, bukan?”]

Aku mengingat kembali Cheon Inho.
“Mereka merekam, kan?”

[“Benar. Ketika mereka merekam masa lalu, itu menjadi sejarah. Tapi jika mereka merekam masa depan…?”]

Aku membeku.
“…Maksudmu [Fate]?”

Bihyung tersenyum puas.

Aku pernah dijatuhi [Fate] di Star Ladder dan Recycling Center.
Dan karena nasib terkutuk itu, aku kehilangan Hyung-ku, dan menjadi buangan.

Rasa amarah yang lama terkubur kembali mendidih di dadaku.

“Jadi, ‘Fate’ yang ditetapkan oleh Great Nebulae dulu… ada hubungannya dengan para Recorder di sini?”

[“Tepat sekali.”]

Bihyung tertawa pelan.
[“Semua Recorder yang dulu menulis ‘takdirmu’ atas perintah Nebula Agung kini berkumpul di New Murim District.”]


[Anda telah menerima Sub Scenario baru.]


Pertemuan pribadiku dengan Bihyung berakhir.
Begitu aku keluar dari dalam Topi Dokkaebi, pesan-pesan segera bermunculan.


[Konstelasi ‘Bald Leader of Justice’ bertanya ke mana saja kau menghilang.]
[Konstelasi ‘God of Wine and Ecstasy’ merajuk karena ingin melihat isi topi Dokkaebi.]
[Recorder yang menyukai karakter bermata sipit berkomentar bahwa memang, orang bermata sipit menyimpan banyak rahasia.]


Tatapan Konstelasi dan Recorder langsung tertuju padaku.
Wajar, setelah membuat kekacauan di Auction House, aku tiba-tiba menghilang begitu saja.

Suara Bihyung terdengar di telingaku melalui komunikasi khusus Dokkaebi.

—“Kalau begitu, aku titip semuanya padamu. Hubungi aku kalau ada apa-apa.”

“Bihyung, satu hal terakhir.”

—“Apa?”

“Di mana para rekanku sekarang?”

Itulah pertanyaan yang paling ingin kutanyakan.

—“Aku tidak bisa memberitahumu. Itu melanggar probabilitas.”

Jika sekadar memberi tahu lokasi saja sudah melanggar probabilitas, maka alasannya jelas.

「 Rekan-rekanku telah menjadi eksistensi yang terlalu tinggi. 」

Setelah hening sejenak, Bihyung menjentikkan jarinya.


[Peringkat Emosi Mingguan telah ditutup.]
[Anda menerima hadiah yang sesuai.]
[Anda menerima 500 D-Coin.]


Bersamaan dengan pancaran koin, sebuah layar muncul di udara.


[Emotional Rankings Anda akan direkam dalam All-Time Emotion Rankings.]


Aku menatap daftar itu.
Nama-nama yang muncul membuat dadaku sesak.

3rd place. Pecahan Tentakel Outer God tingkat Natural Disaster — 9000 D-Coin.
Nama: Kang Ilhun. (Killer King.)

6th place. Dua lengan Outer God Natural Disaster — 8500 D-Coin.
Nama: Lee Seyeon. (Yerin.)

8th place. Bagian bawah tubuh Outer God rusak berat — 8100 D-Coin.
Nama: Min Jiwon.

9th place. 85 Outer God tingkat Disaster rusak ringan — 7800 D-Coin.
Nama: Lee Dansu.

Bahkan nama si editor dan ahjussi itu pun ada.

Itulah sejarah rekan-rekanku — delapan tahun perjuangan mereka di neraka ini.

Bihyung tidak berkata apa pun, tapi aku tahu alasannya.
Ia ingin aku melihat.
Melihat dengan mataku sendiri betapa keras mereka bertahan.

Lalu, sebuah pesan terakhir muncul.


[Emotional Ranking Anda saat ini: 2nd place.]
[Apakah Anda ingin mendaftarkan nama Anda di peringkat?]


Peringkat kedua.
Artinya ada satu orang di atas.

Aku menggulir daftar itu lagi.

1st place. Potongan kuku tak teridentifikasi — 10.000 D-Coin.
Nama pengirim: ■■■ (tersembunyi).

Aku menatap nama yang disensor itu lama-lama.

Suara Bihyung bergema samar di telinga.

—“Bersiaplah. Skenario terakhir kota ini akan dimulai malam ini.”

Aku tersenyum tipis.
“Tenang saja.”

Setidaknya, dalam skenario kali ini—
aku bukan lagi orang yang harus ‘menyadarkan diri’.

915 Episode 51 8 years (7)

Setiap orang pasti punya satu kalimat favorit dari sebuah cerita.

「 Karena ‘aku’, pada akhirnya, tersusun dari hal-hal yang bukan diriku. 」

Kalimat itu muncul di bab 252 dari kisah utama.

Adegan di mana Kim Dokja membuktikan dirinya sendiri—terjebak dalam skenario Kim Dokja yang asli.

Ketika ditanya tentang adegan favoritnya, Kyung Sein selalu memilih adegan itu.
Bahkan jika tak seorang pun menganggapnya istimewa, dia tetap memilihnya.

Dan setiap kali melihat adegan itu hanya mendapat satu suara—suaranya sendiri—Kyung Sein merasa seolah adegan itu ditulis hanya untuknya.

Kenapa dia begitu menyukai adegan itu?

「 “Hei, serangga.” 」

Mungkinkah karena sejak kecil tubuhnya kecil dan kurus?

「 “Tidak mau menjawab, hah?” 」

Atau karena teman-temannya selalu mengejek kulitnya yang pucat?

「 “Hei, hentikan! Kau mau diskors lagi karena mengganggu Minwoo?” 」

Atau mungkin karena, di lubuk hatinya, dia ingin percaya bahwa semua kenyataan di sekitarnya tidak benar-benar nyata.

「 Di antara ribuan Kim Dokja yang melarikan diri, hanya ada satu pria yang mengenali ‘Kim Dokja yang sesungguhnya’. 」

Kyung Sein memikirkan bab itu lama sekali.
Dia bahkan menyalinnya di buku catatan kecil.

Dia begitu mencintai adegan itu.

Sulit baginya menjelaskan alasannya, tapi Kim Dokja di adegan itu… terasa seperti sedang berbicara langsung padanya.

Tak ada seorang pun yang benar-benar tahu siapa dirimu. Hanya dirimu sendiri yang tahu.

Itulah sebabnya Kyung Sein, yang jarang membaca buku, akhirnya membaca novel itu sampai selesai.

Novel itu tidak sekejam Ways of Survival karya Kim Dokja, namun tetap menjadi satu-satunya novel yang paling sering ia baca dalam hidupnya.

Setelah menamatkannya, dia mulai memilih bagian-bagian yang disukainya dan membacanya ulang.
Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, dia meninggalkan komentar di internet.

—Aku suka Jung Heewon.

Mungkin itu adalah komentar pertama yang pernah ia tulis di dunia maya.

Anak yang dulu bahkan takut keluar rumah… akhirnya berbicara kepada dunia untuk pertama kalinya.

Dan mungkin, satu kalimat itu—mengubah hidupnya.

—Kau mau bergabung di komunitas kami?

Beberapa pembaca yang tertarik padanya mengajaknya bergabung dengan komunitas penggemar.

—Tapi konsepmu cuma komentar Jung Heewon setiap saat, ya?

Di komunitas itu, Kyung Sein bisa berbicara tentang novel yang disukainya. Ia belajar bagaimana berdiskusi, bagaimana berdebat dengan sopan.

—Komentar konsep harus lucu, lho.

Di sana, mungkin ada banyak “Kim Dokja” yang mengajarinya.
Bagaimana berbicara dengan empati.
Bagaimana menatap lawan bicara.
Bagaimana mendengarkan sebelum menanggapi.

—Dan sebelum bercanda, baca dulu komentar orang lain.

Hal-hal sederhana yang tak pernah diajarkan oleh orang tua atau gurunya.

Sekitar waktu itu, ia mulai berolahraga.
Dan entah bagaimana, tubuhnya mulai berubah.
Setiap kali ia melakukan push-up atau squat, ototnya perlahan terbentuk.

Saat tubuhnya membesar, teman-teman yang dulu menindasnya mulai menjauh.

Mungkin karena itulah dia mulai percaya pada keajaiban kecil di dunia ini.

Sejak hari itu, Kyung Sein mulai memposting foto ototnya di komunitas.
Setiap hari, satu komentar.
Satu cerita kecil tentang bagaimana ia bertahan hidup.

Itu adalah caranya… untuk hidup.


“Dia masih hidup, kan?”

Dan kini, di sisinya, ada rekan-rekan yang juga bertahan dengan cara mereka masing-masing.

“Tentu saja dia hidup.”

Pria dewasa yang santai namun hangat — Dansu ahjussi.

“Tenang saja. Kalau dia dalam bahaya, tak mungkin dia tidak menghubungiku.”

Sosok penuh percaya diri — Killer King Cha Sungwoo.

“Dia pasti hidup.”

Cha Yerin, yang selalu berbicara dingin tapi diam-diam paling peduli.

“Scenario baru akan segera terbuka. Mari kita bersiap, pembaca-ssi.”

Bahkan Ye Hyunwoo, yang paling tenang di antara mereka, tetap memandang ke depan.

Meskipun mereka semua hanyalah karakter di dalam novel, meskipun kematian selalu mengintai,
mereka percaya bahwa selama bersama, mereka bisa membaca akhir cerita ini sekali lagi.

Itulah keyakinan mereka.


「 Hari itu, sebelum ‘Great Hall’ terbuka. 」

Hari di mana langit terbelah dan ‘makhluk tanpa nama’ jatuh dari langit.
Hari ketika para inkarnasi di semenanjung Korea lenyap dalam jeritan.

Hari ketika Outer God agung yang tak pernah bisa mereka bayangkan menatap bumi.

Mungkin, hari itu adalah akhir dari dunia Kyung Sein.

Keputusasaan karena tak bisa melihat akhir skenario.
Ketakutan karena dunia ini bukan lagi 『Omniscient Reader’s Viewpoint』 yang mereka kenal.

“Dokja-ssi—”

Mereka semua berteriak.

Mereka tahu dia bukan Kim Dokja yang mereka kenal.
Namun, mereka tetap percaya… jika dia adalah Kim Dokja, dia akan bisa memperbaiki segalanya.

Tsutsutsutsu—

Suatu hari, badai mengguncang langit skenario. Sebuah meteor jatuh dari angkasa.

“Protagonis telah kembali.”

Suara itu milik Killer King, terdengar seolah kesurupan.
Aneh, pikir Sein. Kalau memang Kim Dokja yang kembali, seharusnya dia berkata “Kim Dokja telah kembali”.
Tapi ia berkata — “Protagonis telah kembali.”

Dan di belakangnya berdiri seseorang.

「 Kim Dokja ada di sana. 」

Wajahnya, pakaiannya, ekspresinya — tak diragukan lagi.

Namun, saat melihatnya… Kyung Sein tahu.
Kalimat yang selalu ia sukai itu berbicara padanya kini.

Kim Dokja yang berdiri di hadapannya bukan Kim Dokja yang ia tunggu.

「 “Namaku…” 」

「 “Aku adalah ■■■.” 」


Kyung Sein terbangun dengan napas tersengal.
Punggungnya basah oleh keringat dingin.
Semuanya hanya mimpi — mimpi dari masa lalu yang sudah jauh…

“Ah.”

Dia menatap kosong, lalu membuka buku catatan di pelukannya.
Tulisan tangannya yang miring masih ada di sana.

aku
pada akhirnya
bukanlah aku

Potongan kalimat yang dulu ia cintai kini hanya tersisa serpihan.
Ia bahkan tak lagi ingat seperti apa bentuk aslinya.

Cerita yang dulu ia cintai… telah lenyap dari dunia ini.


「 “Sein-ssi.” 」

Sosok itu berdiri di hadapannya.
Wajahnya pucat, matanya dingin — Kim Dokja.
Pahlawan yang telah menaklukkan seluruh skenario kini menatapnya datar.

「 “Tolong tetap di sini.” 」

「 “Kenapa? Kenapa aku tidak boleh ikut?” 」

Dia tahu dirinya lemah.
Atributnya biasa saja, skill-nya rendah.
Sudah berlatih keras untuk menjadi tank seperti Lee Hyunsung, tapi tetap tak cukup kuat.

Namun dia tetap berusaha.
Dia percaya—usaha pasti diakui.

「 “Kami butuh seseorang untuk menjaga tempat ini.” 」

Ada cerita-cerita seperti itu di dunia.
Cerita yang tak pernah dibaca orang lain.
Seperti postingan latihannya yang tak disukai siapa pun.

「 “Kenapa kau berkata begitu? Kau—” 」

Dia tahu alasan Kim Dokja meninggalkannya.
Karena dia tidak berguna.
Karena dia beban.

Namun jika memang begitu, kenapa tidak jujur saja?
Kenapa harus membuatnya terlihat menyedihkan begini?

「 “Aku juga bisa.” 」

Dan Sein berkata.
Dengan suara bergetar, tapi jelas.

「 “Kim Dokja yang kukenal tidak berbicara sepertimu. Kau—” 」

Ia tahu ia tak seharusnya mengatakan itu, tapi bibirnya terus bergerak.

「 “Kau bukan Kim Dokja yang kuingat.” 」

Dan seketika, dunia berubah menjadi putih.

Ia berdiri di hamparan salju abadi.

「 “Tentu saja. Karena aku tak pernah berniat menjadi makhluk itu.” 」

Tangan putih pucat mendekat perlahan.

「 “Siapa kau sebenarnya?” 」

Dia ketakutan.
Sosok di depannya—makhluk yang mengaku sebagai Kim Dokja ini—terlalu asing.

「 “Mereka memanggilku ‘Kim Dokja dari Padang Salju’.” 」

Tangan dingin itu menyentuh dahinya.
Seketika pikirannya kusut.
Sesuatu tersedot dari dalam dirinya—seolah bagian dirinya yang paling berharga sedang diambil.

Dan setelah sesaat, dia melepaskannya.

「 “Setiap fragmen berguna. Bahkan jika kau mengumpulkan seratus persen…” 」

Kata-kata yang tak bisa dimengerti.

Kyung Sein berlutut.
Tubuhnya lemah, jiwanya goyah.
Dan udara dingin menyelimutinya.

「 “Sekali lagi, Sein-ssi. Tetaplah di sini. Kau tak perlu melanjutkan ke skenario berikutnya.” 」

Kyung Sein hanya mengangguk.

「 “Mulai sekarang, keberadaanmu hanya punya satu tujuan.” 」

Sebuah jimat muncul di hadapannya — Transmission Pad.
Alat untuk mengirim pesan dari skenario rendah ke skenario tinggi.

「 “Suatu hari nanti, ‘dia’ akan muncul lagi. Saat itu, robeklah kertas ini.” 」

Ia mengangguk lemah.

「 “Jika kau menyelesaikan misi ini, aku akan memulangkanmu ke duniamu.” 」

Kyung Sein membuka kembali buku catatannya.
Di dalamnya, terselip talisman yang diberikan padanya hari itu.

Dan di balik talisman itu—tertulis sebuah catatan kecil.

「 Kim Dokja yang asli. 」

Mata menyipit yang dirindukannya.
Senyum khas itu—senyum yang seolah tahu segalanya.

Mengingat wajah itu, Kyung Sein nyaris menangis.

“Kenapa…”

Orang yang dulu paling ia rindukan…

Kini menjadi orang yang paling ia harap tak pernah muncul lagi.

“Inho-ssi… kenapa baru sekarang?”

“Sudah terlambat. Tidak ada yang bisa diubah.”

Ia menatap talisman itu sekali lagi.
Cukup dengan merobeknya—semuanya akan berakhir.

Namun tangannya gemetar.
Ia hanya bisa memandangi kertas itu lama-lama, lalu melipatnya rapi dan memasukkannya kembali ke dalam buku catatan.

‘Aku tahu… aku tak bisa mengubah apa pun.’

Dunia sudah di ambang kehancuran.
‘Kim Dokja’ yang kini memimpin bukan lagi manusia—ia adalah sesuatu yang bahkan Konstelasi Nebula Agung pun tak bisa dekati.

Namun—

“Adegan seperti ini tidak seharusnya ada…”

Kyung Sein bangkit, terhuyung.
Ia harus menemuinya.
Ia harus memperingatkannya.
Bahwa ia harus pergi dari kota ini, sebelum segalanya terlambat.

Kugugugugu—!!

Tanah bergetar. Rumahnya berguncang hebat.

“Executive!”

Namgung Myung menerobos masuk, wajahnya pucat pasi.

Kyung Sein menatap keluar jendela.
Puluhan inkarnasi berkumpul di depan gedung.

“Benarkah ini tempatnya?”
“Ya, aku dengar dia bergabung ke sini.”
“Gila… dari semua perusahaan, kenapa ke situ…”

Begitu melihat mereka, ia langsung tahu.

<Vedas Biotech>.

Inkarnasi dari korporasi besar.

“Hati-hati. Katanya supervisor <Tamra Heavy Industries> dihabisi oleh orang itu.”
“Makanya. Mereka pantas dapat balasan.”

“Oh, jadi kau yang namanya Kyung Sein.”

Semua mata tertuju padanya.

Kyung Sein menarik napas panjang.
“Para Pahlawan, apa maksud kedatangan kalian?”

“Jangan berpura-pura polos.”

Nada mereka kasar, tanpa sedikit pun hormat pada statusnya sebagai Executive.

Supervisor <Vedas Biotech> maju selangkah.

“Kembalikan D-Coin yang kau curi.”

“…Apa?”

“Jangan pura-pura bodoh. Aku bicara tentang D-Coin hasil eksploitasi bug siang tadi! Karena itu, aku kehilangan hadiah peringkatku!”

“Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan, tapi tampaknya ada kesalahpahaman.”

“Kau benar-benar tidak paham, ya?”

Dari kerumunan, seorang pria melangkah maju.
Kerumunan langsung terbelah—dan aura yang ia pancarkan membuat Kyung Sein menelan ludah.

‘Tingkat eksekutif.’

Tak diragukan lagi, pria ini adalah Executive <Vedas Biotech>.

Makhluk yang sudah selevel dengan Narrative-grade sponsor.

“Kenapa seorang Executive sampai turun tangan sendiri…”

“Aku dirugikan oleh karyawan perusahaanmu. Aku menuntut kompensasi.”

“Berapa banyak?”

“50.000 D-Coin.”

Kyung Sein terdiam.
Jumlah itu tak masuk akal.

Ia tertawa pelan—lalu makin keras.

“Kenapa kau tertawa?”

Dia sendiri tak tahu.
Mungkin karena sadar tawa ini akan menuntunnya pada kematian.

Tapi rasa déjà vu itu… begitu familiar.
Perasaan yang hanya muncul ketika sesuatu besar akan terjadi.

“Rasanya nostalgia, ya.”

Kalau pun ini hanya harapan kosong—setidaknya, ia bisa merasakan perasaan ini sekali lagi.

“Kalau kau tertawa lagi—”

“Kenapa seseorang tertawa?”

Suara itu bukan miliknya.

Seseorang berdiri di pagar rumah.

“Tentu saja karena kau lucu.”

Senyum itu—mata yang menyipit itu—tak salah lagi.

Inho-ssi.

Kyung Sein langsung mengirim [Transmission].

—Lari. Kita harus keluar dari kota ini.

Tapi pria itu turun dengan langkah ringan dan berdiri di sampingnya.

Kerumunan berbisik heboh.

“Itu dia.”
“Serius?”

Supervisor mengangkat tangan kanannya.

“Habisi dia.”

Ledakan energi luar biasa melanda area itu.

Kyung Sein menjerit dan maju—

Namun sebuah lentera muncul di hadapannya.

Cahaya itu menahan serangan dengan mudah.

Sorak dan teriakan bergema.

Pria itu belum menoleh, tapi suaranya jelas terdengar.

“Jangan khawatir, Sein-ssi.”

Punggung itu—punggung yang ia kenal baik.
Namun kini, bahkan Infinite Dimensional Subspace Coat-nya pun penuh bekas sayatan.

“Delapan tahun.”

Kyung Sein baru menyadari.

Delapan tahun telah berlalu bagi mereka—dan juga baginya.
Dan kini, pria itu kembali.

“Aku sudah cukup kuat sekarang.”

Senyum itu—
senyum khas sang protagonis yang dulu ia kagumi—

akhirnya kembali.


 

Nunaaluuu Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review