Minggu, 02 November 2025

Epilogue 1 - The World of Zero

Ch 517: Epilogue 1 - The World of Zero, I

Pemandangan kosmos yang luas terlihat di balik jendela hitam pekat. Aku menyandarkan keningku pada kaca dingin itu dan menatap dunia gelap itu tanpa berkata apa pun.

Aku tidak tahu sudah berapa lama. Aku ingin menoleh; kurasa kalau aku melakukannya, mungkin mereka masih duduk di kursi mereka saat ini.

⸢Kim Dokja akhirnya berhenti menangis.⸥

"Aku tidak menangis, dasar bodoh."

⸢Dia berbohong juga.⸥

"…Sampai kapan kau mau jadi narator? Ceritanya sudah selesai."

[The Fourth Wall] terkekeh. Aku sedikit terhibur oleh tawa itu dan kembali menatap ke luar jendela.

Orang-orang yang ingin kulihat sudah tak lagi tercermin di kaca. Planet Bumi yang dulu kutinggali kini sudah sangat jauh, tak terjangkau.

Tentu saja, bukan berarti aku tidak ada di sana.

['Avatar' skill sedang aktif.]

[Karena pemisahan world-line, koneksi ke 'Avatar' telah terputus.]

[Avatar-mu akan melanjutkan hidupnya dengan kepribadian sendiri.]

Diriku yang 49%.

[Avatar tidak lagi berada di bawah kendalimu.]

Pria itu takkan pernah sadar bahwa dia hanyalah Avatar. Dia akan hidup happily ever after bersama para pendamping sebagai Kim Dokja.

⸢Ke napa 49%?⸥

"Aku mencoba membagi tepat jadi 50% masing-masing, tapi tidak berhasil."

⸢Ke napa 49%?⸥

Pertanyaan yang sama lagi; tak mungkin menyembunyikan apa pun dari [The Fourth Wall].

"Kau sudah tahu alasannya."

⸢T idak kamu banget⸥

"Justru, ini sangat aku."

Sesuatu yang pasti dilakukan oleh ‘Kim Dokja’ yang bodoh, kekanak-kanakan, dan egois dalam momen menentukan.

⸢2%.⸥

Angka itu adalah bukti—dan kebohongan—bahwa aku mengingat para pendamping lebih baik daripada Avatar-ku.

Meski tak ada seorang pun yang tahu versi diriku ini ada di sini, meskipun cerita para pendamping telah berakhir seperti itu… setidaknya aku bersumpah takkan pernah melupakan mereka.

⸢K au men yesal?⸥

Suara lembut terdengar dari kereta yang berderak. Interior subway yang sepenuhnya kosong tersaji di hadapanku. Tali pegangan yang tak tersentuh bergoyang pelan.

⸢Jan gan me rasa sepi⸥

"Aku tidak."

Aku mengatur napasku perlahan.

Aku pernah mengalami situasi serupa. Saat aku menjadi ‘Demon King of Salvation’ dan jatuh ke horizon cerita. Dalam beberapa hal, situasiku sekarang lebih baik. Setidaknya aku tidak terkena penalti meninggalkan skenario.

Yang berbeda hanyalah…

⸢Aku takkan pernah bisa bertemu para pendamping lagi.⸥

"…Apa aku harus tinggal di dalam subway ini selamanya?"

⸢T ing gal?⸥

"Aku bertanya apakah aku bisa keluar."

[The Fourth Wall] terdiam sejenak, lalu menjawab seakan merenungkan pertanyaanku.

⸢T idak ada kon sep 'keluar masuk' di sini⸥

"Maksudmu?"

⸢Tempat ini adalah sanctum. Tempat di mana 'Oldest Dream' tidur⸥

Setelah mendengar itu, aku mulai mengerti.

Setiap world-line yang berhubungan dengan ‘Ways of Survival’ adalah mimpi dari ‘Oldest Dream’.

⸢Semua dunia adalah mimpi yang diberi kehidupan dari tempat ini.⸥

"Flash!"

Semua jendela subway berubah menjadi layar.

Awalnya kukira itu iklan TAS yang terpasang di area khusus subway. Namun, adegan dari berbagai skenario mengalir di layar. Tentu saja, ini bukan sekadar iklan.

Tsu-chuchuchu…

Sakit kepala samar. Pemandangan world-line yang tersebar di semesta kini mengalir cepat.

Baru saat itu aku menyadari apa yang telah kujadi.

⸢Dia sekarang adalah 'Oldest Dream'.⸥

Aku melangkah ke jendela. Layar itu bergetar lembut seperti permukaan air, rapuh seakan bisa kupatahkan kapan saja.

⸢Kim Dokja merasa takut.⸥

Aku tak butuh orang lain untuk menyadarinya.

Setiap ‘cerita’ di dunia ini ada karena ada pembaca yang membacanya.

⸢Jika dia tidak melihat, dunia akan berhenti.⸥

Menatap dunia dan bermimpi tanpa henti…

⸢…Itulah beban 'Oldest Dream'.⸥

Aku perlahan menutup mata. Ini pilihanku. Dan jelas, bisa melihat lebih baik daripada tidak bisa.

Dan lagi, ini sama saja seperti aku menjadi Konstelasi tertinggi yang bisa memandang semua world-line di luar sana, jadi…

"The Fourth Wall?"

⸢Ap a⸥

"‘Oldest Dream’ bertindak seperti Constellation, kan?"

Dengan kedok ‘Constellation’, ‘Oldest Dream’ sebelumnya mengirim pesan selama regresi yang kujalani. Meski itu tindakan bawah sadar anak kecil yang tak tahu apa-apa, tetap saja itu campur tangan.

⸢Ben ar⸥

"Lalu, bagaimana kalau aku terhubung ke world-line lamaku sebagai Constellation…?"

⸢Ka u ki ra itu mun gkin?⸥

"Tidak bisa?"

⸢Bu kan soal mun gkin atau ti dak⸥

Aku berpikir sejenak, lalu menggigit bibirku.

"…Benar. Aku tidak boleh. Aku mengerti."

Aku mengingat penderitaan para pendamping untuk sampai ke sini. Kami bertarung untuk melenyapkan para Constellation, menghancurkan sistem <Star Stream>. Dan kami berhasil.

Kalau aku membangkitkan <Star Stream> lagi sekarang…

⸢Unt ung ka mu tak bisa mes ki mau⸥

"Mengapa? Aku 'Oldest Dream' sekarang. Kalau kubayangkan, jadi kenyataan, kan?"

⸢Ja ngan ber kha yal kau bis a meng kend ali kan sem ua ha l ha nya kar ena kau 'Oldest Dream'⸥

Percikan cahaya, “Tsu-chuchut!”

Tampaknya saat ini aku belum bisa sepenuhnya memakai kekuatan ‘Oldest Dream’.

⸢Ta kp unya ma ster i yan g cu kup atas mim pi ini⸥

…Seperti dugaanku. Jika mudah, takkan disebut ‘mimpi’. Entah kapan bisa, tapi sekarang belum.

Aku menggigit bibir. "Kalau begitu… bagaimana dengan hanya melihat?"

Saat itu, sesuatu bergerak dalam diriku.

Diriku yang tak bisa kukendalikan—aku merasakan alam bawah sadar raksasa mengakar di dalanku. Akar itu merentang menuju world-line lain dan menarik cerita dari sana.

Penglihatanku gelap, lalu world-line mengembang seperti kaleidoskop.

⸢Itulah dunia yang sangat ia rindukan.⸥

Aku melihat cahaya jauh dari [Industrial Complex]. Lalu, punggung para pendamping yang berjalan bersama. Di tengah kelompok itu, Kim Dokja lain mengenakan coat putih.

Aku sudah tahu.

Namun tetap saja…

Jantungku melompat liar, napasku pendek dan cepat. Aku terengah dan berteriak. Aku menahan sensasi mual, menggeleng kuat, dan memaksa membuka mata.

Dalam pusing hebat, meraba lantai, aku menyadari aku satu-satunya di subway.

⸢Ken apa? Tak mau lihat?⸥

Aku ingin. Wajah bahagia mereka, lega lepas dari neraka skenario. Aku ingin membaca cerita yang kuimpikan.

Tapi aku tak bisa.

Jika kulihat… tanpa ragu aku ingin kembali.

"…Aku harus melihat, kan? Kalau tidak, dunia tak bergerak, kan?"

⸢Ka u sud ah me lihat⸥

"Apa?"

⸢Sadar dan bawah sadar itu satu. Kau sud ah me nonton sebagian besar world-line⸥

"Kalau begitu…"

⸢Ti dak usah mema ksa dir i⸥ ujar [The Fourth Wall] lembut. ⸢Ka u tak pelu lakuk an apa pun. Ka u su dah me lihat tanpa sadar⸥

Aku bisa saja menutup mata dan melupakan semuanya. Bermain di dalam mimpi layaknya anak polos tanpa rasa bersalah. [The Fourth Wall] berkata tak ada alasan melukai diri dengan tragedi lagi.

⸢Namun, Kim Dokja bukan anak kecil.⸥

"Aku tidak bisa," kataku, menyeka keringat dingin. Semua world-line ini adalah dosaku. Aku yang mencipta, aku yang menghancurkan. "Aku harus melihatnya."

Ini satu-satunya penebusanku.

Saat aku berdiri, world-line muncul di jendela.

World-line tak terhitung dari ‘Ways of Survival’; tragedi seseorang yang jadi nyata karena kubaca—semua terpampang di sana.

…Mungkin ada sesuatu yang harus kulihat lebih dulu sebelum cerita para pendamping.

Seolah sudah tahu, [The Fourth Wall] berkata:
⸢Ma lam ini aka n san gat pan jang, Kim Dok ja⸥

Aku mengangguk kecil. "Tidak apa. Aku bisa. Ini cerita yang paling kucintai. Aku bisa menontonnya sampai mati dan tidak bosan."

⸢Ta pi mung kin su atu har i kau akan me mbenci cer ita yan g ka u cin tai⸥

"Kalau itu terjadi…" Aku menyentuh layar. "Itu harga yang harus kubayar."

Aku menekan kaca, jejak jariku tertinggal.

[The world is now receiving your gaze.]
[A world-line has received the power of life from your consciousness.]

Saat kubuka mata, tubuhku melayang sedikit dari lantai. Seperti pengalaman keluar dari tubuh.

Suara keramaian muncul. Orang-orang lewat menembus tubuhku, seolah aku tak ada.

Wajah-wajah lelah, karyawan pulang kerja.

Tempat ini…

Aku menatap sekitar: garis oranye, jalur 3 subway Seoul. Informasi waktu menyala di layar LED.

[6:55 PM]

Sesuai lima menit sebelum skenario dimulai.

Kereta menuju Bulgwang tiba bersama pengumuman bising.

Orang-orang naik. Jika bisa aku ingin menghentikan mereka. Tapi tak ada yang berubah walau aku mencoba. Skenario tetap dimulai. Yang bisa kulakukan hanyalah naik dan menyaksikan tragedi.

⸢Dan ada wajah yang sangat dikenal Kim Dokja.⸥

Kereta tujuan Bulgwang no.3434, gerbong 3707.

Seorang pria melamun menatap jendela. Setelah beberapa saat, aku tersenyum tipis.

Tentu saja.

World-line ini berulang lewat regresi satu orang. Jadi wajar aku menemui orang bodoh ini di awal cerita.

⸢Sang protagonis dunia ini.⸥

Yoo Joonghyuk tidak menyadari keberadaanku.

Tatapannya tertuju keluar jendela, pikirannya melayang. Wajah tenang meski tahu skenario akan dimulai; aku tak bisa tidak salut.

…Kau memang luar biasa.

Meski aku sudah melihat akhir skenario, kulitku tetap merinding kembali ke adegan ini. Dan kau menanggung ini puluhan, ratusan kali.

Kereta berhenti, bergerak lagi. ‘Itu’ akan dimulai segera.

⸢Pada turn ke-3, Yoo Joonghyuk memulai dengan membunuh semua orang di gerbong ini.⸥

Aku mengingat awal turn ke-3. Aku tak tahu regresi keberapa ini, tapi pasti mirip. Aku mengamati sekitar, dan melihat pria mencurigakan di dekat pintu.

"Heuh, heuh-euh…"

Beberapa orang melirik. Pria itu tersenyum miring, lalu mengeluarkan bom rakitan dan pemantik.

⸢Hari ketika paywall dimulai, ada pria ini di gerbong yang sama dengan Yoo Joonghyuk.⸥

"…Apa itu?"

"H-hey!"

⸢Teroris subway, Choi Han-Gyu.⸥

Orang-orang berteriak, bangkit panik. Api percikan menyala.

Yoo Joonghyuk menatap diam.

Hei, cepat rebut benda itu.

Dalam skenario yang kutahu, Yoo Joonghyuk seharusnya langsung menahan Choi Han-Gyu sejak naik kereta.

Tapi tidak.

Wajah yang kupikir dingin kini pucat ketakutan.

Lampu padam—“Screeech!”— teriakan menggema. Api menyala.

Ada yang salah.

⸢Kenapa Yoo Joonghyuk tidak bergerak?⸥

Jangan-jangan ini…?

[7:00 PM]

‘Tick!’

[Free service planetary system no.8612 berakhir.]
[Main Scenario dimulai.]

Api menerangi wajah Yoo Joonghyuk—mata gemetar ketakutan. Dia berdiri, tak melakukan apa-apa. Aku pun panik. Halaman Ways of Survival berkelebat di pikiranku.

…Turn keberapa ini?

900-an, saat kejiwaannya runtuh? 1200-an?

Atau…

[Channel #B-7623 dibuka.]
[Constellation memasuki channel.]

"Heuh, heuh-euh!"

Orang-orang lari ke gerbong lain. Mata teroris liar.

[Beberapa Constellation tertarik pada Incarnation 'Choi Han-Gyu'.]

Dan Yoo Joonghyuk… tetap diam. Bukan Yoo Joonghyuk yang kukenal. Ia seharusnya mengendalikan situasi. Tapi kini—wajah bodoh, ketakutan.

Wajah yang belum pernah kulihat.

Belum pernah kulihat…

Seperti kilat menyambar pikiranku.

Begitu rupanya.

Halaman berputar, lalu buku tertutup.

Ini regresi yang hanya disebut sepintas di ‘Ways of Survival’.

Beberapa cerita dimulai dari titik yang tak tertulis.

"T-tolong, ja-jangan bunuh aku!"

“Aaaaaaahk!”

⸢Ini adalah awal yang tidak diketahui dari ‘Ways of Survival’.⸥

World-line ini adalah yang tak pernah kubaca—turn ke-0 Yoo Joonghyuk.

Ch 518: Epilogue 1 - The World of Zero, II

Yoo Joonghyuk sedang membaca artikel portal di ponsel seseorang di sebelahnya.
– Pro gamer Yoo Joonghyuk, sampai kapan dia akan tetap tenggelam dalam bayang-bayang?

Beberapa urusan pribadi yang tak diketahui orang—pertikaian antar rekan tim dan tirani direktur yang sewenang-wenang—melintas di benaknya. Namun semua itu adalah cerita bertahun-tahun lalu, dan tak peduli sekeras apa dia mengingatnya, tak ada jawaban yang muncul.

– Kami menemukan alamat rumah mereka.

Pesan itu muncul di smartphonenya. Itu dari agensi detektif yang ia sewa, memberi tahu bahwa orangtuanya telah ditemukan. Itulah alasan kenapa ia memutuskan keluar rumah untuk pertama kalinya setelah sekian lama.

Yoo Joonghyuk ingin mengetahui asal-usulnya. Untuk mengetahui siapa yang melahirkannya, dan siapa yang meninggalkannya. Untuk mengetahui siapa yang meninggalkan seorang adik perempuan dalam perawatannya tepat ketika ia berada di puncak karier.

Yoo Joonghyuk sangat—sangat ingin tahu.

– Huh? Apa orang seperti itu pernah tinggal di sini?
– Eh-iiing, aku juga tidak tahu. Sudah terlalu lama.

Meski ia sudah membayar cukup besar untuk mempekerjakan agensi detektif itu, satu-satunya hal yang ia dapat hanyalah alamat rumah kosong. Agensi itu bilang tidak ada lagi yang bisa mereka temukan.

Orangtuanya lenyap tanpa jejak, seolah menguap dari dunia. Bagaimana bisa hal seperti itu terjadi?

Yoo Joonghyuk yang berusia 28 tahun seperti eksis sendirian, tanpa satu pun kenangan tentang orangtua, atau apa pun tentang masa kecilnya. Seolah ia adalah makhluk yang diciptakan sebagai orang dewasa sejak pertama kali “lahir”.

Di atas subway jalur 3 yang berisik dan berderak ini, Yoo Joonghyuk menghadapi pertanyaan filosofis untuk pertama kalinya dalam hidupnya.

‘Sebenarnya… siapa aku?’

Dan karena itulah ia tak merespons tepat waktu.

“Heuh-euh…!”
“Uwaaaaah!”

Ia baru menyadari kegaduhan itu beberapa saat kemudian.

Pria bertubuh besar, dengan janggut kusut; bom rakitan tergenggam di tangannya, dan roda pemantik yang berputar menghasilkan bunyi tegas “tik, tik!”; hanya setelah seseorang menabrak bahunya barulah ia sadar pada situasi absurd ini.

⸢Teror.⸥

Lampu subway padam detik berikutnya. Kereta berhenti mendadak dalam keadaan darurat, dan kegelapan dengan cepat menyelimuti sekitar.

Rambut di lengan Yoo Joonghyuk berdiri. Kepalanya terasa pusing. Apakah ini benar-benar aksi teroris? Hal yang hanya pernah ia dengar… terjadi juga di Korea Selatan? Ke mana ia harus melarikan diri? Haruskah polisi dihubungi? Atau…

[Selamat datang, semuanya. Senang bertemu kalian.]

Kegalauan Yoo Joonghyuk padam seketika oleh munculnya gumpalan kecil seperti CGI melayang di udara.

[Aku mulai bosan memberi pengantar yang sama terus menerus, tapi… Pokoknya, ini bukan syuting film dan bukan juga aksi teror… Huh?]

Makhluk ini kelak memperkenalkan diri sebagai ‘Dokkaebi’.

Eksistensi tak dikenal itu mengamati situasi di dalam kereta dan tertawa lebar.

[Apa ini? Hahahaha! Para Constellation terhormat, tolong lihat ke sini! Skenarionya saja belum mulai, tapi sesuatu yang menarik sudah terjadi!]

Nada bicara Sang Dokkaebi malas namun kejam saat ia tertawa.

[Aku sudah menantikan gerbong ini. Kuharap kalian semua menunjukkan kisah yang menghibur.]

[Main Scenario telah tiba.]

<Main Scenario #1 – Bukti Kelayakan> Tipe: Main Kesulitan: F Syarat clear: Harap bunuh satu atau lebih makhluk hidup. Batas waktu: 30 menit Reward: 300 Coin Gagal: Kematian


Dan mulai dari sana, ‘neraka’ dimulai.


…Bihyung, dasar bodoh itu. Dia cukup menggemaskan dulu—memang pernah ada saat seperti itu di masa lalu, ya?

Sambil mendengar jeritan menggema di dalam subway, aku terjebak dalam nostalgia yang sama sekali tidak tepat waktu.

⸢Apa kau bilang ingin menandatangani <Stream Contract> denganku?⸥

Rasanya baru kemarin aku bertemu dia pertama kali dan mendiskusikan kontrak eksklusif dengannya.

Dulu, aku benar-benar beruntung. Jika aku gagal menandatangani kontrak itu, maka…

⸢"Kim Dokja. Kau dan aku bukan rekan."⸥

…maka Bihyung tidak akan mati hari itu.

⸢"Padahal aku ingin menyaksikan kisahmu sampai akhir."⸥

Mungkin, ‘Yoo Joonghyuk’ yang gemetar di sana akan merasakan hal yang sama setelah melewati lebih dari seribu regresi.

“…Skenario? Apa itu?”

Penumpang gerbong no.3707 mulai bergumam setelah menerima skenario pertama mereka.

Pertarungan putus asa di tempat lain ditayangkan di panel udara—skenario di mana jika kau tidak membunuh, kau yang akan dibunuh.

“G… game… i-ini game!” teriak teroris Choi Han-Gyu. “Hahahaha!!”

Choi Han-Gyu. Informasi tentang dia muncul sekali di ‘Ways of Survival’ lewat kenangan Yoo Joonghyuk.

⸢Jika Choi Han-Gyu selamat, ia akan berevolusi menjadi ‘bomber iblis’ di tahap selanjutnya.⸥

Choi Han-Gyu menarik palu dari sisi tubuhnya, lalu memukul kepala pria paruh baya tepat di sebelahnya. Korban itu jatuh tersungkur lemas.

“A… aku melakukan ini…”

[Incarnation ‘Choi Han-Gyu’ telah mencapai prestasi ‘pembunuhan pertama’!]

Koin berjatuhan. Choi Han-Gyu mulai “terbangun”.

Seperti biasa, yang paling cepat beradaptasi dengan <Star Stream> adalah mereka yang gagal berfungsi di dunia nyata.

“K… kalian lihat? Tadi barusan aku…?”

“Uwaaah!! Pembunuh! Dia pembunuh!!”

Choi Han-Gyu menatap kerumunan yang ketakutan dan mundur, lalu memiringkan kepalanya. “K… kenapa kalian diam saja? Kalian membuatku terlihat seperti orang aneh.”

“Jangan mendekat!”

“M… mungkin kalian perlu ini?”

Ia menyeringai dan melempar beberapa alat ke arah mereka, lalu kembali mengayunkan kunci inggris ke tubuh pria yang sudah mati.

“G… gampang. Seperti ini. Begini caranya… lalu…”

Cairan darah kental memercik.

“…maka, s-semua orang bisa jadi kaya.”

Timer di udara terus berjalan.

[Waktu tersisa berkurang.]
[Waktu tersisa: 10 menit]

Yoo Joonghyuk menatap kunci inggris yang bergulir ke kakinya. Kerumunan tetap tidak bergerak.

Choi Han-Gyu menggeleng kecewa. “A… pa aku harus m-membunuh semua?”

Namun tiba-tiba, seorang pria meraih palu yang tadi dilempar.

“Sialan… aku tidak peduli lagi!”

“Ahjussi! Jangan!”

Pria itu menggenggam kunci inggris dan mulai menyerang membabi buta.

⸢Inilah gerbong no.3707 yang berhasil dilewati Yoo Joonghyuk.⸥

“M—maaf! A… aku minta maaf…!”

“Uwaaaah!!”

Suara panik pecah. Orang-orang terbangun pada realita baru. Mereka belum tahu apa yang terjadi, tetapi satu hal pasti:

⸢Jika tidak membunuh, mereka akan mati.⸥

[Beberapa Constellation puas melihat gerbong ini.]
[Beberapa Constellation tertarik pada Incarnation ‘Choi Han-Gyu’.]
[Seorang Constellation yang tak mengungkap Modifier memberi 100 Coin pada Choi Han-Gyu.]

Choi Han-Gyu tertawa puas.

Dan aku berdiri tepat di samping pria itu.

⸢Kim Dok-ja⸥

Perlahan aku menarik tanganku dari belakang leher Choi Han-Gyu.

‘…Aku sudah tahu, jadi tenang saja.’

Aku tidak boleh mengubah kisah ini.

Semua yang terjadi di sini adalah ‘peristiwa yang telah terjadi’.

Aku menatap Yoo Joonghyuk. Ia membungkuk dan memungut kunci inggris.

Aku bisa merasakan pergolakan besar di wajahnya. Wajah seseorang yang memilih untuk mengambil nyawa.

Namun… kenapa? Ekspresi itu berbeda dari Yoo Joonghyuk yang kukenal.

Pria yang kukenal akan mengertakkan gigi saat dikhianati; yang tidak mudah percaya pada siapa pun; yang memilih jalur paling optimal, bahkan membunuh lebih dulu jika seseorang akan mengkhianatinya.

⸢Itulah sebabnya Yoo Joonghyuk turn ke-3 bisa membantai satu gerbong.⸥

Namun ini bukan Yoo Joonghyuk turn ke-3.

Bukan turn ke-4, bukan ke-5, dan jelas bukan yang ke-1863.

⸢Ini adalah turn ke-0.⸥

Yoo Joonghyuk turn ke-0.

Kakinya mulai berlari. Kaki yang belum bisa menggunakan [Red Phoenix Shunpo] atau [Ways of the Wind].

Ada banyak target: mahasiswi gemetar di lantai; pria paruh baya di kursi prioritas; pegawai kantoran yang sibuk menyerang orang lain.

Yoo Joonghyuk melewati mereka semua. Dan kemudian…

⸢Ia memilih lawan tersulit.⸥

“Heu—huh?”

Choi Han-Gyu tersenyum sinis melihat kunci inggris melayang. Ia melompat mundur gesit, lalu belati survival terhunus. “Swish!” Yoo Joonghyuk menghindar tepat waktu.

⸢Kenapa Yoo Joonghyuk memilih ini?⸥

Aku tak tahu. Kenapa pria takut ini memilih lawan terburuk?

Choi Han-Gyu punya bom dan alat lainnya. Yoo Joonghyuk hanya punya kunci inggris setebal lengan anak kecil.

Namun, aku tidak khawatir.

Meskipun aku tak tahu detail turn ke-0, Yoo Joonghyuk tidak akan mati di sini. Tidak sebelum tragedi panjang itu, tidak sebelum siklus regresi dimulai.


[Attribute ‘Pro Gamer’ milik Incarnation ‘Yoo Joonghyuk’ sedang terbangun!]

Ia membangkitkan atribut eksklusif itu—yang sangat kukenal. Skill untuk mendigitalkan dunia seperti game, menganalisisnya, menggerakkan tubuh seperti avatar.

Kunci inggrisnya menghantam pergelangan Choi Han-Gyu. Bom jatuh.

Serangan berikutnya ke arah leher. Sudut sempurna. Analisis sempurna.

Namun ia lupa satu hal.

[Incarnation ‘Choi Han-Gyu’ menginvestasikan 900 Coin ke ‘stamina’!]

Ini sistem dunia baru.

“S– sakit.”

Lehernya memar, tapi tidak patah.

Ototnya membengkak. Ia mencengkeram leher Yoo Joonghyuk dan mengangkatnya. Dengan tangan bebas, mengambil palu lain.

“M—mati.”

Saat itu, Yoo Joonghyuk melihat bom yang jatuh. Dan aku tahu apa yang ia pikirkan.

Ia melempar kunci inggris—dan aku bergerak bersamaan.

Waktu melambat.

Kunci inggris menuju pusat bom. Aku menatap.

Jika bom meledak, ia tidak akan mati. Begitulah seharusnya. Tapi…

…kenapa tanganku gemetar?

‘Fourth Wall. Sponsor Yoo Joonghyuk ada di dunia ini?’

⸢Ada⸥

‘Oldest Dream’ ada di sini.

Versi diriku yang lebih muda. Atau sesuatu yang seharusnya demikian.

‘Kalau begitu kenapa aku tidak bisa merasakannya?’

Aku bisa merasakan segalanya dalam dunia ini. Incarnation sampai Constellation di langit.

Namun tidak “itu”.

‘Di mana Oldest Dream sekarang?’

[The Fourth Wall] diam.

Kunci inggris mendekati bom.

‘Apa mungkin…’

⸢Bagaimana ‘Oldest Dream’ bisa membuat kontrak dengan Yoo Joonghyuk turn ke-0?⸥

Pertanyaan-pertanyaan membara meledak sekaligus.

⸢‘Oldest Dream’ bermimpi melalui Ways of Survival.⸥

Versi kecilku membayangkan dunia dari novel.

⸢Dan novel itu dimulai dari regresi ke-3.⸥

Jadi… apakah ia bisa membayangkan turn ke-0?

Bisakah ia membayangkan cerita yang tidak pernah ditulis?

⸢Kalau begitu… siapa Sponsor Yoo Joonghyuk di turn ke-0?⸥

Bom meledak.

Serpihan menembus punggung Choi Han-Gyu, tubuh para penumpang. Atap subway runtuh. Pecahan tajam terbang ke jantung dan leher Yoo Joonghyuk.

Tsu-chuchuchut!

[Kau pemilik ‘Final Wall.’]
[Mastery-mu belum cukup untuk mengintervensi world-line.]
[Probability world-line menolakmu!]

Aku mengabaikannya dan menangkap pecahan itu. Tangan terbakar panas, serpihan menjadi abu.

[A deus ex machina yang tidak diakui world-line sedang aktif!]
[Dunia menyadari intervensimu!]

⸢Saat itu, Yoo Joonghyuk mendongak.⸥

Ia merangkak keluar dari tubuh Choi Han-Gyu yang hancur dan menatapku.

⸢Meskipun hanya sekejap, ia merasa ada seseorang berdiri di hadapannya.⸥

“Siapa…?”

[Main Scenario #1 selesai.]
[Kau memperoleh 300 Coin.]
[100 Coin dipotong sebagai biaya channel.]
[Perhitungan reward tambahan dimulai.]

Kepala orang-orang mulai meledak satu per satu. Darah turun seperti hujan. Aku menatap Yoo Joonghyuk diam-diam.

Suara Bihyung yang bersemangat terdengar di kejauhan. [The Fourth Wall] memperingatkan. Pesan Constellation mencurigai Probability bermunculan.

Sementara itu, Yoo Joonghyuk menatap pesan di depannya dengan mata gemetar.

['Pemilihan Sponsor' dimulai!]

<Pemilihan Sponsor> – Silakan pilih sponsor Anda. – Sponsor pilihan Anda akan menjadi penopangmu.
  1. God of Wine and Ecstasy

  2. Mouse that Eats Fingernails

  3. Abyssal Black Flame Dragon

[Seorang Constellation baru memasuki channel!]
[Seorang Constellation baru mengikuti pemilihan sponsor!]

  1. Demon King of Salvation

Ch 519: Epilogue 1 - The World of Zero, III

[Peringatan mengenai regression turn berlaku dan berada dalam 'batasan Overwrite'.]
[Untuk world-line ini, pemegang hak cipta tidak hadir.]
[Sebagai pemilik 'Final Wall', kau dapat bertindak sebagai pemegang hak cipta pengganti.]
[Apakah kau akan mengaktifkan 'Overwrite' untuk mengintervensi worldview?]

Peringatan-peringatan itu bermunculan di udara kosong. Hampir bersamaan, suara [The Fourth Wall] terdengar di telingaku.
⸢Kim Dokja⸥
‘…Aku sudah tahu, jadi berhenti menakut-nakuti aku.’

Aku sudah bisa menebak apa yang akan dikatakan [The Fourth Wall]. Mungkin sesuatu seperti, tak ada arti mengubah masa lalu yang sudah ditentukan.

⸢…⸥

Aku bisa merasakan tatapan menusuk dari udara kosong, tapi aku pura-pura tidak peduli.

Walau aku tak tahu persis bagaimana 0th turn aslinya terjadi, jika paragraf yang sempat kubaca di perpustakaan [The Fourth Wall] benar, maka… Yoo Joonghyuk 0th turn belum memilih sponsor pada titik ini.
Dia akan kehilangan Lee Seolhwa dan Lee Jihye di turn ini.

Dia akan kehilangan orang-orang berharga yang akhirnya berhasil ia temui, lalu…
…lalu, di saat kematian mendekatinya, ia akan putus asa dan berpikir:

⸢‘Andai saja aku punya sponsor, akankah semuanya berbeda?’⸥

Aku menatap Yoo Joonghyuk yang membaca pesan sistem dengan mata bergetar.

Lewat turn ini, siklus regress-nya akan dimulai. Ia akan mengulang regress tak terhitung banyaknya dan berjalan dalam ‘Neraka Abadi’.

⸢Me-ski-pun kau me-nga-bahkan turn ini…⸥

‘Masa lalu yang sudah dijalani Secretive Plotter tidak akan hilang. Aku tahu.’

Bahkan jika aku mengubah world-line ini, tragedi yang sudah ditakdirkan tetap akan terjadi. Yoo Joonghyuk yang kukenal akan menjalani regress ke-1, ke-2, ke-3, hingga 1863 regress. Ia akan menjadi ‘Secretive Plotter’, dan mulai membenciku.

Namun, sekalipun demikian…

‘Aku tidak bisa menemukan jejak ‘Oldest Dream’ selain diriku di regress turn ini.’

Kemungkinan besar penyebabnya adalah versi mudaku yang tak tahu apa-apa soal 0th turn Yoo Joonghyuk di sini. Apa pun alasannya, satu hal pasti: setidaknya, kali ini aku bisa mengambil posisi itu.

Aku bisa menjadi sponsor Yoo Joonghyuk dalam world-line ini.

⸢A-pa kau a-kan me-ngu-lang-kan regress padanya?⸥

[The Fourth Wall] bertanya seperti tertarik. Aku menggeleng.

‘Tidak. Aku akan memastikan dia tidak regress.’

⸢Me-ski-pun dia be-ru-bah, ma-sa de-pan ti-dak…⸥

‘Aku tahu. Karena itu aku malah merasa lebih lega.’

Masa lalu yang kuubah tidak akan menolak Yoo Joonghyuk yang kukenal.

⸢Jika Yoo Joonghyuk bisa merasakan satu regression turn saja yang tidak tragis…⸥

Perlahan, aku mengulurkan tangan ke udara.

['Overwrite' dimulai!]
[Intervensi pada worldview telah dimulai!]
[Karena penguasaanmu atas mimpi belum cukup, tingkat intervensimu terbatas.]

Tsu-chuchuchut!
Cahaya meledak, notifikasi bermunculan.

[‘Demon King of Salvation’ mendaftarkan nama Konstelasi sementara.]
[Kau berpartisipasi dalam 'pemilihan sponsor' sebagai Konstelasi.]
[System <Star Stream> meragukan kelayakanmu.]
[Dokkaebi kelas rendah ‘Bihyung’ merasa Modifikatormu asing.]
[Beberapa Konstelasi gelisah melihat kemunculanmu!]

Aku menggigit bibir menatap ekspresi pucat Yoo Joonghyuk.

Ini mungkin pilihan buruk. Yoo Joonghyuk bisa jadi lebih sengsara karena perubahan world-line ini.

Tapi jika itu aku yang sekarang…

[Ho-oh-ra, ‘Demon King of Salvation’? Wah, Konstelasi baru-nim memasuki panggung!]

Jika itu Kim Dokja, ‘Oldest Dream’ yang telah melihat akhir dunia dan memahami epilog skenario… bukankah mungkin untuk mengubah takdir?

[Waktu pemilihan kandidat diperpanjang.]
[Sisa waktu diperpanjang lima menit.]

Para survivor yang masih hidup mulai bersuara.

“…Apa ini semua?”
“Pemilihan sponsor, ya…”

Bagiku tak aneh karena aku pernah membaca ‘Ways of Survival’, tapi bagi mereka yang baru pertama mengalami ini…

[Incarnation ‘Yoo Joonghyuk’ mengaktifkan atribut!]

Hanya Yoo Joonghyuk yang tenang. Sorot matanya sudah kembali fokus.

…Aku penasaran apa yang ia pikirkan.

[Exclusive skill, ‘Omniscient Reader’s Viewpoint Lv.???’ aktif!]

Maaf harus mengintip kepala Yoo Joonghyuk 0th turn yang masih ‘rapuh’, tapi ini perlu. Bagaimana jika ia memilih orang lain?

[You are the ‘Oldest Dream’.]
[Kau dapat menggunakan kemampuan penuh tanpa batas pemahaman!]

Pikiran Yoo Joonghyuk terbuka seperti diagram anatomi.

⸢Bagaimana dengan Mia? Apa yang terjadi padanya?⸥
⸢Aku harus menyelamatkan Mia.⸥
⸢Untuk itu, aku harus melewati seleksi ini dulu.⸥
⸢Pemilihan sponsor. Aku harus memilih.⸥

Aku menegang.

Aslinya, ia tidak memilih sponsor di titik ini. Tapi ini versi dunia lain. Apa saja bisa terjadi.

Tiba-tiba, Konstelasi lain menyapaku duluan.

[‘God of Wine and Ecstasy’ menyambutmu.]
[‘God of Wine and Ecstasy’ menganggap Modifikatormu keren.]

Dionysus tetap sama bahkan di regression berbeda. Jika ia tak menyerah waktu Final Ark dulu, betapa sulitnya pertarungan itu…

Lalu notifikasi lain muncul.

[‘Abyssal Black Flame Dragon’ memperhatikanmu.]

Benar, makhluk ini juga ada di sini. Hei kau, bukannya harusnya mengincar Kim Namwoon di gerbong sebelah? Mau main dua kubu?

[‘Abyssal Black Flame Dragon’ menganggap Modifikatormu meniru miliknya.]

Aku hampir bertanya bagian mana yang mirip, tapi waktunya tinggal tiga menit. Tidak penting.

Yoo Joonghyuk menatap kandidat dengan serius. Jantungku menegang.

  1. God of Wine and Ecstasy
    ⸢Namanya terdengar… berantakan.⸥

Lewat.

  1. Mouse that Eats Fingernails
    Dia menatapnya lama.

Tolong sadar, Yoo Joonghyuk. Pilih Abyssal Black Flame Dragon pun lebih baik—

⸢Terlalu lemah.⸥

Syukurlah. Jangan buat aku jantungan!

  1. Abyssal Black Flame Dragon
    Ia menatap lama.

Dia tidak akan memilih yang ini. Dia benci hal berlebihan—

⸢Namanya terdengar kuat.⸥
⸢Mungkin sponsor kuat.⸥

…APA?!

Tidak. Tidak, jangan. Yang ini membuat Incarnation-nya mengucap mantra konyol, tahu?!

[‘Abyssal Black Flame Dragon’ pamer padamu.]
[Satu menit tersisa.]

Akhirnya, pandangannya ke opsi ke-4.

  1. Demon King of Salvation

Aku mengatur napas, menatap layar bersamanya.

‘[The Fourth Wall], menurutmu yang paling kuat?’

⸢I-tu…⸥

‘Dari nama saja. Objektif.’

[The Fourth Wall] ragu lama. Aku bicara duluan.

‘Secara objektif—tidak, secara logis—punyaku paling normal.’

God of Wine and Ecstasy? Mabuk.
Mouse that Eats Fingernails? Buat apa?
Abyssal Black Flame Dragon? Tolonglah, jangan.

Hanya namaku yang wajar.

Dan Yoo Joonghyuk mengangguk, tertarik.

Lalu…

⸢Nama sombong.⸥
⸢Lemah biasanya memakai nama seperti ini.⸥

“….”

Sebelum aku sempat berteriak, Yoo Joonghyuk berdiri.

“Aku sudah memilih.”

Dia tersenyum menang.

Aku menatap langit subway.

Tsu-chuchuchut! Panas membakar telapak tanganku.

[Intervensi world-line.]
[‘Overwrite’ dimulai.]
[Intervensi berlebihan menyebabkan resistensi world-line…]

Aku menghantam belakang kepala Yoo Joonghyuk.


“Keo-heok!”

Kim Dokja terbangun karena hantaman keras di belakang kepalanya.

“Berapa lama kau tidur? Bangun!”

Ia membuka mata. Han Sooyoung menepuk-nepuk tangannya. Ia menghapus liur dari sofa.

Kenapa aku di sini? Apa lagi ini…

“Ayo cepat siap-siap! Kau lupa kita mau kemana hari ini?!”

Yoo Joonghyuk berdiri di sampingnya, pose khasnya, tatapan penuh api.

“Kau membuat kami menunggu.”

Jung Heewon muncul di belakang, dan Lee Hyunsung membawa sesuatu.

“Itu pizza?”
“Itu ayam goreng, idiot.”

Shin Yoosung dan Lee Gilyoung menelan ludah menatap plastiknya. Bahkan Lee Jihye ada di sana.

“Ayo cepat! Aku lapar!”

Kim Dokja melihat semua dan ingat.

⸢Skenario dunia ini telah selesai.⸥
Dan hari ini adalah wisata pertama <Kim Dokja Company>.


Saat mereka berjalan, Han Sooyoung mengomel.

“Hey, Kim Dokja.”
“Apa lagi?”
“Kau yakin belum lupa hari ini hari apa?”
“Hari apa?”
“25 Desember. Hari apa menurutmu?”
Kim Dokja berpikir. “Hari kelahiran Mithra?”
“Itu supposed to be humor-nya <Vedas> ya?”

Mereka bertukar ocehan. Yoo Joonghyuk mengerang, kesal.

Lalu, sebuah mobil sport merah berhenti.
“Sangah-ssi!”

Yoo Sangah turun, jaket panjang putih, jeans, kacamata hitam.

“Maaf, syutingnya lama.”

Han Sooyoung langsung menyerang.
“Lihat siapa yang sudah jadi selebriti.”


Mereka berdebat santai. Hatinya sedikit terasa hangat.

“Di mana Seolhwa-ssi dan Pildu-ssi?”

“Ah itu mereka! Eyyy! Lee Seolhwa!”

Seolhwa melambai cerah, Pildu menatap ke arah lain dengan wajah masam.

Percakapan terus, suasana hangat, sedikit kacau, sedikit nostalgia.

Mereka tiba di tepi Sungai Han. Jembatan runtuh masih terlihat, langit gelap hanya menyisakan sedikit bintang—sisa dari <Star Stream>.

Mereka menggelar tikar, menyalakan kompor kecil, Yoo Joonghyuk memasak ayam dan pizza sendiri.

Aroma masakan mulai terasa.

“In the end, hari seperti ini datang juga.”
Yoo Sangah menatap sungai.

“Kau pasti sibuk,” kata Kim Dokja.
“Sedikit…”

Dunia belum pulih. Kriminal berskill berkeliaran. Yoo Sangah menjaga warga.

“Lihat mereka cocok sekali.”
Heewon dan Hyunsung berdiri bersama.

Han Sooyoung mendengus. “100 koin mereka putus sebelum setahun.”

Kembang api meledak jauh. Semua hampir refleks menghunus senjata.

“Serius sudah ada yang pakai itu?”

Kim Dokja melihat kembang api. Anak-anak bersorak. Damai yang lama ia rindukan.

“Kim Dokja.”
“Hm?”
“Kau akhir-akhir ini tidak baca itu.”
“Apa?”
“‘Ways of Survival’. Kau ingat?”

Ia menyalakan ponsel—mati. Sooyoung menatap gelap layar.

Mereka duduk berdampingan.

“Kau ingat? Turn ketiga Yoo Joonghyuk… makan daging tikus bakar di Sungai Han…”

Kim Dokja meringis. Kepala sakit mendadak.

“Hey, kau nggak apa-apa?”
“Pusing tiba-tiba…”
“Aku nggebukmu kepalanya kepencengan ya?”

“Tidak. Dan… kau benar.”
“Soal apa?”
“Soal ‘Ways of Survival’. Aku suka adegan itu. Favoritku dari turn ketiga.”

Han Sooyoung menatapnya lama, lalu tersenyum tipis.
“Dasar otaku ‘Ways of Survival’.”

Kembang api besar meledak. Anak-anak bersorak.

Kim Dokja merasa ini pemandangan yang sudah lama ia tunggu.

“…Kim Dokja?”

Wajah Sooyoung mendekat. Sangat dekat. Aroma lemon. Bibirnya bergerak ke telinga Kim Dokja.

“Di turn ketiga ‘Ways of Survival’, adegan itu tidak ada.”

BRAK—

Kim Dokja tersungkur. Sooyoung menatapnya dengan dingin, mata setajam pisau.

⸢Semua sudah berakhir, tapi…⸥
⸢Kenapa terasa seperti belum selesai?⸥


Heewon dan Hyunsung lari, Yoo Joonghyuk tanpa ekspresi. Dunia setelah akhir cerita. Kembang api menghiasi langit. Pisau di tangan Sooyoung berkilat.

“Kau. Sebenarnya siapa kau?”





Ch 520: Epilogue 1 - The World of Zero, IV

Selama tiga bulan terakhir, Han Sooyoung terus merasakan keganjilan yang sama setiap hari. Semuanya bermula dengan begitu sepele.

– Yoo Joonghyuk, kau tahu?
– Tahu apa?
– Orang itu, sekarang dia menikmati tomat.

Awalnya, ia mengabaikannya. Scenarios sudah berakhir, jadi mungkin orang itu juga perlahan berubah, begitu pikirnya.

– Hey, Kim Dokja. Kenapa akhir-akhir ini kau melamun terus?
– Huh? Ah…
– Ngomong-ngomong, kau yakin scenario benar-benar sudah berakhir? Kenapa sistem belum hilang? Kau masih bisa pakai skill, kan?
– Mm… mungkin butuh waktu sedikit lebih lama sampai semuanya lenyap.

Scenario telah berakhir, tapi dunia tidak langsung kembali normal. Seakan masih ada cerita yang belum selesai. Buktinya, orang-orang masih bisa memakai skill atau Stigma.

– Lebih tepatnya, kau tidak bisa bilang semuanya berakhir sampai kita menemukan ‘penulis asli’ novel itu dulu.

Han Sooyoung sepakat dengan pendapat Yoo Joonghyuk. Ada kemungkinan dunia ini ada karena ‘Oldest Dream’ membaca <Ways of Survival>.

Sebelum itu, ada penulis asli yang menulis novel tersebut. Artinya, cerita ini akan benar-benar berakhir hanya jika mereka menemukan makhluk itu lebih dulu.

– Siapa sebenarnya tls123? Kita sudah punya beberapa dugaan sejauh ini, tapi semuanya salah, kan? Kandidat paling masuk akal, ‘Oldest Dream’, juga tidak terlihat seperti penulis, dan… hey, Kim Dokja. Menurutmu?

Orang dengan kemungkinan tertinggi untuk menjawab teka-teki ini adalah Kim Dokja, pembaca yang berhasil menuntaskan 3149 bab dari <Ways of Survival>.

Namun, jawabannya malah seperti ini:

– Uh… entahlah. Aku jadi bertanya-tanya… apakah itu masih penting saat ini…

Orang lain boleh saja berkata begitu. Tapi ini adalah Kim Dokja, satu-satunya pembaca yang membaca sampai akhir <Ways of Survival>.

Ia adalah Kim Dokja, pembaca terbesar yang pernah Han Sooyoung kenal.

“Itu sebabnya Han Sooyoung mulai bertanya-tanya.

“Bicara. Kau sebenarnya siapa?”

⸢Kalau Kim Dokja di hadapanku ini palsu, lalu…⸥

“Sooyoung-ssi! Apa yang kau—!”

Ketika suara Lee Hyunsung terdengar sambil berlari, Shin Yoosung memegang pergelangan tangan Han Sooyoung.

“Eonni, apa yang eonni lakukan??”
“Noona!”

Lee Gilyoung juga maju ke depan, tubuh kecilnya berdiri kaku menghalangi. Atmosfer para companion berubah begitu melihat belati tajam di tangan Han Sooyoung.

“Eonni, bisa jelaskan?”

Lee Jihye sudah menaruh pisau dapurnya, dan entah sejak kapan, Twin Dragon Sword sudah ada di tangannya, berdiri di sisi Han Sooyoung.

Lee Seolhwa terkejut total, sementara mata Jung Heewon menyipit tajam. Yoo Sangah berdiri tenang, mengamati situasi.

Han Sooyoung berpikir sejenak, lalu melepaskan kerah Kim Dokja. Pria itu jatuh lemas duduk, menatapnya seperti orang bersalah.

“Orang ini bukan Kim Dokja. Maksudku, Kim Dokja yang asli. Tidak mungkin dia lupa hal itu.”

“Apa maksudmu?”

“<Ways of Survival>.”

Para companion serempak menatap wajah Kim Dokja — Kim Dokja yang selalu membicarakan <Ways of Survival> setiap hari.

Seperti profesor menjelaskan soal penuh sakit kepala, Han Sooyoung memegangi kepala, mulai bicara runtut. Dan ia menambahkan:

“Tadi aku bilang sesuatu yang bukan dari <Ways of Survival>, tapi dari novelnya aku sendiri. Tidak ada adegan makan bersama di tepi Sungai Han di <Ways of Survival>.”

“Bagaimana eonni tau? Eonni juga baca novel itu?”

“Hanya bagian awal. Setidaknya aku yakin adegan itu tidak terjadi di regression ketiga.”

Jung Heewon menyela, “Mungkin kau salah ingat? Novel sepanjang itu, mengingat semuanya—”

“Itu mungkin untuk Kim Dokja. Kalian lupa bagaimana kita selamat dari scenarios? Dan kalian pikir Kim Dokja bisa lupa?” Han Sooyoung mendesis menatapnya. “Hey, kau. Beritahu aku berapa kali Yoo Joonghyuk membunuh Asmodeus.”

Kim Dokja hanya menatap kosong. Han Sooyoung mengerutkan wajah, siap memaki lagi, namun ia menjawab duluan.

“Han Sooyoung.”

Suaranya datar, hampa. Sekilas, ada harapan menyala di mata Han Sooyoung. Tetapi…

“Maaf, tapi aku benar-benar tidak ingat. Aku belum baca <Ways of Survival> akhir-akhir ini, jadi…”

“Tuh kan! Dia bukan Kim Dokja…!”

“Ahjussi.”

Yang maju adalah Shin Yoosung. Ia meraih tangan Kim Dokja seperti membentuk genteng tanah liat dan bertanya, “Ingat apa yang ingin kumakan di Sungai Han?”

Tangan Yoo Joonghyuk berhenti memotong bahan makanan.

“Pizza dan Cola.”

“Hyung! Aku! Bagaimana denganku?!”

“Gilyoung-ie? Kau ingin makan ayam di tepi laut. Maaf. Kita pasti pergi ke pantai lain kali, ya?”

Mata Gilyoung dan Yoosung yang berkaca-kaca menatap menyalahkan ke Han Sooyoung.

Han Sooyoung mengerut. “Itu pertanyaan terlalu gampang. Tidak cukup untuk—”

“Kali ini, aku.”

Jung Heewon mendekat. “Dokja-ssi, apa nama pedangku?”

“The Judge’s Sword. Aku susah payah mengumpulkan materialnya.”

“Item pertama yang kau berikan padaku?”

“Perisai besi tua, kan?”

Pertanyaan mengalir seperti hujan dari para companion. Bahkan Gong Pildu ikut.

“Hei, kau ingat denda yang kau bayar di skenario Chungmuro?”

“Tapi aku tidak bayar apa pun.”

“Bajingan. Kau harus bayar sekarang juga atau—!”

“Ahjussi, oppa bilang ke aku, kan? ‘Jihye-ya~, jujur saja, kau yang paling cantik di Kim-Com.’”

“Aku tidak pernah bilang begitu.”

“Cih.”

“…Dia memang Dokja-ahjussi.”

Ekspresi lega mengalir di wajah para companion.

Kim Dokja bersuara, “Aku tidak tahu kenapa kau tiba-tiba begini, tapi aku benar-benar Kim Dokja. Dan Han Sooyoung, kenapa kau—”

“Hey. Kau bahkan ingat berapa banyak regression di <Ways of Survival>?”

“Sooyoung-ah.” Jung Heewon masuk, tak tahan lagi. “Aku tidak tahu kenapa kau begini, tapi kita jarang piknik. Tolong kendalikan diri.”

“Benar, Sooyoung-ssi. Ini pasti salah paham—”

“…Salah paham??” Tangan Han Sooyoung bergetar. “Hey, Yoo Joonghyuk!! Kau tidak mau bicara?!”

Yoo Joonghyuk berhenti memotong, melihat mereka semua. Lalu kembali ke talenan tanpa sepatah kata.

Melihat itu, bahu Han Sooyoung gemetar hebat. “K-kalian…”

Kepalanya jatuh. Sebuah kaleng bir terguling. Ia mengambilnya, membukanya. Glek— habis sekali teguk.

“Brengsek… Jadi aku satu-satunya yang aneh, begitu?!”

Kaleng kedua dibuka tanpa ragu.

“Aku tahu kalian semua lelah melewati scenarios. Kalian ingin istirahat. Aku juga. Aku ingin bersantai!”

Puh-shushuk! Buih bir meluap.

“Tapi kalian benar-benar percaya kalau ini Kim Dokja?”

“Han Sooyoung.”

“Tutup mulut. Jangan panggil aku.”

Pipinya mulai memerah. Story dari [Predictive Plagiarism] berputar dalam benaknya.

⸢Mungkin para companion benar. Mungkin ia yang salah.⸥

Apakah adil mengatakan ini bukan Kim Dokja hanya karena ia lupa satu adegan?

Ia tahu dirinya emosional. Tidak logis.

Namun emosinya tak berhenti. Bahkan ia sendiri tak mengerti kenapa reaksinya begitu besar.

“‘Kim Dokja’ yang kuingat…”

…adalah pria yang sabar membaca novel membosankan penuh narasi sepanjang lebih dari tiga ribu bab.

⸢‘Nanti, jika semua scenarios berakhir, mungkin aku ingin menulis novel lagi. Waktu itu, baca novelku ya?’⸥

Seorang pria yang mencintai cerita lebih dari siapa pun.

⸢‘Baiklah. Aku pasti baca.’⸥

“Tapi mungkin lebih dari tiga ribu bab?”

“Itu justru gayaku.”

“Mungkin membosankan.”

“Kalau kau yang menulisnya, mustahil membosankan.”

Kim Dokja itu mungkin melupakan hal lain, tapi tidak mungkin ia lupa <Ways of Survival>.

Panas naik di kepalanya.

⸢Jika ‘Kim Dokja’ ini palsu, artinya apa?⸥

Tipu muslihat tls123? Atau…

“Han Sooyoung, bagaimana kalau kita berhenti dan—”

Sebuah hipotesis muncul.

Jika ucapan Dokkaebi King benar, maka dunia ini hanyalah mimpi ‘Oldest Dream’. Dunia ada karena ia terus bermimpi.
Tapi sekarang Oldest Dream sudah tiada. Ia lenyap bersama Secretive Plotter dan semua di turn ke-999.

⸢Kalau begitu, bagaimana dunia ini masih ada?⸥

Rasa ngeri menjalari pikirannya.

Kaleng bir jatuh, berguling. Bir tumpah.

“Apa jadinya kalau… ‘Kim Dokja’ ini adalah ‘Avatar’…”

“Sooyoung-ssi! Apa yang kau—”

“Kalian pikir aku bercanda?!”

Nada suaranya membuat semua wajah berubah.

Han Sooyoung.
Satu-satunya Incarnation dengan [Predictive Plagiarism] dan [Avatar]. Otak nebula ketika Kim Dokja tak ada.
Keputusannya jarang salah.

Tatapan mereka berbalik ke Kim Dokja.

⸢Jika Han Sooyoung benar…⸥

Celah tipis keraguan muncul.

Dan itu cukup bagi Han Sooyoung.

“Ada cara mudah untuk memastikan apakah dia ‘Avatar’.”

Begitu Jung Heewon merasakan firasat buruk, Han Sooyoung sudah hilang dari tempatnya.

“Han Sooyoung!”

Lee Jihye melesat secepat kilat, tapi belati Han Sooyoung sudah hampir mencapai Kim Dokja. Angin deras mengamuk; Shin Yoosung mengerahkan Dragon Howling, serangga Lee Gilyoung membelit pergelangan kaki Han Sooyoung, dan Lee Hyunsung bergerak melindungi.

Namun Han Sooyoung tetap maju.

“Orang yang akan membaca novelku…”

Tali dari tangan Yoo Sangah melilit pinggangnya, dan Jung Heewon menahan punggungnya.

Meskipun begitu, belati di tangan Han Sooyoung sudah terlempar, meluncur.

“…bukan kau.”

Srak!

Suara sesuatu terbelah bergema.

Ch 521: Epilogue 1 - The World of Zero, V

Belati Han Sooyoung meluncur tepat, hanya menggores bahu Kim Dokja. Secara refleks, ia menekan lukanya. Tentu saja, Han Sooyoung tidak melewatkannya.

⸢Avatar tidak berdarah.⸥

Sejak <Star Stream System> melemah, bahkan Konstelasi mulai mengeluarkan darah sungguhan, bukan Story, ketika terluka. Jadi, jika Kim Dokja itu asli, maka sekarang—ia seharusnya berdarah.

“Kau benar-benar sudah gila?! Apa yang kau lakukan?!”
“Ahjussi!”

Shin Yoosung panik, buru-buru mendekat ke Kim Dokja. Lee Hyunsung dan Lee Jihye juga menyusul. Dan bahu yang masih mereka tutupi, yang ditahan Kim Dokja sambil gemetar…

⸢Jika Han Sooyoung benar…⸥

Perlahan, telapak tangan itu terangkat dari luka.

“Aku baik-baik saja. Jangan khawatir.”

Tak jelas siapa yang pertama kali terkejut sampai menarik napas keras. Tapi jelas, semua melihatnya.

⸢Darah mengalir. Darah merah pekat.⸥

Han Sooyoung juga melihatnya. Namun—

“…Tunggu dulu. Ini belum selesai! Ada Avatar yang bisa berdarah juga!”

Dan itu benar. Dia sendiri pernah menciptakan [Avatar] seperti itu.

⸢Avatar yang disuntik banyak memori, akan berdarah.⸥

Ia melihat Yoo Joonghyuk di kejauhan, masih tenang memotong sayuran. Bibir pria itu bahkan tidak bergerak, seakan tak peduli pada apa pun yang terjadi.

Mungkin karena itulah, kata-kata yang tak seharusnya ia ucapkan pun lolos.

“Kita tinggal penggal kepalanya. Avatar masih bisa bergerak tanpa kepala.”

“…Kau barusan bilang apa??”

Baru setelah melihat raut Jung Heewon mengeras sedingin neraka, ia sadar salah bicara. Aura [Hellfire] menari di bilah [Judge’s Sword]—Stigma milik Uriel, yang belum pernah diaktifkan sejak akhir scenario.

Jika kau melakukannya, kepalamu yang akan terpenggal.”

Han Sooyoung menatap pedang itu. Aura [Black Flame] mulai muncul dari tubuhnya. Ia tahu situasinya makin tak dapat dibalikkan, tapi dirinya tetap tak bisa berhenti.

Suara Lee Seolhwa mencoba menenangkan terdengar lirih. Namun saat melihat Shin Yoosung dan Lee Gilyoung menatapnya dengan kebencian terbuka, sesuatu di dalam diri Han Sooyoung retak.

⸢Mungkin, fakta bahwa mereka bisa tiba sejauh ini bersama adalah sebuah keajaiban.⸥

Ia selalu tahu dirinya tidak cocok dengan mereka. Ia pernah jadi ‘raja para nabi’, dan dijuluki ‘raja palsu’. Dalam epik yang ditulis Kim Dokja, ia hanyalah villain.

Makan pizza dan minum Cola bersama di tepi Sungai Han? Sejak awal, itu bukan akhir cerita untuk Han Sooyoung.

Ku-gugugugu—

Dua aura api yang berseberangan menciptakan ketegangan mematikan.

Lalu sebuah suara polos memecahkan udara:

“Apa yang kalian lakukan? Aku bawa bir.”

Jang Hayoung berdiri membawa kantong plastik di kedua tangan. “Tunggu… apa ini prank karena aku telat?”

Nada cemasnya menyentak semua orang. Mereka seakan baru ingat kenapa mereka ada di sini.

Dan orang yang sejak tadi diam akhirnya bicara.

“Sudahi semua.”

Status Transcendent memancar dari [Black Heavenly Demon Sword] yang ditancapkan ke talenan. Aura pembunuh yang menguasai taman menghilang seketika.

“Ini waktu makan.”

Aroma lezat menyeruak, menggugah perut. Tujuh pizza dan ayam goreng tersaji rapi.

Lee Jihye menghela napas panjang. “Master benar-benar…”

Melihat ekspresi serius Yoo Joonghyuk, para companion saling pandang tak tahu harus bereaksi bagaimana.

Jang Hayoung yang pertama berlari. “Ayo! Kalian nggak makan?”

Gong Pildu tertawa kering melihatnya.

Suasana mencair sedikit. Kim Dokja bicara:

“Aku tidak apa-apa. Aku juga paham kenapa Sooyoung-ie curiga. Jujur, aku memang agak pelupa belakangan ini. Rasanya seperti bagian penting ingatanku hilang begitu saja…”

“Dokja-ssi, kau tidak bisa menganggap ringan—!”

“Yuk makan dulu. Jarang-jarang Yoo Joonghyuk masak untuk orang, kan.”

Jung Heewon mendengus, lalu duduk. Satu per satu, semua mengambil tempat. Kecuali satu orang.

Akhirnya, Jung Heewon meledak.

“Benar-benar…!”

Han Sooyoung sudah tak ada.


Dentum kembang api terdengar samar dari kejauhan. Han Sooyoung menatap aliran air dingin dari keran di toilet, menggigit bibir.

‘Aku salah.’

Bukan dirinya banget. Ia tak mengerti kenapa ia sampai sejauh itu. Ia sempat berpikir untuk kembali dan menjelaskan—tapi mulai dari mana? Bagaimana agar mereka percaya?

⸢Sejak awal, apakah pantas menyebut Avatar yang berbagi memori sebagai ‘palsu’?⸥

Ponselnya bergetar.

– Sooyoung-ssi.

Pesan dari Yoo Sangah. Ia memasukkan ponsel lagi. Tapi bergetar lagi.

– Han Sooyoubf.

“Seriuslah.”

– Haha, salah ketik.

Saat ia akan membalas, ia merasakan keberadaan di belakangnya.

“Berhentilah ngambek. Ayo kembali.”

Tangan pucat panjang menepuk bahunya. Sooyoung menepis kasar dan menoleh.

“Lupakan. Kalau aku kembali, suasananya makin hancur.”

“Itu tidak benar. Semua akan mengerti.”

“Aku bilang lupakan—”

“Kalau begitu, kau mau aku bicara begini?”

Tatapan Yoo Sangah berubah. Han Sooyoung mengerut.

Lewat pintu, ia melihat companion sedang berkumpul. Melihat Yoo Sangah berdiri seolah melindungi pemandangan itu, firasat tajam menyalak di benaknya.

“Kau…”

Sikap Yoo Sangah tadi. Kenapa dia tak berusaha menghentikan?

“Dulu, Dokja-ssi pernah tanya. Jika dunia ini lahir dari ‘Oldest Dream’, lalu apa yang terjadi jika dia hilang?”

“…Apa?”

“Apa yang terjadi pada dunia yang tak lagi dilihat siapa pun?”

Han Sooyoung mencengkeram kerahnya, membenturkan tubuhnya ke dinding.

“Kau… jelaskan semuanya.”

Tatapan Yoo Sangah tetap tenang. Perlahan, kebenaran terkuak di benak Han Sooyoung.

⸢Dulu, Yoo Sangah pernah menjadi pustakawan [The Fourth Wall].⸥

Ia satu-satunya yang pernah masuk ke dalam Kim Dokja. Apa yang ia lihat dalam perpustakaan penuh naskah itu?

“Katakan! Kau lihat sesuatu di sana, kan?! Orang itu—apa yang dia pikirkan?!”

“…”

“Kenapa kau tidak menghentikanku?! Saat keadaan mulai—!”

“Karena aku tidak punya hak.”

Untuk pertama kalinya, Han Sooyoung bungkam.

“Lindungi dunia dengan membagi dirinya dua. Yang satu menjadi ‘pembaca’, menjaga dunia. Yang lain menjadi ‘karakter’.”

Han Sooyoung juga tahu.

Mungkin Kim Dokja berdarah karena itu.

Mungkin, hari ketika semua bebas dari scenario, versi lain Kim Dokja tetap di kereta—hari ketika ia menoleh bersama Yoo Joonghyuk. Mungkin, Kim Dokja di dalam kereta masih menatap mereka.

“Jika itu pilihan seseorang yang paling memahami dunia ini—”

“Bagaimana kau bisa bilang begitu?”

Tangan Han Sooyoung bergetar mencengkeram kerahnya semakin keras. Yoo Sangah meraih tangan itu lembut, menahannya.

“Itu pilihan seseorang yang bernama diriku.”

“Kau, Kim Dokja… kalian semua sama.”

“Sooyoung-ah, kau sungguh percaya companion lain tidak mengerti apa yang terjadi?”

Seolah kepalanya dipukul, napas Han Sooyoung tercekat.

“Dokja-ssi yang tidak membicarakan <Ways of Survival> lagi… kau pikir mereka tidak merasa aneh?”

“J-jika begitu…”

“Kebanyakan memori yang kami bagi… dimiliki ‘Kim Dokja-ssi’ itu.”

Di kejauhan, para companion tertawa di atas tikar. Jung Heewon tersenyum, Lee Hyunsung menuang bir, Gong Pildu mabuk bernyanyi, Lee Seolhwa bertepuk tangan. Jang Hayoung bicara dramatis.

– Jadi, waktu di Demon Realm tuh—

Kim Dokja berbeda untuk tiap orang.

Bagi Han Sooyoung, ia adalah ‘pembaca’.
Bagi Yoosung & Gilyoung, ia adalah ‘orang tua’.
Bagi Hyunsung, ia adalah ‘selongsong kosong’.
Bagi Yoo Sangah, ‘rekan kerja’.
Bagi Jihye, Heewon, Hayoung, Seolhwa, Pildu…

“Dia tetap Dokja-ssi. Tidak peduli berapa persen dia tersisa, dia tetap Dokja-ssi. Kim Dokja yang menjalani perjalanan bersama kita.”

Kembang api terus meledak di langit. Cahaya menerangi mata anak-anak. Seolah sejarah panjang mereka memudar. Han Sooyoung menatap wajah tersenyum Kim Dokja di antara teman-temannya.

Tanpa ragu, itulah pemandangan yang selalu ia inginkan.

⸢Di sinilah cerita <Kim Dokja Company> berakhir.⸥

Yoo Sangah benar.

Kim Dokja membuat pilihan. Para companion memilih menerima. Mereka terlalu sering terluka—tak ingin terluka lagi.

Itulah kesimpulan mereka.

“Apakah ada artinya mencari mana yang asli?”

Seperti tiada gunanya mencari Yoo Joonghyuk ‘asli’ dari ribuan regression, tak ada artinya mencari Kim Dokja ‘asli’ dari dua yang terbagi.

Han Sooyoung melepaskan kerahnya.

“Aku tidak sedang cari yang asli.”

Mata Yoo Sangah bergetar. Wajah Han Sooyoung terpantul di sana—ekspresi yang bahkan ia tak sangka bisa ia buat. Dengan suara bergetar, ia selesai bicara.

“Yang penting… Kim Dokja itu masih terjebak di sana.”

Mungkin tidak ada seorang pun yang membutuhkan versi itu. Tidak ada yang ingin menemani gila itu, yang hanya mencintai <Ways of Survival>. Tapi setidaknya satu orang—

– Ahjussi!

Tiba-tiba teriakan panik terdengar. Kekacauan muncul dari tikar tempat companion berkumpul. Bau darah menusuk udara.

Han Sooyoung dan Yoo Sangah langsung berlari. Shin Yoosung menangis keras, tangannya berlumur darah.

“D-darahnya… tidak berhenti…”

Kim Dokja, yang tadi tampak baik-baik saja, kini pingsan. Belati di tangan Han Sooyoung bergetar. Jangan-jangan…

“Ini bukan karena luka tadi. Ini…”

Lee Seolhwa memeriksa nadi, wajahnya pucat. Tubuh Kim Dokja bergetar hebat; darah membasahi perban sampai merah gelap.

Lalu—darah itu menguap.

Pah-sususu—

Tetes-tetes darah hancur seperti Story yang memudar.

“Cepat bawa kembali ke Complex!”

Ch 522: Epilogue 1 - The World of Zero, VI

Sudah seminggu sejak Kim Dokja kehilangan kesadarannya.

Para companion bergantian merawatnya selama ia koma. Lee Seolhwa dan Aileen terus memberikan perawatan medis secara bergiliran, dan banyak Incarnation dengan skill penyembuhan terkenal pun sempat datang menjenguk.

Sayangnya, tak satu pun dari mereka berhasil menemukan penyebab mengapa Kim Dokja tiba-tiba berada dalam kondisi seperti itu.

– Struktur internalnya menjadi tidak stabil. Kami belum tahu alasannya. Mungkin terkait dengan pelemahan <Star Stream System>…

Beberapa Incarnation membahas hati-hati topik terkait [Avatar].

“Ahjussi.”

Kim Dokja tetap tak sadarkan diri. Shin Yoosung memandanginya, dan berbisik seolah sedang meyakinkan dirinya sendiri.

Orang ini, dia Kim Dokja. Tidak diragukan lagi, dia adalah Kim Dokja yang kuingat.

Namun, ada satu hal yang tak berubah tidak peduli berapa kali ia mengulang kalimat itu dalam hati.

⸢Kekuatan ‘Constellation sponsor’-nya tidak kurasakan dari keberadaan di depanku ini.⸥

Story yang dulu selalu memeluknya hangat kini hampir tak terasa.

[Story, ‘Saviour of the Star’, tersendat dalam proses storytelling-nya.]

Bahkan Story yang menghubungkannya dengan Kim Dokja ragu untuk melanjutkan. Seolah keberadaan ini… tidak cocok menjadi subjek cerita mereka.

Shin Yoosung perlahan menutup mata.

[Hubungan dengan Constellation sponsor-mu sangat lemah.]
[Channel komunikasi dengan Constellation sponsor terputus.]

Kontrak sponsor masih ada. Cahaya bintang itu masih berada di langit, tetap pada tempatnya, menyaksikannya seperti biasa.

⸢Kalau begitu, cahaya bintang itu milik siapa?⸥

Tatapan Shin Yoosung turun ke bahu Kim Dokja yang belum juga sembuh.

Lengan itu selalu melindungi companion-nya. Dengan lengan itu ia melukis dunianya. Dengan lengan itu ia mengakhiri scenario dan meruntuhkan Final Wall.

Ia menatap wajah Kim Dokja. Ikat kepala emas yang dipasang saat scenario “Perjalanan ke Barat” masih berada di tempatnya. Ikat kepala itu kehilangan kekuatannya sejak Story sang Great Sage melemah. Yoosung merapikan rambut acak-acakan di bawah band itu.

⸢“Jangan khawatir, Yoosung-ah.”⸥

Kim Dokja menepati janjinya.

⸢PC Bang yang ingin ia kunjungi bersamanya.⸥
⸢Pizza dan Cola yang ingin ia nikmati di tepi Sungai Han.⸥

Dalam momen yang terasa seperti mimpi itu, Kim Dokja benar-benar ada. Momen-momen lembut yang tercipta oleh seseorang yang mengorbankan seluruh hidupnya demi membuatnya nyata.

Ia tidak ingin menyangkal kesimpulan yang baru bisa dicapai setelah perjalanan panjang dan menyakitkan itu.

Shin Yoosung menenggelamkan wajah di kasur dan menangis sampai tertidur karena lelah.

Pintu ruang perawatan terbuka pelan, seseorang masuk.

“Hey, sudah waktunya ganti ji—”

Lee Gilyoung menghentikan kata-katanya ketika melihat Yoosung tertidur. Ia merapikan selimut tipis di kursi, lalu menutupinya ke bahu Yoosung. Setelah itu ia duduk di sisi lain ranjang.

“Dokja-hyung.”

Ia memasukkan tangan Kim Dokja yang terjuntai kembali ke dalam selimut. Tangan penuh luka. Tangan yang dulu memberi seekor belalang pada seorang bocah kecil.

⸢Dulu, Kim Dokja seperti dewa bagi bocah itu.⸥

Lee Gilyoung menatap Kim Dokja lama sekali, lalu berbisik pelan.

“…Hyung, kau masih dirimu, kan?”

Ia menghela napas panjang, lalu berdiri untuk membuka tirai jendela.

Di luar sana, banyak orang berjalan di jalanan. Orang-orang yang diselamatkan Kim Dokja. Dunia yang ia lindungi.

Gilyoung duduk di dekat jendela, menghitung setiap pejalan kaki satu demi satu dalam diam.


“…Bodoh tolol. Kalau kau mau buat Avatar, lakukan yang benar sekalian.”

Han Sooyoung bergumam sambil berjalan di dalam Industrial Complex.

Sudah seminggu sejak Kim Dokja jatuh. Ia akhirnya mencapai satu kesimpulan:

⸢Aku tidak bisa mengandalkan para companion.⸥

Yoo Sangah benar — ‘Kim Dokja’ ini, dan ‘Kim Dokja’ yang ia rindukan, keduanya adalah Kim Dokja. Ini adalah ending yang diinginkan, dan semuanya akan baik-baik saja jika companion memilih menerimanya.

Namun, masih mungkin ada satu orang yang berpandangan berbeda.

“Hey, pendek.”

“Ada apa, Black Flame Dragon ajumma?”

“Oppa-mu di mana sekarang?”

“Tidak mau bilang~”

“Kau—!”

Yoo Mia menghilang seperti angin. Bocah itu terlalu cepat; ketika Sooyoung belok ke gang, Mia sudah hilang. Berarti Yoo Joonghyuk pasti ada di sekitar.

Tak lama, ia tiba di area asing.

[Kaizenix District]

Perumahan di bagian barat Complex. Arsitekturnya bergaya fantasi abad pertengahan. Ia pernah dengar tempat ini dari Lee Sookyung, tapi baru kali ini melihat sendiri. Cukup mengagumkan.

Baru saja terlintas di pikirannya untuk sekadar jalan-jalan…

“Sooyoung-ah!”

Ia berbalik.

“…Yuri?”


“Kau tinggal di sini?”

“Untuk sementara. Aku tahu kau sibuk, tapi tetap saja, aku sedikit tersinggung baru didatangi sekarang.”

“…Kau terdengar sangat orang Korea, tahu.”

Han Sooyoung sebenarnya lega melihat Yuri minum teh di depannya.

Yuri di Aristel.

Di Kaizenix Archipelago, Han Sooyoung memakai tubuh wanita ini untuk menjalankan scenario. Banyak sekali terjadi di sana. Termasuk… menunggu pria brengsek bernama Kim Dokja selama puluhan tahun.

“Omong-omong, kau kulihat mencari seseorang? Aku?”

“Maaf, bukan…”

“Tch. Kalau begitu?”

Sooyoung menjelaskan. Yuri menepuk tangan seperti mengerti.

“Ah, tunanganmu itu?”

“Tunangan…?”

Sooyoung termenung, lalu wajahnya mengerut.
Memikirkan kembali… bukankah ia hampir menikahi orang itu?

“Kalau begitu, kau mencari siapa?”

“Yoo Joonghyuk. Kau tahu dia di mana?”

“Oh? Jadi tipe favoritmu itu ya? Yang lebih pendek—”

“Jawab saja.”

“Kalau si idiot itu…”

…Si idiot?

“Lihat, timing bagus.”

Bayangan besar berlari melewatkan jendela. Sooyoung berdiri mendadak dan berlari keluar.

“Hey! Tagihnya nanti!!”

Ia melihat Yoo Joonghyuk di kejauhan, memakai tracksuit, berlari stabil. Penduduk sekitar membicarakannya.

“…Dia lari lagi.”
“Kenapa repot begitu? Kan bisa pakai skill.”
“Tiga bulan, loh.”

Han Sooyoung mengejar sambil memperhatikan punggungnya. Benar, ia berlari murni mengandalkan tubuh.

Ia menarik napas, mengaktifkan skill, lalu menyamai langkah pria itu.


“Apa yang kau lakukan?”

Yoo Joonghyuk menoleh sekilas, lalu menatap ke depan lagi.

“Lomba marathon? Tapi yah, bahkan kau juga harus kerja di dunia baru ini, jadi—”

Tak ada respons. Ia hendak menyindir lagi, tapi suara orang-orang di sekitar terdengar:

“…Lihat, satu idiot lagi.”

Brengsek, orang-orang ini…!

Ia hampir membalas, tapi Yoo Joonghyuk bicara duluan.

“Aku berlari karena aku mau.”

“Kenapa? Kau frustrasi juga?”

Ia tak menjawab. Senyum samar, atau bayangan kesedihan, terlintas di wajahnya.

Ia bertanya:

“Sejauh apa kau baca novel itu?”

Sooyoung kaget. Tidak menyangka ia akan menyinggung hal itu.

“Hanya awalnya.”

“Seperti apa diriku di sana? Misal, di turn ke-0 atau pertama…”

“Apa-apaan kau? Kenapa tanya begitu?”

“Aku tidak dapat mengingat masa lalu dengan jelas.”

Sooyoung menatapnya. Itu pertama kalinya ia mendengar hal itu.

“Kau tidak bisa ingat?”

“Bukan tidak bisa. Ingatan itu terpotong-potong.”

“Dengan regress sebanyak itu, wajar otakmu bubar sih.”

Namun dalam hati, ia tahu alasannya.

Secara teknis, Yoo Joonghyuk adalah tokoh dalam novel <Ways of Survival>. Semua informasi tentangnya datang dari catatan penulis. Yang tidak dicatat… pada dasarnya tidak pernah ada.

Novel dimulai dari regression ke-3. Jadi, mungkin benar ia tidak ingat 0–2.

“Itu penting? Masa lalumu?”

Namun Yoo Joonghyuk menjawab:

“Itu penting bagiku.”

Sooyoung terdiam melihatnya memaksa tubuhnya melewati batas tanpa skill. Ia mulai mengerti sesuatu.

⸢Yoo Joonghyuk adalah orang yang paling mampu menaklukkan ‘scenario’.⸥

Ironisnya, Raja Teragung yang terbaik dalam menyelesaikan scenario kehilangan tempatnya setelah scenario berakhir.

Di dunia tanpa scenario… apa fungsi Yoo Joonghyuk?

Sooyoung menunduk.

“Kau tetap Yoo Joonghyuk waktu itu. Yoo Joonghyuk yang jadi regressor.”

Ia mengembalikan kata-kata masa lalu pria itu padanya.

Lalu ia mencoba mengganti topik.

“Selain itu, aku ingin bilang sesuatu. Kau pasti sudah tahu, tapi Kim Dokja di world-line ini—”

“Avatar. Aku tahu.”

Sooyoung membeku.

Ia hendak bicara lebih jauh — tapi kata-kata tak keluar. Haruskah ia mengusulkan pada pria ini… untuk menyelamatkan Kim Dokja yang asli? Yang masih mengingat seluruh <Ways of Survival>?

Ia tak yakin ia bisa mengucapkannya.

Namun Yoo Joonghyuk bicara dulu:

“Kalau kau mau menyelamatkannya, kau harus ke subway di balik ‘Final Wall’. Masalahnya… kau tidak akan sampai ke sana lewat cara biasa melintasi world-line.”

Ia terkejut, tapi segera membalas:

“…Kita buka ‘Final Wall’ lagi. Kita butuh ‘fragments’-nya. Dan kelihatannya… kita sudah punya satu.”

⸢Begitulah Han Sooyoung berkata.⸥

Bahkan ia bisa mendengar pesan acak muncul dari [The Fourth Wall] belakangan ini. Seperti kalimat yang sedang tercatat oleh [The Fourth Wall] milik Kim Dokja world-line ini.

“Masalahnya fragment lainnya.”

‘Wall that Decides Samsara’ milik Yoo Sangah.
‘Wall that Divides Good and Evil’ milik Jung Heewon dan Lee Gilyoung.
‘Wall of Impossible Communication’ milik Jang Hayoung.

Sudah dipakai. Untuk mengambilnya kembali…

“Han Sooyoung.”

“Apa lagi?”

“Ini putaran ketiga.”

“…Apa?”

Baru saat itu ia sadar. Pemandangan yang sama seperti pertama ia tiba. Mereka berlari dalam lingkaran.

“Apa yang kau lihat? Aku melihat burung-burung di atas menara. Mereka kembali ke sana jam segini.”

“….”

“Kafe itu selalu penuh jam segini.”

“Kau…”

“Kau pernah lihat menara jam di Kaizenix? Wajah orang-orang tergambar di jarum detik, menit, jam. Wajahmu juga ada.”

Ia menatap, dan ya — dunia seperti yang ia gambarkan, ada di sini.

“Kau lihat begituan buat apa? Sudah gila?”

Ia berkata karena kasihan melihat pria itu berlari sendiri.

Namun jawabannya menghantamnya.

“Kalau kau bisa berlari sekali lagi…” Yoo Joonghyuk berhenti. “…Apa kau percaya bisa melihatnya lebih jelas?”

Sooyoung ikut berhenti.

[Stigma ‘Yoo Joonghyuk’ memancarkan cahaya samar.]

Dalam hati, ia sudah tahu. Sejak tadi, ia tahu apa maksud pria ini. Tapi ia pura-pura bodoh — karena cara itu… tidak baik. Bahkan gila.

“Kau…”

Cara menyelamatkan Kim Dokja.
Cara mendapatkan kembali tiga ‘Wall’.
Satu-satunya jalan untuk Yoo Joonghyuk.

⸢Kembali ke dunia tempat Wall masih ada. Dan kembali berjalan melalui neraka itu.⸥

“Kau mau lakukan regress gila itu sendirian lagi?!”

Bahkan ia dan Kim Dokja tak mau itu.

Dan tak mungkin seorang diri…

“Tidak. Tidak mungkin sendirian.”

Jawabannya membuat mata Sooyoung terbelalak.

“Itu sebabnya aku bertanya. Apa yang kau lihat?”

Status Transcendent bangkit dari tubuhnya. Sesuatu di dalam dirinya bangkit lebih jauh — bahkan melampaui Konstelasi.

[Stigma ‘Yoo Joonghyuk’ sedang berevolusi.]

Han Sooyoung menatap jalan yang barusan ia lewati, melihat jarum jam berputar — wajahnya tergambar di jarum detik.

Bagaimana jika ia bisa berlari lagi?
Mungkin ia bisa lebih baik.
Jika ia bersiap…
Jika ia bersama para companion…

Ia menoleh. Yoo Joonghyuk menatapnya.

“Aku butuh bantuanmu, Han Sooyoung.”

[Stigma ‘Regression’ memperoleh kemungkinan ‘Group Regression’!]

Ch 523: Epilogue 1 - The World of Zero, VII

Sudah dua bulan sejak aku mulai mengamati turn ke-0.

Ada satu hal yang kupelajari selama waktu itu, yaitu — tak peduli regression ke berapa pun, Yoo Joonghyuk akan selalu menjadi Yoo Joonghyuk.

“Aku tidak memilih siapa pun.”

[Incarnation ‘Yoo Joonghyuk’ tidak memilih sponsor Constellation.]

Dan dengan itu, pemilihan sponsor kedua berakhir.

Jika termasuk pemilihan sponsor mendadak tanpa pemberitahuan di tengah-tengah skenario sebelumnya, maka ini adalah ketiga kalinya.

Yoo Joonghyuk tidak memilih sponsor pada ketiga kesempatan. Pertama kalinya, karena aku memukul kepalanya, jadi dia tidak sempat memilih.

Tsu-chuchut…

Telapak tanganku yang menampar belakang kepalanya masih terasa perih. Yah, aku memang memotong skenario awal secara paksa dan memukul pingsan seorang Incarnation tepat sebelum event penting, jadi wajar kalau ada konsekuensinya.

Apa pun itu, sejak saat itu Yoo Joonghyuk menjadi luar biasa waspada setiap ada momen ‘pemilihan sponsor’.

⸢Constellation… Mereka bisa memukulku pingsan tanpa peringatan. Aku tidak boleh gegabah mempercayai mereka.⸥

…Cukup mengecewakan dari sudut pandangku. Tapi ya, yang lain juga tidak terpilih, jadi tidak rugi terlalu besar.

[Constellation ‘Abyssal Black Flame Dragon’ mengeluh, bertanya kenapa ia tidak dipilih.]

[Constellation ‘Mouse that Eats Fingernails’ meneteskan air liur melihat kuku Incarnation Yoo Joonghyuk.]

[Constellation ‘Founder of Humanity’ tertarik pada Incarnation Yoo Joonghyuk.]

[Constellation ‘Demon-like Judge of Fire’ bingung melihat tindakan Incarnation Yoo Joonghyuk.]

Waktu berlalu dan channel Bihyung semakin besar. Jumlah Modifier yang kukenal juga bertambah.

[Constellation ‘Demon King of Salvation’ memberi salam pada ‘Demon-like Judge of Fire’.]

[Constellation ‘Demon-like Judge of Fire’ mendengus meremehkan.]

Uriel…

[Constellation ‘Prisoner of the Golden Headband’ terkekeh.]

[Constellation ‘Demon King of Salvation’ menyapa ‘Prisoner of the Golden Headband’ dengan senang.]

[Constellation ‘Prisoner of the Golden Headband’ mulai mengorek hidung.]

Benar. Beginilah seharusnya Ways of Survival.

Aku mengingat sosok para Constellation, dan sempat lupa sejenak.

[Constellation ‘Abyssal Black Flame Dragon’ memperingatkan Constellation lain bahwa ‘Demon King of Salvation’ tukang cari perhatian, jadi hati-hati.]

Tentu saja, yang paling menyebalkan tetap dia. Aku nyaris membalas (walau harus buang Coin), tapi Bihyung lebih dulu bicara.

[Supreme King Yoo Joonghyuk, kau benar-benar tidak ingin memilih sponsor? Pertimbangkan lagi?]

“Tidak. Aku tidak memilih.”

[Begitu ya kalau begitu! Constellation-nim yang ingin menjadi sponsor, ini kesempatan untuk menarik perhatian Incarnation tersebut!]

Berkat Yoo Joonghyuk, Bihyung kecipratan rezeki ketiban fans “Cari Incarnation”, dan senyum lebar tidak pernah hilang dari wajahnya hari itu. Rupanya ia sadar ini kesempatan untuk kaya.

Tak lama, jendela pesan baru muncul.

[Dokkaebi Bihyung mempersembahkan — kesempatan sponsor spesial!]

[Silakan sponsor item pada Incarnation yang kalian pilih.]

Aku hampir menekan ‘Confirm’, lalu membaca tulisan kecil di bawahnya:

Secara otomatis akan terpotong 3500 Coin setelah pembelian.

Aku menarik napas pendek.

[Coin saat ini: 500 C]

⸢Bo d oh Kim Dok ja⸥

Aku sudah menghabiskan seluruh tabungan <Kim Dokja’s Company> saat Final Scenario. Tentu saja aku kere sekarang.

Kupikir bisa farming Coin menggunakan otoritas Oldest Dream, tapi dengan level kekuatanku sekarang, efisiensinya buruk. Jadi kutunda.

[Constellation ‘Abyssal Black Flame Dragon’ berkata jika kau menandatangani kontrak dengannya, ia bisa menjadikanmu Black Flame Dragon yang keren…]

[Constellation ‘God of Wine and Ecstasy’ berkata jika kau menandatangani kontrak, kau akan mendapat minuman legendaris Olympus…]

[Constellation ‘Slumbering Lady of Fine Brocade’ berkata jika kau menandatangani kontrak dengannya, starter pack menengah akan…]

Pesan sponsor turun seperti hujan.

Bahkan item tahap awal yang dulu aku saja tak mendapatkannya, kini mereka tawarkan.

Bahkan YJH turn ke-3 di novel tidak diperlakukan spesial begini. Lalu kenapa turn ke-0 bisa sepopuler ini?

Sederhana:

[Incarnation ‘Yoo Joonghyuk’ menolak semua tawaran.]

“Itu tidak cukup.”

Karena Yoo Joonghyuk turn ke-0 terlalu… overestimate dirinya.

“Terlalu banyak yang menawarkan sampah. Tidak ada yang bisa memberi informasi hidden piece?”

[Constellation ‘Slumbering Lady of Fine Brocade’ berkeringat, berkata ia tidak tahu.]

“Tidak ada yang bisa menunjukkan sesuatu seperti ramalan masa depan?”

[Constellation ‘Master of Sky Walk’ berkata membocorkan informasi melanggar aturan.]

“Kalian lebih tak berguna dibanding Demon King of Salvation.”

[Beberapa Constellation sangat penasaran pada identitas ‘Demon King of Salvation’!]

Maka, tanpa kusengaja, ‘Demon King of Salvation’ jadi hype besar di turn ke-0.

— Demon King of Salvation! Pemberi bocoran masa depan?!

— <Olympus>: tidak mungkin ada kebocoran prediksi, Probability mustahil…

— Asosiasi Demon King: tidak ada Demon King bernama itu.

— Abyssal Black Flame Dragon: Modifier itu mirip punyaku…

Lewat <Star Stream Daily>, aku memahami kehidupan Constellation.

Jadi begini bedanya ketika seseorang jadi Constellation sejak awal, dibanding naik dari Incarnation.

[Reputasimu mulai menyebar.]

[Para gosip menulis lagu ‘Penipu Demon King of Salvation’.]

[Popularity naik → kau mendapat 5000 Coin.]

Bagus juga ujungnya.

[Heheh. Demon King-nim, bulan ini tetap patron channelku?]

[Constellation ‘Demon King of Salvation’: tentu saja.]

[Tentu berkatmu, revenue channel-ku meledak. Boleh tahu nama asli— oh, kau orang paling seenaknya menendang Probability ya, hahaha! Pujian kok!]

[Constellation ‘Demon King of Salvation’: tidak bisa.]

[Aduh, sayang sekali. Tapi aku tetap bingung… kenapa makhluk setangguhmu bertahan di channel receh sepert—]

Aku menatapnya sejenak, lalu membalas:

[Constellation ‘Demon King of Salvation’: membayar utang.]


Buku yang pernah kau baca bisa kau baca lagi tanpa masalah. Tapi kadang ada bagian yang tiba-tiba membuatmu tersendat.

Begitulah rasanya turn ke-0 bagiku.

[Incarnation ‘Yoo Joonghyuk’ tidak memilih sponsor.]

Turn ke-0 terasa mirip timelineku sendiri. Ceritanya sudah melenceng jauh dari plot asli.

…Sudah sejauh ini. Tak mungkin kembali ke jalur original.

“Joonghyuk-ssi, boleh pasang barikade di sini?”

Emperor of Steelsword, Lee Hyunsung.

“Oii, Kapten! Kau janji ajari aku gaya pedang itu!”

Delusion Demon, Kim Namwoon.

“Master, boleh aku farming item setelah skenario ini?”

Naval Admiral, Lee Jihye.

Dan ada satu orang lagi — yang seharusnya tidak ada pada turn ke-0.

⸢Saat lewat Stasiun Geumho, pastikan merekrutnya.⸥

Mungkin aku serakah. Di dunia ini, Yoo Sangah, Lee Gilyoung, dan aku tidak ada. Tapi setidaknya satu anggota <Kim Dokja’s Company> bisa direkrut:

“Heewon-ssi, itu tidak rata.”

Judge that Destroys Evil, Jung Heewon.

Aku melihatnya memeriksa checklist hal-hal yang companion lainnya lewatkan, dan aku terbawa nostalgia.

⸢“Aku sangat bahagia waktu itu… saat kita pergi beli baju di department store, lalu mampir ke <Eden> seperti selebriti.”⸥

Meskipun sebagian besar memoriku kuberikan pada Avatar 49%, aku masih menyimpan banyak. Aku fokus agar tetap berada di jalur, walau kenangan menyapu seperti badai.

⸢“Karena itu, kau hanya orang yang bisa melakukan ini, kan?”⸥

Jung Heewon yang kuingat… pasti baik-baik saja.

Lagi pula, dunia itu punya ending bahagia. Para companion di sana pasti sedang ke Sungai Han, atau ke laut, menikmati hari damai bersama ‘aku’.

Aku membisikkan itu seperti mantra, memaksa diri fokus pada dunia di depanku.

⸢Ini bu kan dun ia mu ju ga⸥

Aku tahu.

⸢Dunia Kim Dokja tidak ada lagi.⸥

Bagi yang melihat semua dunia sebagai mimpi, tidak ada “kenyataan sejati”.

Untuk melupakan itu, aku mencurahkan segalanya mengamati cerita di depan mataku. Lebih baik menjadi Constellation bodoh yang hanya menikmati cerita yang kusuka.

“Ada apa, orabeoni! Mia berhasil!”

“Aku sudah bilang jangan bicara begitu di depan orang.”

“Hiiing.”

Aku tertawa kecil melihat Joonghyuk menegur adiknya.

Perbaiki gaya bicaramu dulu, tolol.

Sudah jadi pro gamer, masa caramu bicara seburuk ini di dunia nyata? Bagaimana kau hidup bersosial?

Oh, benar. Probability wajahnya.

“Skenario keempat akan segera mulai. Bersiaplah.”

Dengan informasi dariku, ia tumbuh kuat sedikit demi sedikit.

⸢Kendalikan Kim Namwoon baik-baik. Dia benar-benar menghormatimu. Orang tidak lahir jahat.⸥

⸢Jangan songong di theatre dungeon. Ambil skill anti mental dulu sebelum boss terakhir.⸥

⸢Ikat Gong Pildu di awal. Dia akan berguna. Dia tidak sepenuhnya busuk. Kuncinya…⸥

Awalnya ia tidak percaya, tapi ketika semua ramalanku tepat, ia mulai percaya.

Syukurlah. Meskipun aku masih sebal ia belum memilihku jadi sponsornya.

“Ngomong-ngomong, kenapa Kapten tahu banyak soal skenario?”

“...Seseorang membantuku.”

“Siapa?”

Untung 0th-turn Yoo Joonghyuk tahu cara berterimakasih.

— Berikan ramalan berikutnya.

Ia menghabiskan 30.000 Coin untuk komunikasi satu lawan satu. Perlu, tentu saja. Tapi tetap saja aku bangga.

[Constellation ‘Demon King of Salvation’ memberikan ‘sebagian wahyu’.]

⸢Inti skenario keempat adalah ‘Absolute Throne’. Ingat, kau tidak boleh—⸥

Tsu-chuchuchu…

Probability terbakar tiap kali aku membocorkan masa depan.

Mata uang dunia ini adalah Story. Spoiler masa depan merusak Probability lebih parah daripada memukul kepala Yoo Joonghyuk.

“Itu mereka!!”

Companionnya menarik senjata. Babak akhir skenario empat dimulai.

[The Fourth Wall] berbicara. ⸢K au ta u ap a ya ng ka u lak uka n, ka n?⸥

Jari-jari tanganku meleleh.

Aku menatap Yoo Joonghyuk menghadapi 7 Raja Seoul. Pedang [Splitting the Sky Sword] meraung.

⸢Se be rap a pu n ka u be rju a ng⸥

Turn ke-0 sepenuhnya berubah. Ia menempuh jalan berbeda dari YJH mana pun.

⸢Itu orang tidak akan bisa melihat seberang tembok⸥

Tak ada cara mendapat [The Fourth Wall] di world-line ini. Kunci terakhir membuka [Final Wall] tidak ada. Ia takkan pernah menyeberang.

Tapi gagal melewati [Final Wall] bukan berarti ia tidak bahagia.

Selama aku Oldest Dream, world-line ini tidak akan runtuh setelah skenario berakhir.

⸢Ada kebenaran yang hanya membawa kesedihan jika diketahui.⸥

Jika ia tak bisa melihat kebenaran… maka aku akan memberinya ending terbaik.

[Selamat! Incarnation ‘Yoo Joonghyuk’ telah menyelesaikan semua ujian ‘Absolute Throne’!]

Ia mengalahkan 7 Raja, berdiri di depan Tahta.

Ia mengeluarkan pedang — [Four Yin Demonic Beheading Sword].

Aku menggantikan Lord of the Big Dipper memberi kekuatan.

Bintang-bintang bersinar. Pedang itu berevolusi, menjadi Star Relic.

[Aura para Outer God tercengang!]

[Lords of the Big Dipper pingsan kaget!]

Seluruh Constellation menatap.

“Aku tidak berniat mewakili manusia serendah kalian.” katanya. “Aku tidak jadi mainan Constellation busuk macam kalian. Dan aku tidak akan duduk di ’Absolute Throne’.”

Kalimat yang pernah kudengar.

Ia mengangkat pedang.

“Dan aku takkan biarkan siapa pun mendudukinya.”

Pedang itu menghajar tahta berulang-ulang.

Craaaack—!

Langit <Star Stream> menyala seperti matahari tengah malam. Badai Probability mengguncang.

Aku mengangkat tangan menahan badai.

[World-line tidak puas oleh intervensimu!]

[Overwrite melebihi levelmu!]

[Sebagian Story-mu hilang!]

Turn ke-0 YJH ini bukan regressor. Tak punya info masa depan. Tak punya [Inheritance]. Tak bisa [Bookmark], tak punya [Omniscient Reader’s Viewpoint].

⸢Karena itu, Kim Dokja tahu apa yang harus mengisi kekosongan itu.⸥

Ia tidak perlu regression. Tidak jadi Secretive Plotter.
Tidak jadi peziarah tragis yang terdampar antar dunia.

Ia akan mendapat akhir layak.

[Incarnation ‘Yoo Joonghyuk’ memperoleh Story pertama!]

[Story baru tercipta.]

Di belakangnya, seekor harimau putih menatap — Story yang dulu melindungiku.

[Story ‘King of a Kingless World’ lahir.]

Aku melihat wajah gembiranya melalui ibu jariku yang memudar.

‘Kim Dokja’ tidak boleh ada di cerita ini.

⸢Namun, inilah cerita yang paling ingin Kim Dokja ciptakan.⸥

Aku menutup mata. Halaman tua terbentang. Aku menulis.

Satu halaman. Dua. Lima. Delapan.

Jarinya lenyap seiring setiap skenario selesai. Tumbuh kembali, tapi sedikit lebih kecil.

Aku menulis tentang ending yang YJH inginkan, ending yang ingin kulihat, kesalahan yang kubuat, hal yang kupahami.

Seluruh cerita itu berkumpul menjadi satu.

Entah berapa lama berlalu.

Aku membuka mata.

⸢Akhirnya, Yoo Joonghyuk turn ke-0 mencapai halaman terakhir skenario.⸥

Ch 524: Epilogue 1 - The World of Zero, VIII

Pedang [Splitting the Sky Sword] Yoo Joonghyuk membelah udara; menebas para Constellation yang menghalangi jalannya, dan memotong para Incarnation yang menjadi kaki tangan mereka.

Yoo Joonghyuk benar-benar bertarung habis-habisan.

Di belakangnya mengikuti para rekan yang menembus skenario bersama—Lee Jihye, Lee Hyunsung, Jung Heewon, Shin Yoosung, Kim Namwoon, Lee Seolhwa, Gong Pildu…

– Sistem beroperasi.

Para Penguasa Seoul juga bersamanya; King of Hidden Shadows Han Donghoon, King of Beauty Min Ji-won.

– Majulah, Yoo Joonghyuk!

King of Transcendents, Jang Hayoung, juga ada di sana.

– Biarkan kami menangani ini, Supreme King.

Bukan hanya mereka. Para Incarnation dari negara lain juga bergabung, termasuk Fei Hu dan Ranvir Khan—bahkan musuh bebuyutannya, Anna Croft, membantu.

[Constellation ‘Prisoner of the Golden Headband’ bersorak mendukung Incarnation Yoo Joonghyuk!]

[Constellation ‘Demon-like Judge of Fire’ sedang…]

[Constellation ‘Abyssal Black Flame Dragon’ sedang…]

Tak ada regression turn lain yang seutuh ini.

“Pacheonmaeng, kita bergerak.”

Pacheonmaeng (파천맹), Aliansi Pemecah Langit—itu nama organisasi yang dibangun Yoo Joonghyuk.

Kesimpulan yang kuselesaikan, serta cetak biru yang digambarkan oleh Han Sooyoung turn ke-1863; Story, esensi terkonsentrasi dari seluruh regression Ways of Survival, mulai bersuara.

[Story ‘King of a Kingless World’ sedang berkoar!]

[Giant Story ‘Demon Realm’s Spring’ memulai storytelling!]

[Giant Story ‘Season of Light and Darkness’ memulai storytelling!]

Seolah semua cerita yang terjadi hingga sekarang hanya ada demi momen ini.

[Bagaimana…? Seharusnya kalian belum bisa sampai di sini…!]

Akhirnya, mereka melihat wajah kaget Dokkaebi King di balik reruntuhan Final Ark. Yoo Joonghyuk dan Pacheonmaeng menerjang tanpa ragu.

[Oh, kalian ini bodoh! Membunuhku tak ada artinya. Jika <Star Stream> hancur, kalian pun lenyap. World-line yang sudah menyelesaikan event akan ditinggalkan. Tak ada yang mau melihat world-line seperti itu!]

Dokkaebi King melawan mati-matian. Untuk membuktikan ucapannya, ia menggunakan setiap Story miliknya. Namun itu tidak cukup; ia memuntahkan Story dan berlutut. Bahkan saat jatuh pun ia tetap menyeringai.

[Semuanya sudah berakhir. Sebentar lagi, dunia ini akan runtuh. Tak mungkin yang agung itu menginginkan cerita seperti ini…]

Namun, berlawanan dengan harapannya, kehancuran tidak datang. <Star Stream> tetap utuh. Alis Dokkaebi King terangkat tinggi.

[Final Scenario dari <Star Stream> telah selesai.]

[…Apa mungkin—??]

Di detik terakhir, Dokkaebi King menoleh seolah mencoba merasakan tatapan seseorang di balik [Final Wall].

Dan sesaat kemudian, sebuah baris teks muncul di atas tembok itu.

⸢Legenda <Star Stream>, Supreme King Yoo Joonghyuk.⸥

Title card naik di layar. Lalu beep!—padam. Panel gelap itu memantulkan ruang kelas dan anak-anak yang duduk rapat di depan.

Mata berkilau mereka tertuju pada seorang pria yang bersiap memulai pelajaran. Ia perlahan membuka mulut.

“Aku Yoo Joonghyuk.”


“Anak-anak benar-benar menyukainya, Joonghyuk-ssi. Seperti dugaan, kau hebat mengajar anak.”

“…Tapi mereka terlihat bosan mendengar cerita hambar itu.”

Lee Seolhwa tersenyum kecut mendengar suara datar Yoo Joonghyuk.

“Itu tidak benar.”

Ia memakai mantelnya tanpa perubahan ekspresi.

⸢Sudah lima tahun sejak skenario dunia ke-0 berakhir.⸥

Setelah skenario berakhir, Yoo Joonghyuk dan para rekannya mulai membangun ulang dunia.

Han Donghoon bekerja sama dengan pemerintah membentuk struktur negara baru, Lee Hyunsung dan Jung Heewon menumpas organisasi kriminal.

Lee Jihye menjaga perbatasan negara dan melakukan diplomasi dengan Incarnation negara lain, sementara Lee Seolhwa dan Shin Yoosung menyelamatkan anak-anak yatim korban skenario. Institusi bernama [Star Counting Night] didirikan untuk mereka.

Saat keluar dari institusi itu, Yoo Joonghyuk menyadari anak-anak melihatnya. Mereka adalah yatim piatu yang ditinggalkan para Constellation, namun tumbuh besar sambil menghitung bintang-bintang yang telah hilang.

“Ngomong-ngomong, ahjussi?”

Seorang bocah menarik ujung pakaiannya. Ketika ia menoleh, bocah itu menunjuk rambutnya.

“Ada uban.”


Tujuh tahun setelah skenario berakhir, Yoo Joonghyuk menikah. Calonnya adalah Lee Seolhwa.

Lee Jihye terisak, Gong Pildu menjadi officiator, Jung Heewon menangkap bouquet… Shin Yoosung kabur dari kelas kampus dan menyanyikan lagu pernikahan.

Mereka tidak punya anak kandung. Keduanya tak menginginkannya.

— Sudah cukup banyak anak di dunia yang butuh orang tua.

Mereka membesarkan anak-anak di institut. Keputusan yang sangat sesuai dengan keduanya.

⸢Waktu terus berlalu; sepuluh tahun, lima belas…⸥

Seperti halaman terbalik cepat menuju akhir, waktu di turn ke-0 berlari tanpa henti. Yoo Joonghyuk menua, seperti seharusnya.

Lebih tepatnya, hanya dia yang menua — karena atribut yang ia pilih saat menyelesaikan skenario.

Atribut legendaris, [Life Lived to Its Fullest].

Di ribuan regression, ia tak pernah memakainya. Seorang regressor tak butuh itu.

⸢Atribut yang, dengan harga hidup yang memiliki batas, membebaskan seluruh potensi tersembunyi pengguna.⸥

Namun di turn ke-0, ia tak punya pengalaman regression. Tak banyak talenta. Maka ia memilih atribut itu—satu-satunya cara untuk menyelesaikan skenario.

“Master, tahun ini umurmu berapa?” tanya Lee Jihye.

“Aku sudah lupa.”

“Hmm, 20 tahun sejak skenario berakhir, berarti… oh tidak, jadi—”

“Manusia tumbuh tua dan mati.”

“Argh, master, serius…!”

Selama sistem <Star Stream> ada, keabadian bukan mustahil. Banyak makhluk hidup ratusan, ribuan tahun seperti Breaking the Sky Sword Saint atau Kyrgios. Bahkan jika cukup Story dikumpulkan, menjadi Constellation berarti hidup abadi.

Namun Yoo Joonghyuk tidak melakukannya.

⸢Tak ada Story tanpa pengorbanan.⸥

Di langit malam tanpa Bureau, tanpa Constellation, ia hidup dalam damai dunia ini.

⸢Lalu, 25 tahun berlalu.⸥

Dan suatu hari, dengan rambut seluruhnya beruban, ia meninggalkan kota.

“Captain, masa benar mau tinggal di tempat terpencil gini?” tanya Shin Yoosung.

“Aku tak suka keramaian.”

“Lalu… Seolhwa eonni…?”

Yoo Joonghyuk mengasah [Splitting the Sky Sword] tanpa menjawab.

Di dunia tanpa yang perlu ditebas, ia tetap berlatih pedang yang tak lagi punya tujuan—jalan hidup yang ia pilih.

“Kau bisa latihan di Compl—”

Shin Yoosung terhenti. Permukaan bilah pedang memantulkan wajah Yoo Joonghyuk. Siapa pun takkan mengira ia berusia 60-an. Namun tetap saja—

Yoo Joonghyuk akan mati nanti. Dan Lee Seolhwa akan hidup lama sendirian.

Shin Yoosung membuka mulut, tapi—

“Supreme King, kau sudah renta! Akhirnya aku bisa menang tahun ini, ya?!”

Kim Namwoon menyerbu, membuka perban dari tinjunya.

“Ku-waaaaahk!! Tanganku! Tangaaanku! Tidak, mataku!!”

Kim Namwoon terpelanting sekali pukul. Rekan-rekan tertawa kecil; Jung Heewon dan Lee Hyunsung bergandengan; Lee Jihye dan Shin Yoosung ribut lagi.

Aku melihat semuanya, dan di atas mereka, kalimat itu terhampar.

⸢Mungkin aku juga bisa melihat pemandangan seperti ini.⸥

Mungkin sedikit berbeda; <Star Stream> dunia asliku telah hancur, sistem melemah.

Teman-temanku akan menua seperti ini. Dan aku juga.

Rambut abu-abu Yoo Joonghyuk berkibar saat ia melihat mereka pergi.

Tubuhnya tetap tegap. Kulitnya masih kencang, ototnya kuat.

Namun matanya tak lagi menyala seperti dulu.

⸢Kim Dok ja ka u su dah te rl alu la ma di si ni⸥ kata [The Fourth Wall]. ⸢Me ma ksa di da lam sa tu m im pi le bi h la ma me mbu at m u…⸥

Aku paham.

Sebagai Oldest Dream, tugasku mengamati semua dunia. Tapi aku tak bisa meninggalkan turn ke-0 ini. Rasanya jika cerita ini berakhir, tragedi akan kembali mulai.

Kalau begitu… jika aku tetap bertahan…

“Demon King of Salvation,” Yoo Joonghyuk menatapku. “Masih penasaran dengan ceritaku?”

Aku ragu sejenak.

[Constellation ‘Demon King of Salvation’ menjawab: masih.]

“Dunia ini tak lagi punya skenario. Tak ada kejutan, tak ada irregular. Lalu kenapa kau masih ingin menyaksikan cerita ini?”

[Constellation ‘Demon King of Salvation’ menjawab: karena inilah cerita yang ia ingin lihat sejak awal.]

“Kau makhluk yang aneh.”

Story muncul di belakangnya.

[Story ‘King of a Kingless World’ menatap ‘Demon King of Salvation’.]

[Story ‘Demon Realm’s Spring’ menatap ‘Demon King of Salvation’.]

[Story ‘Season of Light and Darkness’ menatap ‘Demon King of Salvation’.]

Story bercerita sambil menatapku. Story yang dulu milikku. Kenangan yang pernah kubangun, kini hidup di belakangnya.

Dunia yang kurancang. Yang disempurnakan Yoo Joonghyuk.

“Kadang kedamaian ini terasa ilusi… Sesekali aku merasa hidupku diselesaikan oleh orang lain.”

[Constellation ‘Demon King of Salvation’ sedang…]

“Bukan berarti aku tidak bahagia.”

Yoo Joonghyuk tersenyum samar.

Aku terpaku. Aku tak pernah melihat ia tersenyum seperti itu.

“Aku selalu khawatir soal bagaimana menjalani hidup.”

Ia mengayunkan pedang pelan. Setiap tebasan mengandung Story. Incarnation yang paling paham aturan sistem, yang bersinar justru saat sistem bekerja.

“Pertarungan tanpa kemenangan tak punya arti bagiku.”

Kemampuan membaca situasi, menghitung untung rugi, memahami keunggulan dan kelemahan—itulah dirinya.

“Tapi belakangan aku penasaran. Apa jadinya jika kau tidak membantuku? Seperti apa hidupku jika aku gagal?”

Aku tahu. Lebih dari siapa pun. Apa yang terjadi pada Yoo Joonghyuk yang gagal turn ke-0.

“Aku rasa kau sudah sadar. Waktuku tak banyak lagi.”

Ch 525: Epilogue 1 - The World of Zero, IX

Yoo Joonghyuk menancapkan pedangnya ke tanah ketika tubuhnya oleng. Iris matanya perlahan menjadi bening. Penglihatannya, yang telah lama lelah setelah pertempuran yang panjang, mulai meredup.

“Jika aku memilihmu sebagai sponsor Constellation-ku… apa akhirnya aku akan bisa bertemu denganmu?”

[Constellation ‘Demon King of Salvation’ menggeleng.]

“Di mana sebenarnya kau berada? Semua bintang di <Star Stream> telah jatuh… jadi dari mana kau mengawasiku?” Yoo Joonghyuk terus bergumam. “Tidak, tunggu. Aku sudah tahu jawabannya. Kau… mungkin berada di balik [Wall], bukan?”

Aku tidak bisa berkata apa-apa. Aku tak menyangka Yoo Joonghyuk turn ke-0 bisa sampai pada kesimpulan itu. Ia melanjutkan.

“Aku selalu merasa ada yang janggal dengan dunia ini.”

Ini pertama kalinya aku mendengar nada setenang itu dari dirinya.

“Suatu hari, aku tiba-tiba ada di dunia ini.”

Seorang pria yang muncul begitu saja, tanpa permulaan.

“Tanpa memori masa kecil, aku tiba-tiba muncul. Aku berkeliaran di tempat kerja ilegal, lalu, karena keberuntungan semata, aku ditemukan direktur tim dan jadi pro gamer. Tapi kemudian, tiba-tiba saja, seseorang menaruh seorang anak di depan pintuku. Anak itu, katanya adik perempuanku.”

Kehidupan yang terlalu kebetulan. Rangkaian penderitaan yang seolah sengaja disusun untuk tragedi.

“Pernah aku mencoba mencari orang tuaku. Tapi, tak peduli seberapa keras kucari, aku tidak menemukannya. Bahkan para profesional yang bisa menemukan anak gelap presiden pun tak bisa menemukan orang tuaku. Seakan-akan mereka memang tidak pernah ada.”

[Constellation ‘Demon King of Salvation’ sedang…]

“Jadi, jawab aku, Demon King of Salvation. Siapa aku?”

Dadaku terasa sesak. Fakta bahwa Yoo Joonghyuk akhirnya tiba pada pertanyaan itu menyiksa.

Aku harus berkata sesuatu. Apapun…

“Apakah rahasia dunia ini berada di sisi lain dinding, di tempatmu?”

[Constellation ‘Demon King of Salvation’ bertanya apakah kau tidak bahagia sekarang.]

“Aku bahagia,” jawabnya tanpa ragu. “Justru karena itu aku ingin tahu apa yang ada di balik dinding itu.”

[Constellation ‘Demon King of Salvation’ sedang…]

“Aku penasaran alasanmu menolongku. Aku penasaran makna hidupku, darimana aku berasal, dan kenapa aku harus datang ke sini. Jika aku punya satu kesempatan lagi…”

Dari suatu tempat, terdengar bunyi seperti jarum jam berdetak.

⸢Kim Dok ja⸥

Aku tak bisa memperlihatkan apa yang berada di luar [Wall]. Bahkan sebagai ‘Oldest Dream’, itu mustahil.

Yoo Joonghyuk melanjutkan. “Kau pernah bilang padaku. Jika aku menandatangani kontrak denganmu, kau akan mengabulkan satu permintaanku. Waktu itu aku menolak karena curiga. Tapi jika sekarang belum terlambat…”

Tangannya bergerak di udara, seolah mencari log message masa lalu yang sudah lama berlalu.

[Constellation ‘Demon King of Salvation’ ingin menjadi sponsor Constellation-mu.]

[Apakah kau menerima tawaran ini?]

“Aku menerimanya sekarang.”

Pusing menyergap. Ruang di sekitarku berguncang hebat.

Aku memanggil [The Fourth Wall].

‘Fourth Wall.’

⸢Ka u ti dak bo leh⸥

Dia sudah tahu apa yang ingin kulakukan.

Syarat untuk Yoo Joonghyuk melewati [Final Wall] adalah mengumpulkan seluruh “fragmen Final Wall”.

Namun [The Fourth Wall] tak berniat memberikannya.

Aku menggertakkan gigi dan mengirim pesan:

[Constellation ‘Demon King of Salvation’ berkata permintaan itu tak bisa dipenuhi.]

“Mengapa?”

[Karena jalan itu terlalu berat.]

“Jalan yang berat?”

Jika aku tak bisa memberikan [The Fourth Wall], hanya ada satu jalan baginya untuk melihat akhir.

[Constellation ‘Demon King of Salvation’ berkata: Jika kau ingin menyeberangi Wall, kau harus ‘regress’.]

“Regress?”

Tsu-chuchuchut! Percikan Probability membakar sosokku.

World-line memperingatkanku.

Bahwa aku tak boleh memberitahunya. Informasi itu bukan untuk Yoo Joonghyuk saat ini.

Namun aku tetap memaksanya, bahkan jika harus membayar Probability lebih besar—

⸢1 8 6 4⸥

“1864? Apa maksudmu?”

[Itu jumlah regression yang harus kau lalui untuk melihat akhir.]

Kenanganku menyebar menjadi Story, mengalir seperti sungai.

[Dan bahkan setelah semua itu… peluangmu tetap kecil.]

Selain itu, ia sudah keluar dari world-line asli.

Ia bukan lagi Yoo Joonghyuk dari novel.

Waktunya bercabang. Masa depan sudah tak ada.

Bahkan jika ia mencapai regression ke-1864… belum tentu ia akan bertemu Kim Dokja dengan [The Fourth Wall].

⸢Ad a ca ra⸥

…Apa?

⸢Hi la­ng ka n me mo ri tu rn in i⸥

Tubuhku merinding.

⸢Bagaimana jika kita memberi Yoo Joonghyuk potongan memori seperti ‘aslinya’, lalu mengirimnya lagi?⸥

Jika begitu, world-line akan menganggapnya sebagai Yoo Joonghyuk “asli”.

Ia akan menyatu kembali ke world-line utama. Ia akan menjalani Regression ke-1 dan ke-2 tanpa memori.

⸢Namun itu berarti ia akan kembali pada penderitaan itu.⸥

⸢Mengapa kau yang memutuskan?⸥

Aku mendongak. Yoo Joonghyuk masih bicara padaku.

“Aku tidak peduli meski peluangnya kecil.”

[Incarnation ‘Yoo Joonghyuk’ menerima kontrakmu.]

Story mulai bergerak. Cahaya bintang memanjang.

[Incarnation menunggu jawabanmu.]

Aku terdiam lama. Lalu…

Aku akhirnya memilih.

[Yoo Joonghyuk.]

Sudah lama aku tak menggunakan suara asliku. Percikan Probability mengamuk.

Ia menatap langit. “Itu… suaramu yang asli?”

[Benar.]

“Aku bisa mendengarnya… cukup jelas.”

Pria tua yang hampir tuli itu tersenyum kecut. Aku pura-pura tak melihatnya.

[Aku bisa mengirimmu kembali. Tapi setelah itu… aku tak akan bisa membantumu lagi.]

Cara satu-satunya membuatnya mundur… adalah kejujuran.

[Kau akan bertarung sendirian. Skenarionya akan jauh lebih brutal. Dan… mungkin di ujungnya kau menemukan sesuatu yang tak ingin kau lihat.]

Aku teringat semuanya. Derita turn ke-3. Patah turn ke-4. Putus asa sang Secretive Plotter.

[Dan jika kau memilih regression… kau akan kehilangan hampir semua ingatanmu.]

Ia menarik napas pelan.

[Hanya fragmen paling samar yang tersisa.]

“Itu artinya… semua yang berharga akan hilang. Seolhwa, Hyunsung, Jihye—”

“Meski aku melupakan mereka,” ia memotong, “bukan berarti mereka berhenti ada.”

Aku tertegun.

“Mereka akan tetap hidup di dunia ini.”

⸢Mereka akan tetap hidup.⸥

Kata-kata itu menghantamku seperti takdir.

⸢Saat itu Kim Dokja menyadari: inilah kesempurnaan turn ke-0.⸥

Mengapa Oldest Dream tak muncul di turn ke-0.
Mengapa Yoo Joonghyuk bisa melintas ke turn-1 dan turn-2.

Mungkin karena—

[…Bodoh.]

Aku mengumpulkan Story, memaksa dunia bergerak.

Lengan terasa robek oleh Probability. Semua regression, semua tragedi Yoo Joonghyuk berputar di kepalaku.

Dan aku menciptakan Stigma itu.

Sumber kekuatan dunia. Awal semua tragedi Yoo Joonghyuk.

[Stigma ‘Regression’ telah muncul!]

[Stigma berpindah pada Incarnation!]

Dengan puas, ia menerimanya.

[Stigma ‘Regression Lv.1’ siap diaktifkan.]

“Kau bilang aku akan kehilangan ingatan.”

[…Benar.]

“Apakah aku akan lupa tentang dirimu juga?”

Aku terdiam.

“Bahkan… semua petunjuk yang kau beri?”

[…Ya.]

“Aku mengerti.”

[Jika kau menyesal, belum terlambat—]

“Kau juga bilang kau tak bisa membantuku nanti.”

[Aku tak bisa.]

“Bukan masalah kalau kau mau mencoba.”

[Meski aku mau, aku tak bisa.]

“Aku pernah dengar, skenario bukan hanya untuk Incarnation, tapi juga Constellation. Mungkin, itu juga berlaku padamu.”

[…]


“Jawab aku, bodoh. Jika aku terus regresi… apakah suatu hari aku akan bertemu kau lagi?”

Aku tak bisa menjawab.

Ia benar-benar bodoh. Bodoh nan tulus. 0th-turn idiot yang bahkan tak tahu nasibnya sendiri.

Saat kata-kata itu hampir kuucapkan, pendengarannya memudar.

⸢Langit malam memantul di matanya.⸥

Seperti anak yang penasaran pada dunia, ia menebak tempat berdirinya [Wall] dan menggapainya.

Ia akan jadi Secretive Plotter.
Dan turn ke-1864 Yoo Joonghyuk yang kukenal.

Ia akan membenciku. Dan pada akhirnya… mengerti.

[Stigma ‘Regression Lv.1’ mengaktif!]

Tubuhnya mulai luruh menjadi cahaya. Lengan, kaki, tubuhnya memudar.

Di akhir—

“Demon King of Salvation.”

Dengan senyuman aneh, campuran takdir dan ketenangan.

“Aku berdoa semoga kau juga tetap ada di suatu tempat.”

Tubuh Yoo Joonghyuk hancur menjadi debu perak.

[Overwrite world-line ini tidak akan terbawa ke regresi berikutnya.]

[Incarnation-mu melupakan Modifier-mu.]

[Incarnation-mu melupakan seluruh memori tentangmu.]

[Semua informasi tentangmu menjadi ‘???’.]

Semua kenangannya lenyap.

Lalu… ke mana mereka pergi?

Aku menatap cahaya yang berkedip lama sekali.

“Hey, Yoo Joonghyuk! Kenapa kau diam saja?!”

Sebuah hantaman keras di tengkuk membuat Yoo Joonghyuk terhuyung.

Ia menoleh—Han Sooyoung cemberut di belakangnya.

“Aku tanya, bagaimana kita melakukan ‘regresi kelompok’?!”

“Aku… tiba-tiba mengingatnya.”

“Mengingat apa?”

Dengan wajah bodoh, Yoo Joonghyuk menatapnya.

“Memori turn ke-0.”


 

Nunaaluuu Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review